"Perbedaan tegas toleransi
liberal dengan toleransi Islam, ada tiga parameter untuk membandingkan,"
ujarnya dalam kanal YouTube Ngaji Shubuh dengan judul Toleransi Islam
vs Toleransi Liberal, Jumat ( 27/12/2024).
Pertama, dalam hal akidah,
toleransi liberal dasar gagasannya ialah sekularisme, namun di dalam toleransi
yang Islami, akidahnya menggunakan akidah Islam. “Sekularisme memandang agama
harus dipisahkan dari kehidupan, khususnya dari negara dan politik,” ujarnya.
"Jadi orang-orang Barat itu
bisa dipastikan pikirannya sekuler, disatukan dengan agama tidak bisa. Itu
pikiran orang Barat sudah baku, karena mereka punya pengalaman, khususnya
konflik antaragama yang keras, antara Katolik dan Protestan pada tahun
1572," jelasnya.
Berbeda dengan toleransi Islam, Kiai
Shiddiq menekankan, di dalam akidah Islam tidak mengenal pemisahan agama dari
kehidupan. "Kita diperintahkan oleh Allah Swt. di dalam Al-Baqarah ayat
208 untuk berislam secara kaffah. Baik ajaran Islam tentang ibadah maupun
politik. Itu semua bagian agama Islam, tidak ada pemisahan," tegasnya.
Kedua, terkait pandangan
terhadap kebenaran agama, ia menjelaskan, di dalam toleransi liberal
menggunakan ajaran relativisme. Di mana ajaran tersebut memandang kebenaran
agama sifatnya relatif atau tidak mutlak, sehingga tidak diperbolehkan adanya
klaim kebenaran agama.
"Dalam Islam hanya Islam
agama yang benar, selain agama Islam tidak benar. Ini bukan pendapat pribadi tetapi
firman Allah. Jadi relativisme sangat merusak akidah, ini bahayanya toleransi
liberal," ungkapnya.
Ketiga, tentang pengaturan
hubungan antaragama, ia mengatakan, dalam toleransi liberal diwakili ajaran
pluralisme, di mana dalam kehidupan bermasyarakat dengan berbagai identitas
suku atau agama diatur dengan prinsip demokrasi.
"Jadi aturan digunakan di dalam
masyarakat supaya rukun, konsekuensinya aturan bersumber dari mereka, bukan
dari agama. Ini sangat berbeda dengan toleransi Islam yang diberlakukan syariat
Islam untuk mengatur interaksi antar umat beragama," terangnya.
Sehingga, ia menegaskan, konsep
toleransi liberal yang kini digunakan di Indonesia berasal dari Eropa, jadi
tidak bisa umat Islam menerapkannya, karena akan bertabrakan dengan syariat Islam.
"Jadi, tidak bisa dipaksakan
kepada umat Islam. Kita disuruh mengamalkan, ‘Ayo amalkan toleransi ini.’ Tetapi
toleransinya menurut mereka landasannya sekularisme, relativisme, dan
pluralisme," pungkasnya.[] Taufan