Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Inilah Dua Tujuan Kepemimpinan Khilafah Muslimin…

Senin, 27 Januari 2025 | 21:45 WIB Last Updated 2025-01-27T14:45:46Z
 

Tintasiyasi.ID --  K.H. Rokhmat S. Labib, Ulama Aswaja, menyebutkan ada dua tujuan kepemimpinan Khilafah Muslimin dalam Isra Mi’raj Forum, Senin (27/01/2025), dengan tema Indonesia Berkah dengan Islam Kaffah.

 

“Tujuan dari kepemimpinan Khilafah Muslimin ada dua: pertama, litathbiqil ahkamil Islami, untuk menerapkan hukum-hukum Islam; kedua, wahamli dakwati al-islamiyati ilal’alam, mengemban dakwah ke seluruh dunia,” paparnya.

 

“Secara definisi utuh, al-khilafah hiya riasatun amatun lil Muslimina jami’an fii dunya litathbiqi walitanfidzi ahkami syar’il Islam wahamlu Islam ilal ‘alam (al-Khilafah adalah pengaturan urusan kaum Muslim seluruhnya di dunia untuk menerapkan dan menjaga hukum-hukum syariat Islam dan mengembannya ke seluruh dunia),” tuturnya menjelaskan.

 

Khilafah Muslimin adalah kepemimpinan yang sifatnya umum, lanjutnya, bukan khusus. “Tanpa itu, Islam tak bisa dijalankan dan tidak bisa diemban. Pada akhirnya umat Islam tidak akan mungkin bisa menjalankan hukum-hukum Allah Swt. tanpa khilafah,” jelasnya.

 

“Satu ayat saja dicoba, Allah Swt. berfirman, … فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ …, maka putuskan di antara mereka. Baynahum di ayat sebelumnya adalah Yahudu Wannashara. Artinya umat Islam menjadi hakim pemutus perkara,” ujarnya.

 

Kiai Labib menyesalkan, yang terjadi justru sekarang dihukum ketika ingin menerapkan syariat dan khilafah. “Justru dituduh radikal, pemecah belah bangsa, dan segala macam,” masygulnya.

 

“Tak ada pilihan lain, momentum Isra Mikraj ini kita kembali ingatkan kepada kaum Muslim, jika mereka ingin mendapatkan keberkahan, bukan hanya Indonesia, tapi seluruh kaum Muslim, tak ada pilihan lain kecuali terapkan syariat secara kaffah di bawah institusi Khilafah Islamiyah,” tandasnya.

 

Memimpin

 

Kiai Labib menegaskan, seharusnya setelah peristiwa Isra Mikraj, umat Islam menjadi pemimpin bagi manusia di seluruh dunia.

 

“Jika kita lihat peristiwa Isra Mikraj, yang terjadi transfer kepemimpinan tersebut, tidak lama setelah itu, karena hanya beberapa tahun setelah itu, Rasulullah hijrah dari Makkah ke Madinah. Bukan sebagai pengungsi yang mendapatkan tekanan penindasan, pindah ke negara lain. Tidak! Beliau datang ke Madinah menjadi pemimpin negara,” ujarnya meyakinkan.

 

Maka harusnya, sejak itulah kalau kita lihat secara politis nyata, real, kepemimpinan ada di tangan kaum Muslim. Seluruh Jazirah Arab dibawah berada di genggaman kaum Muslim.

 

“Beliau wafat diganti oleh khalifah berikutnya. Khalifah pertama Sayidina Abu Bakar, Sayidina Umar, sampai khulafaurasyidin. Pada saat khilafah kedua (Khalifah Umar bin Khatab) bisa melebarkan kekuasaan hingga Baitulmaqdis, tempat yang dulu menjadi tempat Isra Mikrajnya Rasulullah saw. Itu betul-betul dikuasai,” tuturnya.

 

Sehingga memang ada satu ketentuan, lanjutnya, tidak layak seorang laki-laki itu mengimami laki-laki di tempatnya. “Itu juga memberikan tanda sebenarnya bahwa Masjidaqsa sudah berada di bawah kepemimpinan kaum Muslimin,” tuntasnya menerangkan.

 

Dzikra

 

Kegiatan Isra Mi’raj Forum sebagai dzikra (peringatan) terhadap apa yang terjadi pada masa Rasulullah saw. yakni al-Isra Walmi'raj yang diabadikan dalam surah al-Isra untuk Isranya, sementara untuk al-Mikrajnya diabadikan dalam surah an-Najm.

 

“Kejadian itu ditulis oleh para sejarawan di bulan Rajab. Oleh karena itu, pada kali ini pun kita melakukan kegiatan dzikra. Bulan Rajab yang tadi disebutkan adalah peristiwa Rasulullah saw. yang merupakan salah satu peristiwa yang sangat penting,” terangnya.

 

Kalau dilihat, imbuhnya, apa yang sering didengar dalam peristiwa Isra Mikraj, Rasulullah saw. mendapatkan undangan secara langsung dari Allah untuk menerima taklif salat lima waktu. “Tetapi, ada juga banyak peristiwa-peristiwa yang merupakan pelajaran penting dalam peristiwa tersebut,” pungkasnya.[] Rere

Opini

×
Berita Terbaru Update