Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

FIWS: Gencatan Senjata Bukan Solusi Komprehensif terhadap Palestina

Selasa, 21 Januari 2025 | 10:25 WIB Last Updated 2025-01-21T03:25:24Z

Tintasiyasi.ID -- Menanggapi kesepatakan gencatan senjata di Palestina Direktur Forum on Islamic World Studies (FIWS) Farid Wadjdi menyatakan bahwa gencatan senjata ini bukanlah solusi yang menyeluruh dan komprehensif.

 

“Namun perlu dicatat bahwa gencatan senjata ini bukanlah solusi yang menyeluruh dan komprehensif.  Kenapa? Karena gencatan senjata ini sebenarnya bukan berarti menghentikan kebiadapan penjajah Yahudi, dalam arti kapan pun setiap kali mereka mau, mereka bisa melakukan kembali  serangan terhadap  kaum Muslim di Gaza,” katanya dalam International Update di Kanal YouYube Khilfah News yang bertajuk Israel Serang Gaza Pasca Gencatan!, Ahad (19/01/2025).

 

Ia menjelaskan, pertama terkait dengan gencatan senjata itu, tentu memberikan ruang  bagi saudara-saudara di Palestina. “Kalau benar-benar entitas penjajah Yahudi ini menghentikan serangannya, ini tentu susuatu yang menggembirakan,” tuturnya. 

 

“Bahwa satu sisi kita tentu juga bergembira, karena kaum Muslim di sana memiliki ruang untuk kemudian tidak lagi diserang, tetapi kita harus punya pemahaman juga bahwa ini sifatnya  sementara. Karena akar persoalannya itu sebenarnya masih ada,” terangnya.

 

Ia mengatakan, akar persoalannya adalah keberadaan entitas penjajah Yahudi itu yang masih memiliki kemampuan yang kuat dan kapan saja  bisa melakukan  kekuatan itu, karena dukungan Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya.

 

“Kenapa entitas penjajah Yahudi ini berani melakukan itu? Tidak lain juga disebabkan karena diamnya penguasa-penguasa negeri-negeri Islam, terutama penguasa negeri Arab. Bahkan bisa disebut penguasa-penguasa negeri Arab inilah yang merupakan Iron Dome atau Kubah Besi yang paling kuat dan paling dekat yang melindungi entitas penjajah Yahudi ini,” tegasnya.

 

Ia menerangkan, pasifnya negara-negara Arab sejak awal itu memang didesain. “Pertama, untuk memecah belah kaum Muslim dengan adanya negara-negara bangsa di sana, sejak perjanjian Sykes-Picot. Di mana negeri negeri Islam itu kemudian dipecah-belah di wilayah Arab atas nama nation state, negara bangsa inilah yang menjadi  belenggu. Jadi negara-negara Arab itu sendiri sebenarnya lahir dari rahim kolonialisme untuk kepentingan penjajahan.”

 

Kedua, untuk menjamin penjajahan itu di negara-negara yang lahir dari rahim kolonialisme ini dimunculkanlah penguasa-penguasa yang memang di bawah kendali ketat dari negara-negara imperialis. Itulah yang membuat kenapa mereka itu, penguasa-penguasa Arab itu tidak tidak bergerak, karena mereka sesungguhnya adalah pelayan-pelayan setia dari negara-negara imperialis,” tambahnya.

 

Lanjutnya, kaum Muslim tidak bisa bergerak disebabkan keberadaan penguasa yang berkhianat dan konsep nation state yang telah menjadi belenggu  bagi kaum Muslim untuk bersatu.

 

Pembebasan Palestina

 

Ia membeberkan, akar persoalan Palestina adalah keberadaan entitas penjajah Yahudi yang didukung oleh negara-negara kafir penjajah. ”Inggris yang melahirkannya ataupun Amerika yang menjaganya sebagai harga mati,” ungkapnya.

 

“Nah, upaya konkret untuk kemudian menyelesaikan persoalan Palestina itu adalah mengusir  penjajah Yahudi ini dari tanah Palestina. Karena ini adalah bukan sekadar perang melawan entitas penjajah Yahudi, tapi juga berarti perang  dengan  penguasa-penguasa atau negara-negara kafir imperialis yang ada di belakangnya," imbuhnya.

 

Maka, menurutnya, hal itu membutuhkan persatuan kaum Muslim membutuhkan kekuatan maksimal. “Di situlah kenapa kemudian dibutuhkan khilafah ala minhajj nubuwah untuk mempersatukan kaum Muslim, termasuk menghilangkan penghalang-penghalang berupa penguasa-penguasa Arab yang berkhianat.  Maka mobilisasi tentara-tentara kaum Muslim itu bisa efektif  dilakukan dan menyelesaikan secara komprehensif  dan menyeluruh persoalan Palestina,”pungkasnya.[] Sri Nova Sagita


 

 

Opini

×
Berita Terbaru Update