TintaSiyasi.id-- Menilik akar sejarah di tanah Palestina, Cendekiawan Muslim Ustaz Ismail Yusanto (UIY) menilai ada dua hal yang menguatkan Zionis Yahudi hingga akhirnya memperparah kondisi Palestina saat ini.
"Pertama, tentu saja apa yang telah menjadi cita-cita mereka yang sudah terwujud itu tidak akan pernah dibiarkan untuk hancur apalagi hilang. Mereka akan mempertahankan dengan segala cara," tuturnya dikutip Tintasiyasi.id dari saluran YouTube One Ummah TV: Live 2601, Puluhan Ribu Massa di Depan Kedubes AS!, Ahad (26-1-2025).
Ia menerangkan, keberhasilan Zionis Israel mewujudkan negara Yahudi Der Judenstaat sebagaimana dicita-citakan penggagasnya, Theodore Hazel, telah melalui perjalanan sejarah yang panjang hingga meruntuhkan Kekhilafahan Utsmani. Mulai dari usaha menyeret Khilafah Utsmani pada Perang Dunia I pada tahun 1914, kemudian mengerat wilayah Khilafah Utsmani melalui perjanjian Sykes Picot pada tahun 1916 hingga puncaknya Deklarasi Balfour yang menyatakan secara terbuka dukungan Inggris untuk berdirinya negara Yahudi di Palestina pada tahun 1917 dan akhirnya meruntuhkan khilafah yang menjadi payung dunia Islam dan melindungi wilayah Palestina pada tahun 1924 dengan berbagai rekayasa, termasuk dengan menggunakan pion utama Kemal Pasha, Khilafah Usmani.
Karena itu, kata UIY, mereka akan berusaha keras mempertahankan keberhasilannya dengan memperkuat internal mereka di negara Yahudi dan para pendukungnya, khususnya di Amerika.
"Mereka tahu bahwa mendirikan negara Yahudi Der Judenstaat itu tidak mudah. Memerlukan usaha berbilang tahun, puluhan tahun, bahkan sampai kalau dihitung-hitung itu satu abad untuk menghancurkan Khilafah itu. Maka mereka akan berusaha keras untuk mempertahankan itu dengan segala cara," ujarnya.
Kedua, mereka memperlemah umat Islam. "Mereka tahu persis umat Islam itu akan terus lemah jika mereka tidak bersatu. Dan mereka tahu apa yang membuat umat Islam bersatu, yaitu Khilafah. Karena itulah mereka berusaha keras untuk menjaga supaya khilafah tidak tegak melalui berbagai cara juga," imbuhnya.
Di antaranya, terang UIY, mereka menjaga keterbelahan umat Islam melalui para penguasa di negeri-negeri muslim, dengan menjaga agar tetap dalam negara kecil-kecil yang kini jumlahnya mencapai 57 negara, seperti Oman, Bahrain, Uni Emirat Arab ataupun Kuwait yang penduduknya hanya kurang lebih 3-4 juta.
"Keterbelahan itu membuat umat Islam untuk sulit mengambil sikap yang sama. Dan itu menyenangkan mereka sebagaimana sekarang. Mereka melihat bahwa ternyata meskipun mereka sudah melakukan kejahatan luar biasa tetap saja penguasa muslim tidak bertindak," tegasnya.
Dua Langkah Perbaikan
Menghadapi permasalahan ini, UIY menilai, setidaknya ada dua hal yang harus dilakukan untuk memperbaiki kondisi umat Islam, yaitu memperlemah mereka dan menguatkan umat Islam.
"Yang pertama adalah bagaimana memperlemah mereka, bukan sebaliknya. Tapi ini tidak mudah karena mereka akan terus berusaha supaya mereka tetap kuat. Yang bisa kita lakukan adalah menguatkan kita," ungkapnya.
Sekalipun upaya kedua ini diakuinya juga tidak mudah, tetapi ia optimis dengan membangun kesadaran, umat Islam akan mencapai kemajuan dan kemenangan.
Ia mengingatkan bahwa musuh-musuh tahu bahwa umat ini harus terus dilemahkan. Musuh-musuh Islam itu menurutnya menanamkan kesadaran dengan menyebarkan paham selain Islam. "Ketika kita menyebarkan Islam, mereka menyebarkan paham selain Islam. Ketika kita menyerukan persatuan, mereka menyerukan keterpencahan, nasionalisme," ujarnya.
Namun, lanjutnya, jika umat Islam terus melakukannya, maka akan tumbuh kesadaran baru di tengah-tengah umat bahwa umat tidak boleh terus-menerus dalam keterbelahan karena fakta yang mereka rasakan, keterbelahan membuatnya terus-menerus lemah.
"Nah, kesadaran yang baru inilah yang harus terus kita lakukan, khususnya di kalangan anak muda agar tumbuh generasi muda yang memiliki pandangan yang baru, berbeda dengan orang-orang tua mereka, berbeda dengan umat sebelumnya dan tiba saatnya insyaallah kita akan meraih kemajuan bahkan kemenangan," pungkasnya.[] Saptaningtyas