TintaSiyasi.id -- Fase remaja adalah fase di mana emosi seseorang berjalan dengan tidak stabil. Terkadang bahagia terkadang sedih. Tidak ada hujan tiba-tiba marah-marah enggak jelas. Beberapa menit kemudian udah senyum-senyum sendiri. Suka bad mood. Mereka memiliki emosi yang suka meluap-luap. Apalagi kalau udah disinggung oleh dunia percintaan. Pokoknya enggak karuan. Bahkan, ada berita yang mengabarkan kasus pembunuhan miris nan tragis yang berawal dari cinta.
Warga perumahan Made Great Residence, kota Lamongan sempat digegerkan dengan adanya penemuan jasad yang sudah membusuk di sebuah warung kopi yng telah lama tutup. Setelah dilakukannya penyelidikan, polisi mengungkapkan bahwa korban adalah pelajar yang masih berusia 16 tahun. Hasil penyelidikan juga menunjukkan korban dibunuh. Mirisnya lagi yang menjadi pelaku pembunuhan adlah teman dekat korban sendiri. Alasan pelaku tega menghilangkan nyawa temannya adalah karena cintanya ditolak oleh korban, sehingga emosi korban tak terkendali dan memukuli korban. (Kompas.com, 17/01/2025)
Miris sekali. Hanya soal cintanya ditolak, pelaku berani membunuh temannya sendiri. Padahal membunuh itu termasuk ke dalam dosa besar. Ternyata benar ungkapan yang mengatakan bahwa cinta itu membutakan. Sampai-sampai tidak peduli lagi mana haram mana halal. Kalau kita analisis secara mendalam, kasus seperti ini memiliki banyak faktor. Dimulai dari lemahnya control emosi, minimnya pendidikan moral, hingga pengabaian kesehatan mental di kalangan remaja. Kita juga sering mendengar kasus remaja tawuran hanya karena soal ketersinggungan.
Selain itu, lingkungan yang kurang baik juga turut memberikan kontribusi untuk memperburuk keadaan ini. Karena, meskipun seseorang telah memiliki kepribadian dan akhlak yang baik tapi hidup ditengah-tengah masyarakat yang rusak, maka ia pun akan rusak pula. Begitu pula dengan media yang hari ini menjadi “guru” yang rendah literasi. Semua serba instant, tinggal buka google, ketik di pencarian, dapat deh apa yang di cari. Enggak perlu menghabiskan waktu berlama-lama di perpustakaan.
Ternyata penyebab masalah ini sangat kompleks. Baik di individunya, orang tuanya, lingkungannya, pendidikannya, semua memiliki kontribusi. Dan semua kondisi ini adalah buah dari kehidupan yang diatur oleh sistem sekuler kapitalisme. Sekularisme adalah pemahaman yang memisahkan antara agama dengan kehidupan, sehingga ketika seseorang melakukan sesuatu, ia akan mengabaikan rambu-raambu agama. Lalai dengan halal dan haram. Di sisi lain, sistem kapitalisme membuat standar kebahagiaan hanya dari materi. Mereka menganggap terpenuhinya keinginan seseorang menunjukkan kebahagiannya. Akibatnya, ia akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang ia inginkan, meskipun dengan cara maaf. Demikian pula ia akan melampiaskan emosinya sesuai dengan hawa nafsunya.
Permasalahn generasi sekarang memang rumit. Sudah pastinya permasalahan mereka ini butuh solusi yang komprehensif alias menyeluruh. Solusinya harus dapat menyelesaikan permasalahan dari akar hingga cabang-cabangnya. Dan solusi yang komprehensif ini hanya dapat kita temui di dalam sistem islam. percaya atau nggak, sistem Islam mampu menyelesaikan persoalan apapun. Bahkan, permasalahan negara aja bisa diselesaikan dengan Islam.
Jika kita lihat dari sisi pendidikannya. Sistem Islam tidak hanya berfokus pada aspek akademis saja. Pendidikan islam juga membentuk kepribadian dan akhlak yang mulia. Pengendalian diri serta pemahaman yang benar terhadap hubungan antar manusia juga dibentuk dalam sistem ini. Dalam hubungan antar manusia, islam memiliki aturan yang mengatur hubungan antara laki-laki dan perempuan. Hal ini ditujukan agar tidak ada fitnah yang timbul di antara mereka.
Aturan ini juga mencegah terjadinya prilaku yang melampaui batas. Sistem sosial islam akan menjaga pergaulan agar sesuai sesuai dengan hukum syarak. Dengan adanya aturan ini, hubungan laki-laki dan perempuan diarahkan agar tetap dalam batasan yang wajar, mencegah terjadinya hubungan yang merusak moral atau memicu konflik emosional. Dengan dukungan penerapan syariat di berbagai bidang, kasus tragis seperti ini dapat dicegah. Bahkan dari pemicu konfliknya. Pelajar dapat mengoptimalkan potensinya untuk kebaikan dan amal saleh, sehingga menjadi generasi hebat taat syariat dan paham ilmu yang dipelajari. Wallahu a'lam. []
Hasna Syarofah
Aktivis Muslimah