Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Begini Kriteria Kepemimpin yang Ideal

Minggu, 19 Januari 2025 | 17:00 WIB Last Updated 2025-01-19T10:01:53Z
TintaSiyasi.id -- Dalam Multaqo Ulama Aswaja yang digerlar oleh Forum Ulama Aswaja Jawa Timur di Surabaya 5 Januari 2025, Kiai Muhammad Asrori Muzakki yang hadir sebagai pembicara dalam Multaqo itu menjelaskan kriteria kepemimpinan yang ideal.

"Pertama, kepemimpinan itu harus didasarkan kepada keimanan. Kedua, kepemimpinan itu harus didasari untuk jiwa pelayan terhadap umat. Ketiga, kepemimpinan itu harus dijalankan dengan keadilan," tuturnya.

Ia menjelaskan, kepemimpinan yang didasarkan kepada keimanan itu dipilih dan ditaati sebagaimana Rasulullah Saw. Dasar keimanan inilah seorang pemimpin itu harus menyadari untuk apa dia dipilih menjadi pemimpin. Para pemimpin itu akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya kelak di hadapan Allah Swt.

"Seorang pemimpin tidak dituntut untuk kepentingan dirinya sendiri. Pemimpin itu diangkat menjaga kebaikan, maka semestinya pemimpin itu tidak berperilaku kecuali yang diizinkan Allah," ujarnya.

Kedua, lanjut Kiai Asrori, seorang pemimpin harus memahami kapasitas dirinya. Pemimpin suatu kaum itu adalah pelayan mereka. Artinya di sini seorang pemimpin harus memahami keberadaannya. Dia diangkat menjadi pemimpin itu dalam rangka untuk melayani rakyatnya. Memperhatikan apa yang yang menjadi kebutuhan asasi rakyatnya. 

"Bukan malah membebani rakyat. Rakyat dijadikan sebagai mangsa yang perlu dipalak. Kalau tadi digambarkan mulai pembicara yang lainnya gak ada satu hal pun yang tidak diperas mulai dari hulu sampai hilir," imbuhnya.

Pemungutan pajak pada setiap lini kehidupa masyarakat, menunjukan ini bukan ranah riayah melainkan ranah jibayah. Rakyat dijadikan mangsa yang selalu dipalak. Pemalakan ini merupakan wujud tidak pahamnya penguasa akan posisinya sebagai penjaga dan pelayan umat.

“Pajak dalam pandangan Islam itu haram. Baik dan buruknya maka semestinya pemimpin itu menjauhi perihal ini (pajak). Karena ini sesuatu yang bisa menyengsarakan rakyatnya,” ujarnya.

Seorang pemimpin disuruh adil. Bahkan pemimpin yang adil termasuk tujuh golongan yang mendapatkan perlindungan kelak di hari kiamat. Oleh karena itu Allah juga menyampaikan siapun pemimpin yang tidak menerapkan hukum-hukum Allah merupakan pemimpin zalim.

“Kalau ada pemimpin yang kemudian tidak mau menerapkan hukum Allah berarti dia pemimpin zalim. Selaras dalam firman Allah, dalam surah Al Maidah ayat 50 yang artinya; "Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)?," ungkapnya

Dia menjelaskan, jika penguasa ingin berhasil menjadi pemimpin ideal maka dia harus menempuh tiga hal itu Pemimpin harus mendasari kepemimpinannya kepada Iman. Kemudian kepemimpinan dalam rangka untuk riayah, bukan jibayah.

“Keadilan tidak didapat kecuali dengan Islam, maka kita serukan kepada penguasa untuk menerapkan syariat Allah Swt. Perlu diketahui syariat Allah Swt. tidak bisa diterapkan kecuali dengan hukum atau sistem yang diwarisi oleh Nabi dan dilanjutkan oleh para sahabat yaitu khilafah ala minhaj nubuwah,” jelasnya.

Lebih lanjut, ia mengatakan contoh kepemimpinan yang diungkapkan Presiden Prabowo yaitu Imperium Utsmani yang berkuasa selama kurang lebih 600 tahun merupakan contoh kepemimpinan yang baik. Impreium Utsmani dalam bahasa ulama adalah Khilafah Utsmaniyah. Sesungguhnya letak dasar keberhasilan Kekhilafahan Utsmani terletak pada dasar keimanan dan penerapan syariat Allah Swt.

“Jalan untuk menuju kejayaan dan jalan untuk menuju kebagiaan di dunia dan akhirat. Maka oleh karena itu Pak Prabowo, mari bersama-sama kita tegakkan syariah dan khilafah ala minhaj nubuwah,” pungkasnya.[] Rasman

Opini

×
Berita Terbaru Update