Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Asuransi dan Takaful Telah Berubah Menjadi Bisnis yang Menindas Rakyat

Rabu, 29 Januari 2025 | 08:32 WIB Last Updated 2025-01-29T01:35:39Z

Tintasiyasi.ID -- Menyusul serangkaian usulan kenaikan premi sebesar 40-70 persen yang diumumkan oleh tiga organisasi perusahaan asuransi besar Malaysia, Aktivis Muslimah Malaysia Ummu Maryam Abdul Basir menyatakan bahwa industri asuransi dan takaful bukan hanya menawarkan perlindungan kesehatan, tetapi telah berubah menjadi bentuk bisnis yang menindas rakyat yang serakah.

 

“Usulan kenaikan premi sebesar 40-70 persen yang diumumkan oleh tiga organisasi perusahaan asuransi besar Malaysia menunjukkan bahwa industri asuransi dan takaful bukan hanya menawarkan perlindungan kesehatan, tetapi telah berubah menjadi bentuk bisnis yang menindas rakyat, dan itu adalah bukti keserakahan industri ini,” tandasnya.

 

Dalam forum online Cakna Umat, Ahad (26/01/2025), dengan judul Keserakahan dalam Asuransi Kesehatan dan Takaful, perusahaan asuransi menggunakan alasan biaya pengobatan yang semakin mahal untuk menaikkan preminya.

 

"Mereka bilang premi naik karena biaya perawatan naik. Tetapi kalau kita perhatikan lebih teliti, perusahaan asuransi ini masih meraup untung besar. Ini bukan soal melindungi masyarakat, ini soal keuntungan mereka,” ungkapnya.

 

Ia menyampaikan catatan, sumber berita lokal mengindikasikan bahwa biaya klaim medis meningkat sebesar 56 persen antara tahun 2021-2023, tetapi kenaikan premi jauh lebih tinggi daripada tingkat inflasi sebenarnya.

 

Imbuhnya lagi, sistem asuransi menjadikan kesehatan sebagai bisnis dan bukan hak dasar yang harus dipenuhi negara.

 

"Kesehatan bukanlah komoditas. Namun, saat ini, perusahaan asuransi menentukan harga kehidupan manusia. Mereka yang mampu membayar akan mendapatkan perawatan. Mereka yang tidak mampu? Tunggu saja," katanya.

 

Pertanyaan yang muncul pun adalah, lanjutnya, apakah asuransi benar-benar menolong masyarakat atau justru menambah beban mereka. “Orang yang mengandalkan asuransi menemukan bahwa cakupan mereka sering kali tidak cukup untuk menutupi biaya medis yang sebenarnya,” ulasnya.

 

"Orang membayar asuransi setiap bulan, tetapi ketika mereka ingin menggunakannya, banyak hal yang tidak tercakup. Ada batasan tahunan dan biaya tambahan. Pada akhirnya, Anda tetap harus membayar dari uang sendiri," bebernya.

 

Solusi Islam

 

Ummu Maryam menegaskan, "Dalam Islam, pemimpin bertanggung jawab untuk memastikan masyarakat mendapatkan perawatan tanpa perlu khawatir soal biaya. Ini bukan konsep baru, tetapi sudah terbukti dalam sejarah Islam."

 

Ia meyakini bahwa solusi Islam jauh lebih adil dalam menjamin kesehatan rakyat, karena dalam sistem Islam, kesehatan merupakan hak rakyat yang wajib dipenuhi oleh negara.

 

“Fakta tentang sistem medis di Daulah Islam dahulu yang menyediakan rumah sakit gratis, didanai oleh Baitulmal. Dalam sejarah Islam, rumah sakit seperti Bimaristan di Baghdad dan Rumah Sakit Qalawun di Kairo memberikan layanan kesehatan gratis untuk semua lapisan masyarakat,” ujarnya mencontohkan.

 

Ia menambahkan, "Pada masa keemasan Islam, tidak ada yang khawatir tentang biaya pengobatan. Semua orang, kaya maupun miskin, mendapatkan pengobatan secara gratis."

 

Lanjut dijelaskan, Islam juga menolak sistem kapitalis yang menjadikan kesehatan sebagai industri komersial. "Sistem asuransi ini lahir dari kapitalisme. Mereka mengambil uang rakyat dengan janji perlindungan, tetapi ketika rakyat benar-benar membutuhkannya, banyak syarat dan hambatannya. Dalam Islam, semua itu tidak diperlukan. Negara tetap menyediakan layanan kesehatan bagi rakyat,” ucapnya membandingkan.

 

Selain itu, aktivis ini juga menegaskan bahwa dalam sistem khilafah, pemimpin bertanggung jawab untuk memastikan kebutuhan dasar rakyat, termasuk kesehatan, terpenuhi tanpa beban finansial.

 

"Dalam Islam, pemimpin adalah wali bagi rakyat. Mereka akan ditanya jika ada rakyat yang tidak berobat karena tidak mampu membayar. Itu tanggung jawab mereka, bukan rakyat yang harus mencari jalannya sendiri,” imbuhnya lagi.

 

Ia menyatakan bahwa peningkatan premi asuransi dan takaful hanyalah gejala dari masalah yang lebih besar. “Sistem kapitalis yang mengubah kesehatan menjadi industri komersial. Selama sistem ini berlanjut, rakyat akan terus terbebani,” ujarnya mengingatkan.

 

"Saat ini, kita melihat bahwa kesehatan bukan lagi hak, tetapi hak istimewa bagi mereka yang mampu membayar. Islam sudah memiliki solusinya, tetapi kita sendiri yang perlu memilih untuk menerapkannya,” tuturnya.

 

Karena itu, ujarnya, solusi nyata adalah kembali ke sistem Islam, di mana negara bertanggung jawab menyediakan perawatan kesehatan gratis, bukan bergantung pada perusahaan asuransi dan takaful yang hanya mengejar keuntungan.

 

"Jika kita cermati, sistem kesehatan modern masih jauh dari model yang dipraktikkan dalam sejarah Islam. Masyarakat mengharapkan perubahan yang lebih komprehensif, sehingga kesehatan benar-benar menjadi hak dasar, bukan sekadar bisnis," simpulnya mengakhiri penjelasan.[] Aliya Ab Aziz





Opini

×
Berita Terbaru Update