Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Anak Rusak Hasil Didikan Kapitalis Sekuler

Rabu, 15 Januari 2025 | 08:15 WIB Last Updated 2025-01-15T01:15:13Z
TintaSiyasi.id -- Publik digemparkan oleh kelakuan anak di bawah umur. Fakta ini terjadi di wilayah Palembang, Sumatera Selatan. Mereka dengan tega melakukan kejahatan yang tak seharusnya dilakukan. Keempat anak tersebut adalah AS dan NS (12 tahun), MZ (13 tahun) serta IS (16 thn). Mereka tega melakukan pemerkosaan dan pembunuhan pada AA (16 tahun). Dari pengakuan keempatnya, mereka mengajak AA untuk berhubungan badan namun menolaknya. Langsung tiga pelaku mendekap korban hingga meninggal. Setelah itu, semua pelaku memperkosa mayat korban secara bergiliran. Kemudian menggotong korban sampai ke pemakaman dan melakukan aksi yang serupa di sana. (bbc.com, 10/12/2024) 

Fakta di atas membuat kita merasa marah dan gusar. Sungguh kebiadaban yang tak seharusnya dilakukan anak-anak. Begitu teganya mereka melakukan itu kepada temannya sendiri. Namun itulah yang terjadi, pelaku kejahatan kini tak hanya orang dewasa saja melainkan anak di bawah umur pun mampu melakukannya. Semua ini adalah hasil didikan sistem yang diterapkan saat ini. Kapitalis sekuler telah menjadikan pola pikir dan sikap para remaja menjadi liar dan tak mempunyai pegangan hidup. 

Wajar saja mungkin terjadi kasus seperti di atas. Negara termasuk masyarakat serta keluarga tak melindungi serta memberikan pelajaran yang sempurna sebagai bekal anak. Sehingga yang terjadi mereka begitu beringas dan liar, melakukan segala aktivitas sesuai yang dicerna serta keinginan semata. Mereka tak ingat bahwa dalam kehidupan ini harus kembali kepada aturan yang berasal dari Sang Pencipta. 

Ketika melihat negara, maka tak ada perlindungan terbaik untuk para generasi. Konten yang tersebar di media massa begitu banyak dan tak hanya positif saja. Berbagai konten pornografi dan pornoaksi begitu banyak beredar. Hasilnya anak-anak dengan mudah mengkonsumsi hal tersebut dan menjadi tontonan yang menghibur bagi mereka. Innalillahi, itulah kenyataan yang terjadi sekarang. Negara juga enggan serius untuk menutup semua situs yang berbau konten 'nakal' tadi. Semua kembali karena ada cuan di balik itu semua. 

Belum lagi dari sisi pendidikan, kurikulum yang ada membuat pendidikan agama hanya terkesan 'ada' saja. Ditambah lagi hanya kurang dari dua jam seminggu. Nah, ini juga jadi pemicu terhadap tindakan nakal para generasi karena di sekolah tidak ada yang mengontrolnya. Termasuk masyarakat sekitar tak lagi melakukan aktivitas yang selalu dilakukan oleh para pendahulu kita dulu, yaitu amat makruf nahi munkar. Dengan ketiadaan hal tersebut maka nasehat ataupun penjagaan benar-benar tak ada. Padahal di sisi tersebut adalah tanda sayang kita terhadap sesama. 

Di sisi keluarga, karena kedua orang tua sibuk mencari cuan alias bekerja maka anak-anak menjadi terbengkalai. Mereka tidak mendapatkan pendidikan akidah di keluarga. Padahal itu sebagai fondasi serta modal dasar si anak untuk kehidupan sehari-hari. Hasilnya mereka tumbuh dari fase anak menjadi remaja tanpa ada pengawalan sayang dari kedua orang tuanya. Teman sejatinya adalah dunia maya dan gadjet. Nah, inilah bahaya yang luar biasa ketika orang tua melepaskan anaknya. Anak menjadi dewasa karbitan, tanpa tahu apa sebenarnya yang harus dilakukannya dalam kehidupan ini. 

Akan berbeda ketika Islam diterapkan dalam kehidupan dengan sebuah institusi yang menerapkan hukum syarak secara sempurna. Institusi yang dimaksud adalah Daulah Islam yang akan sungguh-sungguh mengayomi dan melindungi seluruh umat termasuk para generasi. Pemimpin yang ada akan selalu menjalankan hukum syarak sebagai bentuk rasa tunduk dan patuh terhadap Allah Swt. 

Pemerintah juga akan mengeluarkan kebijakan yang baik untuk generasi. Termasuk kurikulum sekolah dari dasar sampai perguruan tinggi harus mempunyai fondasi kuat. Fondasinya tentu harus kepada akidah Islam. Karena itu sebagai bekal dan pengingat secara otomatis pada diri seseorang. Begitu pula dengan masalah teknologi, negara benar-benar akan menjaganya dengan baik agar aman bagi generasi. Konten yang beredar harus sesuai dengan akidah tadi, jika tidak maka akan dihapus bahkan ditutup secara permanen. Jika masih melakukan hal yang sama maka akan ditindak tegas dan mendapatkan sanksi hukum. Dengan ketegasan tadi, maka negara mampu mengatasi masalah pornografi dan pornoaksi. 

Di masyarakat juga budaya amat makruf menjadi sebuah keharusan untuk dilakukan. Karena hal tersebut sebagai wujud rasa cinta terhadap sesama dan ketaatan terhadap Allah. Dengan begitu, aktivitas manusia akan senantiasa tertuju pada hukum syarak saja. Jika bergeser sedikit, akan ada yang menasehati dan mengingatkan. 

Di keluarga juga akan ditanamkan akidah yang kokoh. Ibu yang menjadi madrasah pertama bagi sang anak akan memberikan kasih sayang serta pengajaran Islam kepadanya. Anak akan dekat dengan orang tua dan menjadikan keduanya sebagai panutan serta tempat bertanya segala sesuatu. Bahkan ketika sang anak merasa galau maka akan mencari ibu atau ayah untuk meminta solusinya. Tak lupa bagi anak perempuan diajarkan untuk selalu menutup aurat ketika keluar rumah. Ini menjadi bentuk ketaatan serta penjagaan. Tak lupa untuk mendekatkan anak pada Al Qur'an agar mereka terbiasa untuk mencari solusi di sana. 

Sesungguhnya Al Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal shalih bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (TQS. Al Isra: 9) 

Alhasil, masalah di atas hanya mampu teratasi ketika Islam hadir dalam kehidupan manusia. Dengan sebuah negara yang akan menerapkan hukum syarak secara sempurna pula. InsyaAllah generasi akan terjaga dengan baik termasuk  juga dengan keluarga. 

Wallahu A’lam Bishshawwab.

Oleh: Mulyaningsih
Pemerhati Masalah Anak & Keluarga

Opini

×
Berita Terbaru Update