Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Akses Makanan Bergizi Terhalang karena Masalah Pendistribusian

Rabu, 22 Januari 2025 | 17:55 WIB Last Updated 2025-01-22T10:55:48Z

Tintasiyasi.ID -- Filolog dan Sejarahwan Salman Iskandar mengatakan bahwa akses pada makanan bergizi oleh masyarakat terhalang karena pendistribusian harta yang diswastanisasi.

 

“Akses makanan bergizi, kebutuhan dasar, atau ketahanan pangan tidak bisa dirasakan oleh masyarakat kaum Muslim pada hari ini, karena pendistribusian harta semuanya diswastanisasi dan diprivatisasi,” ujarnya pada kanal YouTube Peradaban Islam ID dengan judul Cara Jitu Khilafah Menjamin Gizi Rakyatnya, Sabtu (11/01/2025).

 

Menurutnya, harta hanya berputar di sebagian pihak, hingga masyarakat tidak bisa mengakses dengan baik kebutuhan dasar mereka.

 

“Harta itu hanya berputar di sebagian pihak dan banyak di antara umat yang kemudian tidak bisa mengakses dengan baik kebutuhan dasar di antara mereka,” ungkapnya.

 

Ia menyatakan, harus ada kebijakan kekuasaan untuk memberi jaminan pada warganya berdasarkan syariat Islam agar pendistribusian harta sekaligus akses terhadap kebutuhan dasar itu sepenuhnya difasilitasi oleh negara.

 

“Apa yang selayaknya diterapkan oleh elite kekuasaan untuk memberi jaminan kepada warganya agar bisa mengakses makan bergizi, ketahanan pangan, atau kebutuhan dasar, dan sebagainya, maka setiap kebijakan negara harus diterapkan dengan syariat Islam," ujarnya.

 

Ia menerangkan, akses kepada kebutuhan dasar berupa makanan dan minuman secara Cuma-cuma berlaku ketika era Khilafah Utsmaniah.

 

“Rumah tepung atau restoran yang disediakan oleh negara dapat diakses secara cuma-cuma oleh para musafirin, at-thalibun (pelajar), muhaditsin (ahli hadis). Jika butuh uang ada jaminan dirham dinar melalui dapur-dapur yang ada, selain makanan, minuman, dan bermukim beberapa waktu karena menempuh perjalanan yang jauh," tuturnya.

 

Ia menyatakan bahwa Sultan Utsmaniah ke-8 digelari Bayezid al-Adli (seorang yang adil). “Disebut dan digelari Al-Adli karena beliau menegakkan keadilan tanpa terkecuali pada saat beliau meluaskan wilayah Utsmani ke wilayah Semenanjung Balkan, Kristian Eropa, dan Eropa Timur,” jelasnya.

 

Lanjut dikatakan, Sultan Bayezid Al-Adli mendapati banyaknya orang-orang Kristian Eropa memiliki kebutuhan khusus dan yang terkena penyakit mental, yakni telah dibunuh karena dianggap tidak berkontribusi kepada masyarakat dan negara.

 

“Orang-orang Eropa Timur ini punya anggapan, siapa pun yang tidak memiliki kontribusi bagi negara, umat, dan masyarakat seperti layaknya orang-orang yang memiliki kebutuhan khusus, terkena gangguan mental, bahkan gangguan jiwa, itukan tidak memiliki manfaat bagi umat dan masyarakat. Maka oleh orang-orang Kristian dan Eropa di Semenanjung Balkan disembelih, dibuang, dan dibunuh," ungkapnya.

 

Menyikapi hal itu, Sultan Beyazid II membuktikan keadilan Islam dengan mendirikan Darul Syifa yang menghimpunkan dan merawat orang-orang dengan kebutuhan khusus ini. “Semuanya dihimpun dan direkrut untuk menjadi pasien di Darul Syifa dan itu dibangun di seluruh wilayah Utsmaniah,” ujarnya.

 

Maka menurutnya, keadilan Islam sebagai rahmat karena penguasa yang adil akan memberi jaminan keadilan bagi pemenuhan kebutuhan dasar rakyatnya.

 

“Konsep keadilan Islam sebagai rahmat bagi semesta dan keselamatan bagi sekalian alam yang diberlakukan oleh penguasa yang adil dalam memberi jaminan keadilan untuk memenuhi kebutuhan dasar,” pungkasnya.[] Rahmah


 

 

Opini

×
Berita Terbaru Update