Tintasiyasi.ID -- Filolog dan Sejarahwan Salman Iskandar mengatakan bahwa akses pada makanan bergizi oleh masyarakat terhalang karena pendistribusian harta yang diswastanisasi.
“Akses makanan bergizi, kebutuhan
dasar, atau ketahanan pangan tidak bisa dirasakan oleh masyarakat kaum Muslim
pada hari ini, karena pendistribusian harta semuanya diswastanisasi dan
diprivatisasi,” ujarnya pada kanal YouTube Peradaban Islam ID dengan
judul Cara Jitu Khilafah Menjamin Gizi Rakyatnya, Sabtu (11/01/2025).
Menurutnya, harta hanya berputar
di sebagian pihak, hingga masyarakat tidak bisa mengakses dengan baik kebutuhan
dasar mereka.
“Harta itu hanya berputar di
sebagian pihak dan banyak di antara umat yang kemudian tidak bisa mengakses
dengan baik kebutuhan dasar di antara mereka,” ungkapnya.
Ia menyatakan, harus ada
kebijakan kekuasaan untuk memberi jaminan pada warganya berdasarkan syariat
Islam agar pendistribusian harta sekaligus akses terhadap kebutuhan dasar itu
sepenuhnya difasilitasi oleh negara.
“Apa yang selayaknya diterapkan
oleh elite kekuasaan untuk memberi jaminan kepada warganya agar bisa mengakses
makan bergizi, ketahanan pangan, atau kebutuhan dasar, dan sebagainya, maka setiap
kebijakan negara harus diterapkan dengan syariat Islam," ujarnya.
Ia menerangkan, akses kepada
kebutuhan dasar berupa makanan dan minuman secara Cuma-cuma berlaku ketika era
Khilafah Utsmaniah.
“Rumah tepung atau restoran yang
disediakan oleh negara dapat diakses secara cuma-cuma oleh para musafirin, at-thalibun
(pelajar), muhaditsin (ahli hadis). Jika butuh uang ada jaminan dirham dinar
melalui dapur-dapur yang ada, selain makanan, minuman, dan bermukim beberapa
waktu karena menempuh perjalanan yang jauh," tuturnya.
Ia menyatakan bahwa Sultan Utsmaniah
ke-8 digelari Bayezid al-Adli (seorang yang adil). “Disebut dan digelari Al-Adli
karena beliau menegakkan keadilan tanpa terkecuali pada saat beliau meluaskan
wilayah Utsmani ke wilayah Semenanjung Balkan, Kristian Eropa, dan Eropa
Timur,” jelasnya.
Lanjut dikatakan, Sultan Bayezid Al-Adli
mendapati banyaknya orang-orang Kristian Eropa memiliki kebutuhan khusus dan
yang terkena penyakit mental, yakni telah dibunuh karena dianggap tidak
berkontribusi kepada masyarakat dan negara.
“Orang-orang Eropa Timur ini
punya anggapan, siapa pun yang tidak memiliki kontribusi bagi negara, umat, dan
masyarakat seperti layaknya orang-orang yang memiliki kebutuhan khusus, terkena
gangguan mental, bahkan gangguan jiwa, itukan tidak memiliki manfaat bagi umat
dan masyarakat. Maka oleh orang-orang Kristian dan Eropa di Semenanjung Balkan disembelih,
dibuang, dan dibunuh," ungkapnya.
Menyikapi hal itu, Sultan Beyazid
II membuktikan keadilan Islam dengan mendirikan Darul Syifa yang menghimpunkan
dan merawat orang-orang dengan kebutuhan khusus ini. “Semuanya dihimpun dan
direkrut untuk menjadi pasien di Darul Syifa dan itu dibangun di seluruh
wilayah Utsmaniah,” ujarnya.
Maka menurutnya, keadilan Islam
sebagai rahmat karena penguasa yang adil akan memberi jaminan keadilan bagi
pemenuhan kebutuhan dasar rakyatnya.
“Konsep keadilan Islam sebagai
rahmat bagi semesta dan keselamatan bagi sekalian alam yang diberlakukan oleh
penguasa yang adil dalam memberi jaminan keadilan untuk memenuhi kebutuhan
dasar,” pungkasnya.[] Rahmah