Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

UFS: Memang Tidak Etis Mengucapkan Goblok, namun Ada Hal Penting yang Luput

Jumat, 06 Desember 2024 | 12:40 WIB Last Updated 2024-12-06T05:40:44Z
Tintasiyasi.ID -- Viralnya kasus Miftah Maulana Habiburrahman alias Gus Miftah versus penjual es teh Sunhaji, Influencer dan Dai Muda Ustaz Felix Siauw (UFS) menilai apa yang dilakukan Gus Miftah memang tidak etis dengan mengucapkan 'goblok' kepada seseorang, namun ada hal penting yang luput dari kasus tersebut, yakni permasalahan mental.

"Memang tidak etis dengan mengucapkan 'goblok' kepada seseorang, namun ada hal penting yang luput dari kasus ini, yakni permasalahan mental," ucapnya dalam video Ngobrolin Goblok secara Komprehensif di kanal YouTube Felix Siauw, Rabu (04/12/2024).

Banjir simpati kini tengah dirasakan penjual es teh Sunhaji. Berawal dari ejekan Gus Miftah di dalam pengajian, kini Sunhaji bak mendapat durian runtuh, dari mendapat umrah hingga rumah gratis.

"Gus Miftah memang mempunyai kebiasaan memborong dagangan ketika mengisi pengajian. Alhasil, kebiasaan yang baik ini menimbulkan harapan bagi setiap pedagang ketika berjualan di pengajian Gus Miftah agar diborong dagangannya," ujar lulusan IPB tersebut.

"Nah, itulah artinya yang menjadikan sebuah trigger, kenapa ada bapak-bapak datang kemudian dia berharap dagangannya diborong di situ, ini sikap mental yang dibentuk dari kejadian-kejadian sebelumnya," imbuhnya lagi.

Ia menegaskan, sikap mental pedagang seperti itu di pengajian tidaklah tepat. "Hal ini lantas menjadi fenomena dan akhirnya akan muncul pandangan orang yang jualan harus dibantu dan diborong," ujarnya.

"Namun, yang menjadi perhatian berbagai kalangan hanya terfokus pada ucapan ‘goblok’ yang dilontarkan Gus Miftah. Rasa iba dan kasihan banyak orang akhirnya menjadi titik balik kehidupan Sunhaji," jabarnya.

"Soalan mental penting banget, kalau kita sekarang menunjukkan ramai-ramai untuk kemudian menolong bapak tadi itu bagus. Tapi bisa enggak sih kita berfikir kalau hal ini justru menjadikan suatu yang lebih parah esok harinya, misalnya bahwa setiap orang berfikir harus dibantu," jelasnya.

UFS berpendapat, banyaknya bantuan yang diberikan akan memunculkan sifat iri dari orang yang menilai dirinya lebih susah ketimbang Sunhaji. 

"Kalian bantu dia, lalu kenapa saya gak dibantu, padahal saya lebih susah dari bapak tadi. Yang saya khawatirkan ada berpikir demikian," ungkapnya.

Sehingga, suami Ummu Alila tersebut menegaskan permasalahan Gus Miftah itu yang tidak disadari muncul dari sikap mental. 

"Pedagang atau penjual cukup diniatkan berusaha semaksimal mungkin tanpa mengharap bantuan dari pihak mana pun," tuturnya.

"Kalau misal ustaznya nanti mau membeli dan menggratiskan kepada jemaah, berarti itu kebaikan ustaznya, bukan kewajiban yang harus dilakukan ustaznya. Sikap mental harus saya kritik ini," pungkasnya.

Pria kelahiran Palembang tersebut menuturkan membantu dalam bentuk uang, umrah, atau usaha bukanlah solusi, karena bantuan tersebut tidak menyentuh akar permasalahannya.

"Yang harusnya membantu orang miskin di Indonesia adalah pemerintah, bukanlah komunitas Muslim, ormas, terlebih individu," serunya. 

"Artinya permasalahan kemiskinan di Indonesia, coba bayangkan berapa banyak dan kezaliman-kezaliman yang terjadi di Indonesia kalau semua diserahkan kepada individu dan komunitas untuk bisa menyelesaikan permasalahan itu, ini gak akan selesai," terangnya.[] Taufan


Opini

×
Berita Terbaru Update