“Jadi akhir pekan ini, Bashar Al-Asad dan rezimnya sudah
kehabisan kekuatan. Ada perpecahan di antara basis pendukungnya,” ujarnya dalam
acara diskusi live di kanal YouTube Oasis Islam, Arab Spring
Strike Back, Sabtu (07/12/ 2024)
Bahkan katanya, peristiwa tersebut tengah menunjukkan jika
Arab Spring belum berakhir, atau telah bangkit kembali.
“Setelah 13 tahun untuk rezim yang jelas-jelas tidak
memerintah seluruh negaranya. Jadi, Arab Spring kini kembali. Sempat hening
sejenak, tetapi pada dasarnya sudah kembali. Jalan yang harus ditempuh masih panjang.
Saya yakin kita akan membicarakan ini.
Banyak yang mengira ini sudah berakhir, ternyata tidak, ini benar-benar
kembali,” lanjutnya.
Dan untuk kondisi dalam negeri Suriah sendiri, ekonomi hancur
dan fisiknya luluh lantah demi mempertahankan syahwat kekuasaan.
“Akan tetapi, pendukung Bashar sesungguhnya memahami betul
jatuhnya Aleppo yang begitu cepat. Sebab pendukung atau pasukan Bashar yang
diletakkan di Aleppo, tidak melakukan perlawanan, dan tidak rela mati berperang
demi Bashar yang kerjanya hanya keluar negeri,” ungkapnya.
Selama kepeimimpinan Bashar, kata pengamat internasional itu,
ternyata tidak mampu memerintah seluruh negara Suriah. “Karena faktanya, ada
kelompok lain yang berani mengklaim bahwa mereka berkuasa di beberapa wilayah
bagian Suriah,” tegasnya.
Oleh karena, lanjutnya, para pendukung Bashar yang jelas
mengetahui bahwa kepemimpinannya sudah kehabisan tenaga. Adnan Khan menyebut, kondisi demikian justru
akan membuka banyak pintu masalah dan kekhawatiran pada para pemimpin regional
dan global.
“Ya, jelas kita telah menyaksikan bagaimana kekuatan global
telah melibatkan dirinya atau ikut campur dengan urusan kekuatan regional. Apa
yang terjadi di tahun 2016, ketika warganya berlari dan mencari tempat-tempat
perlindungan keluar Suriah, ia kembali menariknya. Ia sendiri memperjuangkannya
karena faktanya, ia tidak mampu mengandalkan pasukan militernya, karena
pasukannya telah bubar,” imbuh Adnan lagi.
Menurutnya, kondisi Suriah saat ini tidak berbeda dengan
Palestina dan Ukraina. Artinya, sama-sama sedang mengalami peperangan. “Bashar
Asad adalah salah satu aktor penjahat perang. Sebagai pemimpin, ia tidak
pernah memperbaiki kondisi Suriah, bahkan sebagian wilayah lepas dari
kendalinya sejak Arab Spring dimulai,” bebernya.
“Kita ketahui bersama, di dunia ini ada beberapa peperangan
yang berlanjut, seperti perang di Ukraina, kemudian tentu saja tahun lalu
meningkatnya serangan genosida terhadap Palestina. Dan sesunggguhnya apa yang
terjadi adalah Bassar Al-Asad juga merupakan salah satu pelaku perang dunia
saat ini,” tegasnya lanjut.
Selanjutnya kata Adnan, diskusi yang paling menarik tentang
Suriah untuk dibahas adalah situasi yang mungkin bisa terjadi pasca tumbangnya
Bashar sepuluh tahun ke depan. “Karena salah satu yang menjadi sorotan saat ini
adalah kelompok yang melakukan kerusuhan dalam negeri akan terus beraksi demi
bertahan hidup, dan masih banyak hal lainnya yang mungkin akan terjadi.
“Bahkan, nasib masa depan kehidupan Bashar pun bisa
diprediksi apalagi jika mengingat perbuatannya yang menindas rakyat dengan
ketidakadilan, serta pemimpin yang sangat diktator seperti ayahnya dan para
diktator lainnya di dunia Arab,” ujarnya.
Menurut Adnan, tidak menutup kemungkinan jika aka nada massa
yang berbalik melawan Bashar di saat terpuruknya akibat penindasan yang pernah
menimpa mereka.
“Jika Anda menindas orang-orang, lalu mereka akan bangkit,
pada akhirnya akan ada kerusuhan karena mereka berpikir Anda menggunakan
kekuatan yang kasar saat memerintah. Anda mencengkeram leher mereka, kemudian
sekarang saatnya mereka berkompromi dan muncul kerusuhan baru. Ditambah para
pendukung Anda akan berbalik melawan Anda dan di situlah kita berada saat ini,”
pungkasnya.[] M. Siregar