Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Politik Pendidikan Berefek pada Mutu Pendidikan

Kamis, 12 Desember 2024 | 15:40 WIB Last Updated 2024-12-12T08:41:06Z
TintaSiyasi.id -- Sederet Potret Buram Pendidikan Ala Kapitalis

Pendidikan adalah suatu upaya yang sistematis dan terstruktur dalam mentransfer informasi berupa ilmu pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan yang diberikan seseorang kepada orang lain. Dengan pendidikan, diharapkan seseorang dapat memiliki kekuatan spiritual keagamaan, mengubah tata perilaku, mewujudkan kecerdasan, serta mendapatkan keterampilan umum yang dibutuhkan dalam dirinya maupun masyarakat. Oleh sebab itu, sangat dibutuhkan bahan ajar, kurikulum, dan tenaga pendidik yang berkualitas untuk mewujudkan generasi yang berkualitas.

Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah dan belum merata. Pada tahun 2023, Indonesia menempati peringkat ke-67 dari 203 negara dalam peringkat sistem pendidikan dunia. Rangkaian sistem pendidikan yang cukup rumit dan transformasi kurikulum yang berlebihan telah menyumbang pada kegagalan dunia pendidikan saat ini.

Perubahan kurikulum menciptakan ketidakstabilan dalam sistem pendidikan, tetapi juga menunjukkan ketidakjelasan visi jangka panjang dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Pergantian kurikulum sering terjadi seiring bergantinya para pemangku kebijakan. Praktik pendidikan yang bersifat komersial telah melibatkan investor dan oligarki dalam setiap sudut pandang pendidikan saat ini. Hal inilah yang mendorong para lulusan untuk menjadi target pasar para oligarki, bukan penggerak perubahan dan kemajuan negeri ini.

Hambatan ekonomi dalam akses pendidikan telah menyebabkan angka putus sekolah terus meningkat. Dunia pendidikan yang telah dikomersialkan oleh pihak swasta menjadikan pendidikan sebagai barang mahal di Indonesia. Generasi saat ini lebih memilih menjadi influencer di media sosial. Mereka berpikir tanpa pendidikan pun bisa menghasilkan uang melalui profesi tersebut.

Belum lagi, sarana dan prasarana yang tidak memadai serta kapasitas pengajar yang tidak sesuai target menjadi faktor penyebab buruknya kualitas pendidikan. Banyak gedung sekolah, baik di kota maupun di desa, yang jauh dari kata layak, menunjukkan bahwa pemimpin negeri ini tidak memprioritaskan pendidikan dalam kebijakan mereka.

Berbagai kecelakaan terjadi akibat bangunan sekolah yang roboh serta akses menuju sekolah yang sulit. Ada wilayah di mana anak-anak harus menyeberangi sungai dengan jembatan seadanya untuk sampai ke sekolah. Mereka harus bertaruh nyawa setiap hari.

Kualitas guru yang menurun disebabkan oleh kesibukan mengurusi keruwetan birokrasi, administrasi, serta laporan hasil kinerja, dan fokus membuka platform Merdeka Mengajar. Hal ini mendorong para pendidik meninggalkan tugas utama mereka sebagai pencerdas bangsa demi memenuhi administrasi. Ini dinilai hanya sebagai ajang pamer produk kementerian pendidikan.

Kecilnya penghasilan guru yang tidak sebanding dengan beban administrasi dan mengajar menjadi penghambat keberhasilan proses belajar mengajar. Gaji yang tidak layak mendorong guru mencari pekerjaan tambahan untuk memenuhi kebutuhan harian. Ada guru yang menjadi pedagang, mengajar les privat, meraup rupiah melalui media sosial, hingga terlibat dalam judi online.

Pajak penghasilan juga dipungut meskipun gaji yang diterima tidak layak. Seolah-olah negeri ini tidak peduli dengan kesengsaraan hidup masyarakatnya. Pajak menjadi tulang punggung pendapatan negara, menunjukkan ketidakmampuan negara dalam membiayai kebutuhan rakyatnya.

Wujudkan Pendidikan Unggulan Berbasis Islam

Sesuai arahan Islam, pendidikan melibatkan tiga unsur pelaksana, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Unsur-unsur tersebut harus berjalan secara sinergis dan dinamis.

Keluarga harus menjadikan Islam sebagai kiblat dalam mendidik, membina, dan berinteraksi dengan kasih sayang. Hal ini akan memicu lahirnya generasi yang stabil dan jauh dari keburukan. Orang tua harus berperan dengan benar. Ayah sebagai kepala keluarga sekaligus pencari nafkah, dan ibu sebagai madrasah ula yang mencurahkan segenap kemampuannya untuk mendidik anak.

Orang tua tidak boleh menjadikan sekolah sebagai tempat "laundry" pendidikan, menganggap bahwa kecerdasan intelektual dan akidah anak sepenuhnya tanggung jawab sekolah. Justru orang tua harus hadir sebagai mitra sejati dalam mewujudkan pendidikan terbaik.

Sinergi antara sekolah dan keluarga menjadi tolok ukur suksesnya pendidikan. Sekolah harus mendesain kurikulum berbasis akidah Islam, kepribadian Islam, tsaqofah Islam, serta ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pendidikan di Masa Keemasan Islam

Pada masa Daulah Khilafah, pendidikan gratis dan berkualitas sesuai syariat terwujud. Semua pembiayaan diambil dari pemanfaatan sumber daya alam yang benar dan maksimal, sehingga masyarakat sejahtera.

Rasulullah menjadikan pendidikan sebagai kebutuhan dasar manusia yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab negara. Negara juga menyediakan fasilitas yang memadai, seperti gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium, dan asrama.

Guru dihormati dan dihargai, seperti pada masa Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi, di mana seorang guru digaji setara 170 gram emas atau Rp 102.000.000 per bulan, belum termasuk tunjangan lainnya. Semua biaya ini berasal dari Baitul Mal Khilafah.

Oleh: Putri Rahmi DE, SST
Praktisi Pendidikan

Opini

×
Berita Terbaru Update