Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Perubahan Ideal Bagi Suriah Adalah Tegaknya Khilafah

Sabtu, 21 Desember 2024 | 12:04 WIB Last Updated 2024-12-21T05:05:41Z
TintaSiyasi.id -- Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa Dr. Ahmad Sastra, mengatakan perubahan ideal bagi Suriah adalah tegaknya Khilafah Islamiah yang menjadi pemersatu negeri-negeri Muslim di dunia

"Perubahan ideal pasca runtuhnya Rezim Bashar Assad bagi Suriah adalah tegaknya khilafah Islamiah yang menjadi pemersatu negeri-negeri muslim di dunia, sehingga akan mampu menyelamatkan kaum muslimin yang terus dalam keterjajahan," ungkapnya dalam keterangan yang diterima TintaSiyasi, Kamis (19/12/2024).

Pasca jatuhnya Rezim Bashar Al Assad, mestinya perubahan mendasar dirancang oleh para pemimpin baru Suriah. Yakni perubahan yang tidak hanya perubahan rezim, tapi juga perubahan sistem. Perubahan sistem dalam hal ini adalah dari sistem sekuler yang ada, menjadi sistem pemerintahan Islam (khilafah).

Kemudian, ia mengingatkan bahwa umat Islam pada umumnya bisa belajar dari peristiwa penting revolusi Suriah. Bahwa menumbangkan rezim diktator Bashar Al Assad itu suatu kemajuan bagi kemenangan kaum Muslimin di Suriah. Namun jika upaya revolusi itu tidak diikuti oleh perubahan sistem, maka yang akan terjadi adalah perubahan semu karena masih dalam kendali Amerika. Tentu saja Amerika tidak menginginkan Suriah dibangun dengan sistem Islam. 

"Jadi pada titik ini, umat Islam harus mewaspadai intervensi asing dalam setiap proses perubahan politik di negeri-negeri Muslim," ujarnya 

Lebih lanjut, kata Sastra, tumbangnya rezim bengis ini tentu saja suatu kebaikan untuk masyarakat Suriah yang selama ini sangat menderita karena kekejamannya. Ribuan rakyat Suriah dipenjara dengan berbagai penyiksaan yang tiada tara. Wajar jika rakyat Suriah merayakan kejatuhan rezim yang telah 50 tahun berkuasa ini, dimulai dari Hafez Al Assad, ayah dari Bashar Assad.

Suriah adalah bagian dari negeri Syam pada masa kejayaan khilafah Islam. Negeri ini diberkahi secara spiritual dan material. Keberkahan tersebut meliputi kekayaan iman, tempat para nabi, dan sejarah Islam. Negeri Syam adalah negeri yang diberkahi, sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ bersabda: "Berbahagialah negeri Syam!" Para sahabat bertanya, "Mengapa, wahai Rasulullah?". Beliau menjawab: "Karena malaikat Rahmat mengembangkan sayapnya di atas negeri itu." (HR. Tirmidzi, Ahmad, dan Hakim)," paparnya.

"Negeri Syam juga menjadi indikator kebaikan umat pada akhir zaman. Rasulullah ﷺ bersabda: "Apabila penduduk Syam telah rusak, maka tidak ada kebaikan lagi di antara kalian. Akan terus ada sekelompok umatku yang mendapatkan pertolongan (kemenangan). Tidak akan memudaratkan mereka siapa pun yang meninggalkan atau menentang mereka, sampai datang keputusan Allah dan mereka tetap berada dalam keadaan demikian." (HR. Tirmidzi, no. 2192; Ahmad, no. 5098)," ungkapnya.

Ia menambahkan bahwa sistem khilafah inilah yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dan dilanjutkan oleh para khalifahnya sesudah beliau, mulai dari Khalifah Abu Bakar Shiddiq (berkuasa tahun 632 M), hingga Khalifah terakhir di Turki, yaitu Sultan Abdul Majid II (lengser tahun 1924).

"Umat Islam harus terus berjuang untuk menggagalkan solusi sekuler ini dan menegakkan kembali pemerintahan Islam. Umat Islam harus yakin akan firman Alah Swt dalam surah As-Saff ayat 13 yang artinya, "Pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang beriman," urainya.

Ia menjelaskan, berkaca dari sejarah, penaklukan Suriah oleh Muslim terjadi pada paruh pertama abad ke-7, di mana wilayah ini sudah dikenal sebelumnya dengan nama lain seperti Bilad al-Sham, Levant, atau Suriah Raya. Sebenarnya pasukan Islam sudah berada di perbatasan selatan beberapa tahun sebelum Nabi Muhammad meninggal dunia tahun 632 M, seperti terjadinya Pertempuran Mu'tah pada tahun 629 M, akan tetapi penaklukan sesungguhnya baru dimulai pada tahun 634 M di bawah perintah Khalifah Abu Bakar dan Umar bin Khattab, dengan Khalid bin Walid sebagai panglima utamanya.

"Wilayah pertama yang berhasil ditaklukkan adalah Damaskus pada tahun 635 M, dan Yerusalem pada tahun 637 M. dipimpin oleh panglima Khalid bin Walid pada masa pemerintahan khalifah Umar bin Khattab. Pada saat menyerahnya Damaskus ke tangan Islam, penduduk dijamin keamanannya (harta, nyawa, bahkan gereja) dengan syarat mereka mau membayar upeti atau jizyah," ungkapnya.

Ia mengutip pernyataan Imam Taqiyuddin An-Nabhani, rahimahullāh, ada 4 (empat) syarat bagi suatu negeri (al-quthr/al-balad) yang akan membaiat khalifah dalam kondisi tiadanya khilafah sama sekali. Empat syarat tersebut adalah sebagai berikut :

Pertama, kekuasaan (sulthān) yang ada negeri tersebut, haruslah merupakan kekuasaan yang mandiri (sulthān dzāty), yang bersandar kepada kaum muslimin semata, tidak bersandar kepada negara asing (kafir) atau orang asing (kafir).

Kedua, keamanan (al-amān) di negeri tersebut haruslah merupakan keamanan Islam, dalam arti perlindungan (al-ḥimāyah) bagi negeri tersebut, baik keamanan dalam negeri maupun kemanan luar negerinya, semuanya merupakan keamanan yang berada di tangan kaum muslimin.

Ketiga, negeri tersebut harus segera memulai penerapan Islam dengan penerapan yang sempurna dan menyeluruh (dalam segala aspek kehidupan) di dalam negeri, dan harus segera melakukan kegiatan mengemban dakwah Islam ke seluruh dunia di luar negeri.

Keempat, khalifah yang dibaiat harus memenuhi syarat-syarat baiat in'iqād, meskipun tidak memenuhi syarat-syarat afdholiyah (keutamaan), karena yang menjadi standar/patokan (al-'ibrah) adalah syarat-syarat in'iqād. ('Abdul Qadim Zallum, Nizhām Al-Ḥukm fī Al-Islām, 59-60; Taqiyuddin An-Nabhani, +Al-Syakhshiyyah Al-Islāmiyyah,_ Juz II, hlm, 26; Muqaddimat Al-Dustūr, Juz I, hlm. 125-130).

"Untuk itu umat Islam harus punya kesadaran politik Islam dalam menyikapi setiap perkembangan politik di dunia dengan terus memberikan kesadaran akan pentingnya menegakkan khilafah Islam yang akan menyatukan negeri-negeri muslim sebagaimana pernah terjadi dalam sejarah. Khilafah Islamiah inilah yang akan mewujudkan kemerdekaan hakiki bagi kaum muslimin di seluruh dunia dan mampu mengalahkan negara-negara penjajah Barat dan sekutunya," pungkasnya.[] Alfia Purwanti

Opini

×
Berita Terbaru Update