TintaSiyasi.id -- Menangapi kebijakam pemerintah menaikkan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) dari 11 persen me jadi 12 persen pada tahun 2025 Ulama yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Al Abqary Serang Banten K.H. Yasin Muthohar, mengatakan, sungguh ini adalah kezaliman yang tidak bisa dibiarkan.
"Sungguh ini adalah kezaliman, sungguh ini adalah perkara yang tidak bisa dibiarkan, kaum muslimin harus bangkit, rakyat harus bangkit mengingatkan penguasa, kalau penguasa itu mau selamat dunia akhirat maka mereka harus menghentikan kebijakan-kebijakan yang akan menyulitkan rakyat," ungkapnya di Instagram abi.yasinmuthohar, Sabtu (21/12/2024).
Ia memberikan alasan mengapa rakyat harus menolak kenaika tarif PPN menjadi 12 persen. Pertama, perbuatan yang akan membahayakan. Rasulullah Saw. bersabda; “Tidak boleh memadharati diri sendiri dan orang lain.” (HR. Ibnu Majah no. 2341, Thabrani dalam Al Kabir no. 11806, dan dishahihkan oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani –rahimahullah– dalam Shahih Al Jami’ no. 7517.).
"Tidak boleh menyulitkan diri dan menyulitkan orang lain. Tidak boleh menimpakan Al Madhar, kesulitan, darurat kepada diri sendiri dan kepada orang lain. Sehingga dari hadis riwayat imam Bukhari, para ulama menetapkan satu kaidah bahwa al aslu bil madar at tahrim (hukum asal perkara yang mendatangkan madharat itu adalah haram). Karena itu kita harus menghentikan keharaman ini," jelasnya.
Kedua, peringatan bagi pemerintah, bagi semuanya yang menetapkan pungutan-pungutan tidak ada kompensasi untuk rakyat, maka diancam oleh hadis Nabi Saw. Rasulullah Saw. bersabda; “Tidak akan masuk surga orang yang mengambil pajak (secara zhalim).“ (HR Abu Daud, no : 2548, hadis ini dishohihkan oleh Imam al Hakim).
Ketiga, Rasulullah mendoakan pemimpin yang zalim terhadap rakyatnya. Begitu juga mendoakan pemimpin yang mengurus rakyatnya. Ia mengutip doa Rasul itu; Ya Allah, barang siapa yang diberi tanggungjawab untuk menangani urusan umatku, lalu ia mempersulit mereka, maka persulitlah hidupnya. Dan barang siapa yang diberi tanggungjawab untuk mengurusi umatku, lalu ia memudahkan urusan mereka, maka mudahkanlah hidupnya” (HR.Muslim).
"Wahai para penguasa, para pemimpin, bapak presiden Prabowo, para menteri, para penguasa di negeri ini. Pilih mana, apakah anda termasuk orang-orang yang didoakan kebaikan oleh Rasulullah, atau didoakan keburukan oleh Rasulullah? Karena Rasul dalam hadis ini mendoakan kebaikan untuk penguasa yang sayang kepada rakyatnya, menyantuni rakyatnya, mengayomi rakyatnya, memelihara urusan rakyatnya, disebutkan oleh para ulama yang dimaksud dengan penguasa yang menyayangi rakyatnya itu adalah penguasa yang meriayah, mengatur rakyatnya dengan perintah Allah dan larangan Allah. ketika mengeluarkan kebijakan-kebijakan itu mengacu kepada syariat Islam sehingga itu akan menjadi kebijakan yang menentramkan, menyejahterakan, memudahkan, membuat rakyat tenang, memudahkan rakyat menjalani urusan-urusan di dalam hidupnya," paparnya.
"Apakah anda mau termasuk itu? Atau anda mau termasuk orang-orang yang didoakan oleh Rasul menyulitkan rakyatnya karena dia menetapkan kebijakan-kebijakan yang bertentangan dengan syariat sehingga akhirnya menimbulkan kesulitan ekonomi di tengah-tengah rakyat, maka hati-hati anda di doakan ya Allah sulitkan kehidupannya, apakah anda mau termasuk wahai para penguasa orang yang disulitkan kehidupannya di dunia ini dan di akhirat nanti?," pungkasnya.[] Alfia Purwanti