TintaSiyasi.id -- Pakar Fikih Kontemporer KH Muhammad Shiddiq Al-Jawi jelaskan makna jujur yaitu kesesuaian perkataan dengan faktanya sesuai keyakinan orang yang berkata.
"Jujur adalah kesesuaian perkataan dengan faktanya, sesuai keyakinan orang yang berkata.” (Rawwas Qal’ah Jie, Mu’jam Lughat al-Fuqoha`, hlm. 243)," tuturnya di kanal YouTube Ngaji Subuh bertajuk Kejujuran dalam Bekerja, Kamis (19/12/24).
Jadi, jujur itu kata Kiai Shiddiq terkait dengan sesuai atau tidak sesuainya dua hal. Pertama adalah ucapan, kemudian fakta. Kalau ucapan yang diucapkan sesuai dengan fakta maka disebut jujur. Kalau ucapan tidak sesuai dengan fakta disebut bohong. Tetapi yang disebut jujur itu adalah ucapan yang sesuai dengan fakta menurut keyakinan orang yang berkata.
"Ini mengandung pengertian bisa jadi orang itu jujur, apa yang diucapkan itu sesuai dengan fakta. Tetapi secara tidak sengaja sebenarnya ucapannya itu tidak sesuai dengan fakta. Tetapi ketidak sesuaian itu tidak bisa disebut bohong karena sesuai dengan keyakinan orang itu memang faktanya begitu.
"Sebagai contoh misalnya ditanya apakah anda sehat? Apakah Anda terkena Covid? Sejauh keyakinan orang itu misalkan, sejauh pengetahuan dia atau keyakinan dia tidak terkenal Covid. Dia sehat-sehat saja lalu dia mengatakan "tidak", padahal misalkan pada hari itu ketika diadakan tes ternyata dia positif Covid," jelasnya.
Ia menilai, jujur itu adalah kesesuaian perkataan dengan fakta hanya menurut keyakinan orang yang berkata. Nah kebalikannya Al khadzib atau kebohongan atau kedustaan itu adalah tidak sesuainya ucapan itu dengan kenyataan nah jadi ucapan tidak sesuai dengan kenyataan berarti itulah yang disebut dengan bohong atau dusta.
"Orang yang jujur disebut dengan istilah sodiq, nah orang yang sangat jujur itu disebut dengan sidiq. Sidiq itu menurut bahasa arab dari segi format bentuk kata zigat mubalagah, yaitu suatu bentuk kata yang berfungsi untuk menunjukkan sangat atau sesuatu yang kualitasnya itu superlatif. Jadi orang yang sangat jujur disebut sidiq, tapi kalau jujur tidak ada kualitas disebut sodiq," tandasnya.
Hukum Asal Jujur
Kiai Shiddiq mengungkapkan, jujur itu hukum asalnya wajib di dalam Islam sesuai dalil-dalil syar'i yang memerintahkan Muslim berkata jujur. Seperti firman Allah subhanahu wa ta'ala di dalam surat At Taubah ayat 119. "Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kamu kepada Allah dan hendaklah kamu bersama dengan orang-orang yang benar". Atau maknanya bisa ditafsirkan dengan kalimat lain hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur sodiq.
"Ketika Allah memerintahkan kita untuk bersama orang-orang yang benar atau jujur ya berarti ini perintah kepada kita untuk menjadi orang yang jujur. Di dalam hadis-hadis Nabi banyak perintah untuk jujur. Sekaligus sebaliknya larangan berbohong atau bahasa arabnya kadzib," ucapnya.
Ia menambahkan, di dalam sebuah hadis Rasulullah Saw bersabda, wajib atasmu berlaku jujur, karena jujur itu bersama kebaikan, dan keduanya itu akan mengantarkan seorang Muslim ke surga.
"Nah disamping perintah jujur ini sekaligus ini ada larangan untuk berbohong atau berdusta. Jauhkan dirimu dari berdusta atau berbohong, karena kedustaan itu bersama kedurhakaan. Yaitu ketidaktaatan itu keduanya akan menjadikan Muslim itu berada di neraka, hadis riwayat Ibnu Hiban," pungkasnya. [] Munamah