“Kita baru saja mengalami sebuah perkembangan yang meresahkan di penjara yang sudah berdiri selama 86 tahun, yaitu FMC Carswell, penjara di mana Aafia Siddiqui, Ph.D. telah melakukan pelarangan Imam Omar Sulaiman untuk bertemu dengannya,” ujarnya dalam TRT World, (24/11/2024).
Menurutnya, pelarangan tersebut merupakan sebuah pelanggaran hak asasi yang sudah mendapatkan perlindungan konstitusi dalam kebebasan menjalankan sebuah keayakinan. Apalagi katanya, Aafia adalah korban yang tidak tebukti atas kejahatan yang didakwakan padanya.
Padahal menurut Maria, dirinya sering menyaksikan para pemuka agama lain berkunjung ke sel-sel narapidana Guantanamo, seperti pastur maupun rabi. “Akan tetapi, saat yang akan dikunjungi adalah Aafia, maka ada larangan. Padahal Aafia sudah 16 tahun tidak pernah bertemu dengan imam mana pun,” sesalnya.
“Ketika saya mengunjungi Aafia, saya sering berjalan melewati ruang konferensi, di mana beberapa orang alim berkunjung ke narapidana. Mereka ada dari kalangan rabi, pastur, yang mengapa bebas untuk datang dan bertemu narapidana? Tetapi sayangnya, Aafia tidak diberikan hak untuk berkunjung dengan seorang imam selama 16 tahun?” bebernya.
Ia mempertanyakan tentang kebenaran yang disembunyikan dalam penjara atas larangan pertemuan Imam Omar dengan Aafia.
“Sekarang kita butuh kejelasan tentang apa yang sedang dilakukan oleh penjara dengan hal ini? Adanya kebenaran atas pengecualian Imam Omar Sulaiman yang memiliki 3 juta followers di akun sosial medianya. Tapi menurut saya jawabannya sederhana, karena ia mendampingi hukum Aafia,” jelasnya lanjut.
Lanjut Maria katakan, bahwa kejadian tersebut cukup membuktikan bahwa telah terjadi upaya pembungkaman terhadap kebenaran. Bukan hanya terhadap Aafia, tetapi diperkirakan juga kepada semua narapidana wanita lainnya di balik jeruji besi FMC Carswell.
“Laporan seorang senat AS baru-baru ini mengatakan bahwa antara tahun 2012 dan 2022, masa di mana Aafia berada dalam penjara FMC Carswell, ada 22 stafnya terlibat dalam kasus kekerasan seksual terhadap 22 wanita. Ini adalah angka terbesar yang dilaporkan untuk beberapa penjara di AS saat itu. 12 anggota staf FMC Carswell, termasuk salah satu pendeta Kristen telah dihukum untuk pemerkosaan, “ungkap Maria selanjutnya.
Sehingga ia menyakini bahwa penjara sebenarnya sedang melakukan sensor atas pengunjung narapidana.
Sebagia kuasa hukum Aafia, pertemuan antara Imam Omar Sulaiman dengan dr. Aafia Siddqui sangatlah penting menurutnya. “Terlebih dalam upaya meringankan trauma psikis, serta sakit fisik yang tengah diderita Aafia,” ujarnya.
“Sangatlah penting bagi Aafia bertemu Imam Omar, untuk membantunya meringankan trauma, sakit, penderitaan fisik, dan kekerasan seksual. Ia menderita saat ini di penjara FMC Carswell di tangan staf penjara. Sehingga perlu dukungan secara emosi setelah mengalami kekerasan seksual yang dia menderita karenanya, sejak menjadi tahanan di Amerika di Afghanistan dari 2003-2008,” pungkasnya.[] M. Siregar