TintaSiyasi.id -- Dikutip dari liputan6.com (02/12/2024) bahwa Presiden RI, Prabowo Subianto mengumumkan pada 2025 gaji para guru berstatus aparatur sipil negara (ASN) dan non-ASN akan naik. Guru ASN mendapatkan peningkatan kesejahteraan 1 kali gaji pokoknya, sedangkan non-ASN mendapat kenaikan tunjangan profesi Rp2.000.000,-.
Kebijakan di atas tentu membawa angin segar untuk seluruh guru di negeri ini. Pemerintah kini mulai melirik dan memenuhi apa yang menjadi haknya. Namun, fakta berbicara lain, di tengah hiruk pikuk masalah yang makin menumpuk nyatanya kenaikan harga bahan-bahan pokok sudah menunggu. Apalagi saat ini momen pergantian tahun serta perayaan hari besar umat lain. Sudah dipastikan bahwa kenaikan tersebut dinilai hanya membawa kegembiraan sesaat. Mungkin bisa kita katakan hanya sebatas ilusi semu semata. Gaji tinggi, tetapi harga bahan melonjak naik maka hal itu akan sama saja.
Jika kita berbicara mendalam soal guru, maka tentu di tangan mereka generasi ini akan dipertaruhkan. Lewat tangannya jualah, generasi ini dibentuk dan diarahkan. Sehingga tugasnya begitu berat dengan tanggung jawab yang segudang. Bahkan sematan pahlawan tanpa tanda jasa menjadi sebutan serta gelar dari para guru. Namun nyatanya di sistem sekarang ini tak mampu membawa guru keluar dari lembah terjal yang kini mengurungnya.
Guru dalam sistem sekarang bak robot yang diamanahi untuk mencerdaskan seluruh generasi di negeri ini. Bahkan berbagai tugas dan formulir sertifikasi harus diselesaikan sesuai batas waktu yang tertera. Mengapa mereka melakukan demikian? Karena untuk mendapatkan tambahan penghasilan atau tunjangan profesi yang disebutkan di atas tadi. Mereka bahkan sampai rela begadang agar segera selesai. Belum lagi ada juga guru yang demi memenuhi kebutuhan hidupnya rela bekerja sampingan. Semua itu demi terpenuhinya kebutuhan hidup.
Saat ini, negara jauh dari kata 'pengurus' (raa'in). Negara berperan hanya sebagai fasilitator serta regulator saja. Kepekaan tampaknya hilang bahkan pudar. Masyarakat, termasuk para pendidik di suruh mandiri untuk mengurus seluruh kebutuhan selama di dunia sekaligus memenuhinya. Entah bagaimana caranya, yang penting mereka semua bisa mandiri. Nah, inilah salah satu bukti bahwa negara berlepas tangan akan pengurusan rakyat. Semua itu karena sistem kapitalis membentuknya seperti itu. Kapitalis juga memperlihatkan kepada kita bahwa guru tidak dihargai sama sekali.
Berbeda ketika Islam diterapkan dalam kehidupan dunia ini. Dengan aturannya yang sempurna lagi menyeluruh, insyaAllah dapat menjawab serta memberikan solusi atas seluruh persoalan kehidupan manusia. Termasuk pula pada ranah pendidikan dan gaji guru ini. Islam memberikan penghargaan luar biasa kepada semua manusia yang mampu memberikan suatu maslahat ke masyarakat. Artinya, pendidik atau guru menjadi sesuatu yang benar-benar dihargai karena pekerjaan tersebut berat. Guru, selain transfer ilmu juga harus memberikan contoh dalam pengajaran adab terhadap siswanya. Termasuk pula membentuknya menjadi insan kokoh, mempunyai akidah yang kuat. Dengan pekerjaan berat tersebut, maka negara akan memberikan gaji yang sepadan juga. Sebagaimana tercatat dalam sejarah bahwa seorang guru digaji 15 dinar per bulan ketika masa Khalifah Umar. Jika disetarakan dengan harga emas sekarang maka nilainya mencapai Rp89.000.000,- per bulan. Kemudian di masa Khalifah Harun Al-Rasyid pernah ada aturan bahwa bayaran terhadap kitab yang berhasil dibuat adalah dengan emas.
Besarannya sama seperti berat kitab yang dihasilkan. Sungguh luar biasa, bagaimana Islam benar-benar menghargai para pendidik dan buku yang berhasil dibuat. Gaji para pendidik diambil dari kas negara (baitulmal). Negara mempunyai kas yang bersumber dari 13 pos. Sehingga wajar saja jika gajinya dibayar sangat besar.
Alhasil, begitu sejahtera ketika Islam ditetapkan dalam kehidupan ini. Semua itu bisa terwujud ketika ada institusi yang mau menerapkan hukum syarak secara sempurna. Itulah Daulah Khilafah yang akan menunjuk pemimpin yang akan menerapkan syariat secara menyeluruh. InsyaAllah permasalahan guru dan yang lainnya akan tuntas jika Islam diterapkan. Termasuk pula mampu mencetak generasi tangguh lagi kuat. Wallahu'alam.
Oleh: Mulyaningsih
Pemerhati Masalah Anak & Keluarga