Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Keikhlasan, Kejujuran, dan Keteguhan Niat menurut Imam An-Nawawi Ad-Dimasyqi

Minggu, 22 Desember 2024 | 23:19 WIB Last Updated 2024-12-22T16:19:57Z
TintaSiyasi.id— Imam An-Nawawi, seorang ulama besar dari abad ke-13 yang terkenal dengan kitabnya Riyadhus Shalihin dan Al-Arba'in An-Nawawiyyah, banyak membahas konsep-konsep fundamental dalam Islam, termasuk keikhlasan (ikhlas), kejujuran (shidq), dan keteguhan niat (niyyah). Menurut beliau, ketiga sifat ini menjadi fondasi amal seorang Muslim agar diterima oleh Allah Swt. dan bermanfaat dalam kehidupan dunia dan akhirat.

1. Keikhlasan (Ikhlas)
Keikhlasan adalah inti dari semua amal ibadah. Imam An-Nawawi menekankan bahwa setiap amal harus dilakukan murni karena Allah, tanpa campuran niat untuk duniawi atau pujian manusia.
Konsep Keikhlasan Menurut Imam An-Nawawi:
• Dalil Al-Qur'an:
o “Dan mereka tidak diperintahkan kecuali agar mereka menyembah Allah dengan ikhlas...” (QS Al-Bayyinah: 5).
• Hadis: Hadis pertama dalam Arba'in An-Nawawiyyah adalah:
o “Sesungguhnya amal itu tergantung pada niat, dan setiap orang mendapatkan apa yang ia niatkan...” (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadis ini menunjukkan pentingnya ikhlas dalam amal.
• Makna Ikhlas:
o Ikhlas adalah membersihkan niat dari tujuan selain Allah SWT.
o Amal tanpa keikhlasan tidak memiliki nilai di sisi Allah, meskipun tampak besar.
Cara Menumbuhkan Keikhlasan:
1. Mengingat Keagungan Allah: Sadari bahwa semua amal hanya untuk mendekatkan diri kepada Allah.
2. Menjaga Niat Sebelum, Saat, dan Setelah Amal: Pastikan niat tetap lurus sepanjang proses amal.
3. Jauhi Riya’ dan Sum'ah: Hindari pamer atau mencari pujian manusia.

2. Kejujuran (Shidq)
Kejujuran adalah pilar penting dalam hubungan manusia dengan Allah dan sesama makhluk. Menurut Imam An-Nawawi, kejujuran bukan hanya soal berkata benar, tetapi juga mencakup konsistensi dalam keyakinan, niat, dan tindakan.
Kejujuran dalam Tiga Aspek:
1. Kejujuran dalam Niat: Niat harus benar-benar untuk Allah, bukan untuk kepentingan duniawi.
2. Kejujuran dalam Perkataan: Berbicara hanya yang benar, sesuai dengan fakta.
3. Kejujuran dalam Perbuatan: Melakukan apa yang dikatakan dan menepati janji.
Dalil tentang Kejujuran:
• Al-Qur'an:
o “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur.” (QS At-Taubah: 119).
• Hadis Nabi:
o “Sesungguhnya kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa kepada surga...” (HR. Bukhari dan Muslim).
Manfaat Kejujuran:
• Mendapat kepercayaan dari manusia dan ridha Allah.
• Menjadi ciri khas orang bertakwa dan tanda seorang mukmin sejati.

3. Keteguhan Niat (Niyyah)
Imam An-Nawawi memandang niat sebagai landasan dari seluruh amal. Tanpa niat yang benar dan teguh, amal tidak akan diterima.
Ciri-Ciri Niat yang Teguh:
1. Berorientasi pada Akhirat: Fokus pada ridha Allah dan balasan di akhirat.
2. Konsisten dalam Amal: Tidak berubah karena faktor eksternal seperti pujian atau celaan manusia.
3. Dilakukan dengan Kesadaran Penuh: Amal dilakukan dengan memahami tujuan dan pentingnya.
Dalil Pentingnya Niat:
• “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada tubuh dan rupa kalian, tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian.” (HR. Muslim).
• Hal ini menunjukkan bahwa ketulusan niat lebih utama daripada bentuk lahiriah amal.
Cara Menguatkan Niat:
1. Berdoa kepada Allah: Memohon agar hati selalu diberi keikhlasan dan keteguhan.
2. Muhasabah Diri: Selalu introspeksi apakah niat sudah murni untuk Allah.
3. Menghindari Gangguan Duniawi: Menjauhkan diri dari godaan pujian atau penghargaan manusia.

Keterkaitan antara Keikhlasan, Kejujuran, dan Keteguhan Niat
• Ketiga sifat ini saling melengkapi. Keikhlasan adalah fondasi niat, kejujuran memastikan niat tetap lurus, dan keteguhan niat menjamin konsistensi amal.
• Jika seseorang memiliki keikhlasan, ia akan jujur dalam niat dan amalnya, serta tetap teguh menjalankan amal meski menghadapi rintangan.
________________________________________
Kesimpulan: Menurut Imam An-Nawawi, keikhlasan, kejujuran, dan keteguhan niat adalah pilar utama dalam menjalankan amal ibadah. Ketiganya memastikan amal diterima oleh Allah dan memberi manfaat bagi diri sendiri maupun orang lain. Dengan menjaga hati dan niat, seorang Muslim dapat mencapai derajat yang tinggi di sisi Allah SWT.

Abul Abbas Abdullah bin Abbas Ra berkata, " Seseorang akan mendapatkan balasan dari perbuatannya sesuai dengan kadar keikhlasan niatnya."

Pernyataan dari Abdullah bin Abbas RA ini menggambarkan esensi ajaran Islam tentang pentingnya niat yang ikhlas dalam setiap perbuatan. Kalimat tersebut menunjukkan bahwa kualitas balasan dari amal seseorang sangat bergantung pada kadar keikhlasan niatnya, bukan semata-mata pada bentuk atau besarnya amal itu sendiri.

Makna Pernyataan Ibnu Abbas RA
1. Keikhlasan Menentukan Nilai Amal
o Amal perbuatan manusia dinilai oleh Allah berdasarkan niat di balik perbuatan tersebut. Seorang Muslim yang ikhlas tidak mengharapkan pujian, penghargaan, atau balasan duniawi, melainkan hanya ridha Allah SWT.
o Sebaliknya, jika niatnya tercampur dengan motivasi duniawi seperti riya' (ingin dipuji) atau sum'ah (ingin dikenal), amal tersebut kehilangan nilai di sisi Allah meskipun secara lahiriah terlihat besar atau mulia.
2. Dalil yang Mendukung
o Firman Allah SWT:
"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan ikhlas..." (QS Al-Bayyinah: 5).
Ayat ini menegaskan bahwa keikhlasan adalah inti dari setiap ibadah.
o Hadis Nabi SAW:
“Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai dengan niatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadis ini mendukung ucapan Ibnu Abbas RA, bahwa balasan amal tergantung pada tingkat kemurnian niat seseorang.
3. Hubungan antara Niat dan Balasan
o Balasan Amal: Seseorang yang memiliki niat tulus hanya untuk Allah akan mendapatkan balasan yang berlipat ganda di akhirat, meskipun amalnya kecil secara kuantitas.
o Tingkat Keikhlasan: Semakin murni niat seseorang, semakin tinggi derajat amalnya. Sebaliknya, amal yang tidak didasari niat ikhlas bisa menjadi sia-sia.

Aplikasi dalam Kehidupan Sehari-hari
1. Memurnikan Niat di Awal, Tengah, dan Akhir
o Ketika melakukan suatu amal, seperti shalat, sedekah, atau membantu orang lain, pastikan niat murni hanya karena Allah. Keikhlasan harus dijaga tidak hanya di awal tetapi juga sepanjang pelaksanaannya.
o Misalnya, seseorang bisa saja memulai amal dengan niat ikhlas, tetapi di tengah jalan tergoda oleh pujian atau penghargaan dari orang lain.
2. Kualitas vs. Kuantitas
o Abdullah bin Abbas RA mengajarkan bahwa kualitas amal lebih penting daripada kuantitasnya. Amal kecil yang dilakukan dengan ikhlas lebih bernilai daripada amal besar tanpa niat murni.
3. Berhati-hati terhadap Riya' dan Sum'ah
o Godaan untuk terlihat baik di mata manusia adalah ujian besar bagi keikhlasan. Oleh karena itu, selalu introspeksi (muhasabah) untuk memastikan niat tetap lurus.

Kesimpulan
Ucapan Abdullah bin Abbas RA ini mengingatkan kita bahwa keikhlasan adalah inti dari segala amal. Balasan yang kita dapatkan dari Allah SWT tidak hanya bergantung pada apa yang kita lakukan, tetapi juga pada mengapa dan bagaimana kita melakukannya. 

Dengan menjaga niat tetap ikhlas, kita memastikan bahwa amal-amal kita memiliki nilai yang besar di sisi Allah dan menjadi bekal yang abadi untuk kehidupan akhirat.

Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si. (Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo)

Opini

×
Berita Terbaru Update