Tintasiyasi.id --
Jurnalis
berita Middle East Eye, Muhammad Saleh, menyatakan bahwa dalam
peperangan antara Israel dan Hizbullah, kedua belah pihak tidak mendapatkan
kemenangan meskipun telah disepakati gencatan senjata.
“Tidak
ada kepastian kemenangan pada masing-masing kubu. Sebagaimana Hizbullah yang
masih sedang berjuang mati-matian di Selatan Lebanon, dan Israel juga tidak
melepaskan Hizbullah,” ujarnya pada Middle East Eye, Kamis (28/11/2024).
Kendati
demikian, dukungan beramai-ramai untuk Hizbullah masih dengan jelas terlihat
sangat tinggi, dan penduduk Lebanon kembali ke rumah-rumah mereka di selatan,
wilayah Hizbullah yang diakui kekuatannya.
Di
sisi lain, Saleh juga mempertanyakan kesepakatan gencatan senjata yang
tiba-tiba diumumkan. "Bagaimana
genjatan senjata meraih kesepakatan di Lebanon? Apa tema dalam hal ini? Apakah
reaksinya sejauh ini? Dan apakah ini gencatan senjata permanen atau sekadar
penghentian sementara?” tanyanya.
Karena
kata Saleh, menit-menit mendekati kesepakatan gencatan senjata antara kedua
pihak, justru Israel tetap saja menjatuhkan bom di bagian selatan ibu kota
Lebanon, Beirut.
“Yang
mengumumkan kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah tidak lain
adalah Netanyahu yang dibersamai oleh Presiden AS, Joe Biden, “ ungkapnya.
Oleh
karena itu, kata Saleh, dalam menjalankan kesepakatan gencatan 60 hari ke
depan, kedua belah pihak akan menarik tentaranya dari wilayah masing-masing
yang diserang.
“Dalam
60 hari ke depan, kita akan melihat tentara Israel menarik diri dengan segala
peralatan perangnya dari Lebanon. Jika kita akan saksikan, pasukan Hizbullah
menarik diri dari utara Sungai Litani,” imbuhnya.
Gencatan
senjata telah disepakati setelah berlangsungnya eskalasi serangan bom Israel di
Lebanon, khusunya bagian selatan. “Dan serangan sengit oleh Hizbullah berlanjut
dari bagian selatan Lebanon mengarah ke beberapa kota di Israel. Peperangan
telah menelan korban lebih dari 3700 di Lebanon,” ungkapnya.
“Pada
dua bulan terakhir, terlihat eskalasi terbesar, mengikuti serangan pager
Israel dan pembunuhan terhadap figure dan pimpinan senior Hizbullah.
Selama setahun peperangan, telah diklaim lebih dari 3700 warga korban jatuh di
Lebanon,” ungkap Saleh.
Hizbullah,
lanjut Saleh, menyerang sendiri Israel dengan serangan terberat, yaitu pada
Oktober lalu dan menjadi serangan paling mematikan untuk pasukan Israel di
tahun 2024. “Setidaknya dikabarkan sebanyak 62 tentara Israel telah tewas,”
sebutnya.
Netanyahu
dalam pidatonya pada hari Rabu sore mengatakan bawha Hizbullah saat ini telah
ke luar jalur perang, sehingga bisa kembali fokus untuk mengisolasi Hamas di
Gaza.
Menurut
jurnalis MEE itu, Netanyahu sebenarnya punya kemampuan jika ingin mengakhiri
genosida di Gaza. Hanya saja, menghentikan genosida bukan perkara sederhana.
Karena Netanyahu mengaku adanya reaksi pro-kontra dengan kebijakan perang oleh
Netanyahu.
“Reaksi
di Israel bermacam-macam. Seperti Netahanyu mengaku bahwa tentara Israel butuh
istirahat. Sementara beberapa menteri dan pejabat publik Israel telah
mengatakan bahwa ini tidak penting untuk mengakhiri perang dan Isarel
seharusnya melanjutkan itu,” lanjut Saleh.
Kemudian,
AS di bawah Biden, Saleh menyatakan akan fokus sebagai penengah gencatan
senjata untuk Gaza pada hari-hari mendatang, bersama Turki sebagai pihak yang
menjadi mediasinya.
B*iden
juga mengatakan bahwa hari-hari mendatang, AS akan fokus dan memperhatikan,
serta menengahi genjatan senjata untuk Gaza, dan Turki akan berperan sebagai
pihak yang bermediasi,” pungkasnya.[] M. Siregar