Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Jurnalis MEE: Tidak Ada Kemenangan Bagi Kedua Pihak, Isr4el dan Hizbullah

Minggu, 15 Desember 2024 | 06:54 WIB Last Updated 2024-12-14T23:58:47Z
Tintasiyasi.id --  Jurnalis berita Middle East Eye, Muhammad Saleh, menyatakan bahwa dalam peperangan antara Israel dan Hizbullah, kedua belah pihak tidak mendapatkan kemenangan meskipun telah disepakati gencatan senjata.

“Tidak ada kepastian kemenangan pada masing-masing kubu. Sebagaimana Hizbullah yang masih sedang berjuang mati-matian di Selatan Lebanon, dan Israel juga tidak melepaskan Hizbullah,” ujarnya pada Middle East Eye, Kamis (28/11/2024).

Kendati demikian, dukungan beramai-ramai untuk Hizbullah masih dengan jelas terlihat sangat tinggi, dan penduduk Lebanon kembali ke rumah-rumah mereka di selatan, wilayah Hizbullah yang diakui kekuatannya.

Di sisi lain, Saleh juga mempertanyakan kesepakatan gencatan senjata yang tiba-tiba diumumkan. "Bagaimana genjatan senjata meraih kesepakatan di Lebanon? Apa tema dalam hal ini? Apakah reaksinya sejauh ini? Dan apakah ini gencatan senjata permanen atau sekadar penghentian sementara?” tanyanya.

Karena kata Saleh, menit-menit mendekati kesepakatan gencatan senjata antara kedua pihak, justru Israel tetap saja menjatuhkan bom di bagian selatan ibu kota Lebanon, Beirut.

“Yang mengumumkan kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah tidak lain adalah Netanyahu yang dibersamai oleh Presiden AS, Joe Biden, “ ungkapnya.

Oleh karena itu, kata Saleh, dalam menjalankan kesepakatan gencatan 60 hari ke depan, kedua belah pihak akan menarik tentaranya dari wilayah masing-masing yang diserang. 

“Dalam 60 hari ke depan, kita akan melihat tentara Israel menarik diri dengan segala peralatan perangnya dari Lebanon. Jika kita akan saksikan, pasukan Hizbullah menarik diri dari utara Sungai Litani,” imbuhnya.

Gencatan senjata telah disepakati setelah berlangsungnya eskalasi serangan bom Israel di Lebanon, khusunya bagian selatan. “Dan serangan sengit oleh Hizbullah berlanjut dari bagian selatan Lebanon mengarah ke beberapa kota di Israel. Peperangan telah menelan korban lebih dari 3700 di Lebanon,” ungkapnya.

“Pada dua bulan terakhir, terlihat eskalasi terbesar, mengikuti serangan pager Israel dan pembunuhan terhadap figure dan pimpinan senior Hizbullah. Selama setahun peperangan, telah diklaim lebih dari 3700 warga korban jatuh di Lebanon,” ungkap Saleh.

Hizbullah, lanjut Saleh, menyerang sendiri Israel dengan serangan terberat, yaitu pada Oktober lalu dan menjadi serangan paling mematikan untuk pasukan Israel di tahun 2024. “Setidaknya dikabarkan sebanyak 62 tentara Israel telah tewas,” sebutnya.

Netanyahu dalam pidatonya pada hari Rabu sore mengatakan bawha Hizbullah saat ini telah ke luar jalur perang, sehingga bisa kembali fokus untuk mengisolasi Hamas di Gaza.

Menurut jurnalis MEE itu, Netanyahu sebenarnya punya kemampuan jika ingin mengakhiri genosida di Gaza. Hanya saja, menghentikan genosida bukan perkara sederhana. Karena Netanyahu mengaku adanya reaksi pro-kontra dengan kebijakan perang oleh Netanyahu.

“Reaksi di Israel bermacam-macam. Seperti Netahanyu mengaku bahwa tentara Israel butuh istirahat. Sementara beberapa menteri dan pejabat publik Israel telah mengatakan bahwa ini tidak penting untuk mengakhiri perang dan Isarel seharusnya melanjutkan itu,” lanjut Saleh.

Kemudian, AS di bawah Biden, Saleh menyatakan akan fokus sebagai penengah gencatan senjata untuk Gaza pada hari-hari mendatang, bersama Turki sebagai pihak yang menjadi mediasinya.

B*iden juga mengatakan bahwa hari-hari mendatang, AS akan fokus dan memperhatikan, serta menengahi genjatan senjata untuk Gaza, dan Turki akan berperan sebagai pihak yang bermediasi,” pungkasnya.[] M. Siregar

Opini

×
Berita Terbaru Update