TintaSiyasi.id -- Saat ini dunia pendidikan kita sedang tidak baik-baik saja, banyak persoalan yang belum terselesaikan. Seperti bullying, tindakan kekerasan fisik serta seksual dan lain sebagainya menjadikan dunia pendidikan bukan merupakan tempat yang aman bagi pencetak generasi bangsa. Walaupun sistem pendidikan saat ini di Indonesia selalu mengalami perubahan mengikuti zaman namun segala persoalan yang dihadapi tak kunjung usai.
Dalam Peringatan Hari Guru Nasional tahun ini, Menteri Agama RI Nasaruddin Umar menyampaikan sambutannya dan tema yang diangkat adalah "Guru Berdaya, Indonesia Jaya". Ia mengatakan ketika guru berdaya, maka Indonesia jaya bukanlah sekadar slogan, melainkan visi yang dapat diwujudkan bersama sama. (kemenag.go.id Minggu 24 November 2024)
Sungguh sosok seorang guru memiliki posisi yang sangat penting dalam dunia pendidikan, karena nasib generasi penerus bangsa ada ditangan mereka. Guru yang berkualitas akan mampu melahirkan generasi emas, namun sayang hari ini guru hanya dianggap sebagai pekerja yang di upah untuk mencetak pekerja pula. Ini adalah problem terbesar dalam dunia pendidikan saat ketika guru tidak di anggap lagi sebagai pecetak generasi malah dianggap sebagai pekerja saja.
Dari analisa di atas maka dihasilakan sebuah pertanyaannya apakah guru berdaya bisa terwujud dalam sistem sekuler kapitalis saat ini sehingga mampu membawa Indonesia jaya?
Guru yang berdaya adalah guru yang tidak hanya sekadar mengajar, tetapi mampu menjadi inspirasi, inovator, dan agen perubahan yang mampu membawa murid-muridnya menuju masa depan yang gemilang. Namun dalam sistem sekuler kapitalisme saat ini sepertinya semua itu hanya mimpi.
Pasalnya peran guru dalam sistem sekuler kapitalisme hanya dianggap sebagai pekerja yang diupah, sehingga guru tidak berhak melakukan kedisiplinan terhadap siswanya dan ketika upaya itu dilakukan maka diartikan sebagai tindak kekerasan bahkan tak jarang guru berakhir di penjara karena terjerat UU perlindungan anak. Belum lagi proyek moderasi beragama yang semakin digencarkan sehingga menambah berat persoalan yang dihadapi bangsa ini.
Ditambah lagi upah guru yang tidak layak sehingga guru jauh dari kata sejahtera terutama guru yang ada di pedalaman dan guru honorer terkadang mereka memutar otak untuk mencari tambahan, bahkan ada guru yang nyambi jadi pemulung. Sungguh sangat ironis.
Di sisi lain, guru hari ini juga banyak yang melakukan perbuatan kontraproduktif terhadap profesinya. Di antaranya guru menjadi pelaku bullying, semakin maraknya kasus kekerasan fisik dan seksual yang dilakukan oleh guru terhadap siswanya bahkan tak jarang terjadi didalam pondok pesantren, sehingga menambah citra buruk Islam dimata dunia. Banyaknya guru yang terlibat judol, semakin kompleksnya persoalan yang terjadi antara guru dan kualitas siswa. Ini bukti kegagalan sistem sekuler kapitalis dalam mensejahterakan guru dan gagal dalam mencetak generasi cemerlang.
Berbeda dengan sistem Islam dimana Islam memiliki mekanisme yang tertib dan teratur dalam memperlakukan guru. Dalam sistem Islam, guru akan mendapatkan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai dan jaminan kesejahteraan oleh negara, karena guru adalah salah satu pilar penting dan berjasa dalam mencetak generasi penerus peradaban bangsa.
Negara atau khilafah akan memberikan penghargaan yang begitu tinggi kepada guru yaitu dengan memberikan upah yang sangat luar biasa. Sejarah mencatat pada masa khalifah Umar bin Khattab, guru digaji sebesar 15 dinar per bulan (1 dinar = 4,25 gram emas). Sementara pada masa Shalahuddin Al-Ayubi, gaji guru adalah sebesar 11-40 dinar, sehingga akan terwujudnya kesejahteraan terhadap seluruh guru.
Khilafah juga akan memberikan jaminan keamanan kepada guru ketika melaksanakan tugas. Kriminalisasi terhadap guru didalam Islam tidak akan pernah terjadi karena sistem pendidikan Islam memiliki visi yakni mencetak generasi dengan pola pikir dan pola sikap yang sesuai dengan Islam.
Dengan didukung dengan kurikulum yang berlandaskan akidah Islam, sehingga lahir generasi yang tinggi akhlaknya, cerdas akalnya, dan kuat imannya.
Walhasil guru berdaya dan Indonesia jaya hanya akan terwujud di dalam sistem Islam. Marilah saatnya kita campakkan sistem sekuler kapitalisme yang nyata rusak dan merusak dan kembali ke sistem sahih yaitu Islam dalam institusi khilafah.
Wallahu a’lam bishawab.
Oleh: Mairawati
Aktivis Muslimah