TintaSiyasi.id -- Lagi dan lagi, ibu pertiwi kembali berduka. Berbagai musibah kini telah melanda di beberapa daerah di Indonesia. Sebagaimana dikutip dari salah satu laman nasional bahwa negeri ini tak baik-baik saja. Menjelang akhir tahun, bencana alam melanda diberbagai wilayah.
Berdasarkan data dari BPBD Kabupaten Sukabumi, Sabtu (7/12/2024) pukul 17.30 WIB, ada 328 titik bencana yang tersebar di 39 kecamatan. Deden Sumpena, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sukabumi, menjelaskan bencana terjadi bervariasi (berbeda jenis) di tiap kecamatan sangat bervariasi. Ada yang banjir, tanah longsor, angin kencang, serta pergerakan tanah. (detik.com, 07/12/2024)
Dari laman Tirto.id (05/12/2024) menjelaskan bahwa Pemerintah Kabupaten Sukabumi menetapkan status tanggap darurat bencana dalam sepekan ke depan pascabencana hidrometeorologi. Pemda juga mendirikan posko tanggap darurat dan penanggulangan bencana di Pendopo Kabupaten Sukabumi.
Belum lagi berita di wilayah lain. Ada yang banjir seperti wilayah langganan di Jakarta, tanah longsor, dan masih banyak lainnya. Termasuk ada pohon yang tumbang dan memakan korban di kawasan wisata hutan di Bali. Pohon tersebut menimpa beberapa wisatawan luar negeri.
Menuju akhir tahun kadang musibah menimpa kita semua, karena tingginya curah hujan. Seharusnya, kita bisa menakar dan mengukur agar mampu mengantisipasi segala bentuk yang kemungkinan akan terjadi. Negara seharusnya bisa lebih serius untuk menangani perubahan musim ini, termasuk melihat data curah hujan yang bisa dijadikan patokan untuk memberitakannya kepada seluruh rakyat di negeri ini. Tentu itu sebagai bentuk kewaspadaan dan jaga-jaga.
Akan tetapi kenyataan berbicara lain. Pemerintah tampaknya belum serius terhadap persoalan bencana yang ada di negeri ini. Alhasil yang terjadi ada beberapa pihak yang kemudian menjadi korbannya. Padahal jika bisa ditanggulangi dan mempersiapkan segala, tentulah lain ceritanya.
Semua itu memang karena ulah dari manusia itu sendiri, sehingga bencana silih berganti datang kepada kita. Kapitalisme mendidik masyarakat agar selalu mendapatkan keuntungan dan manfaat bagi diri atau kelompok. Yang penting bisa dapat 'cuan' apapun dapat dilakukan tanpa mempedulikan lagi baik tidaknya untuk manusia itu sendiri dan lingkungan. Dan nyatanya alam kini mulai berontak kepada kita. Sebenarnya itu semua adalah sinyal yang diberikan alam agar manusia peka terhadapnya. Tidak melakukan penambangan yang merusak lingkungan. Tidak serakah untuk mengambil hasil hutan seperti kayu.
Sedih dan kecewa memang, melihat aktivitas segelintir manusia yang selalu haus akan cuan. Merekalah yang kemudian melakukan eksploitasi terhadap alam secara besar-besaran. Belum lagi konversi lahan sawah menjadi ruko atau perumahan. Termasuk membabat hutan yang kemudian dijadikan sebagai lahan pertanian masyarakat. Dengan pengelolaan yang salah ini, akhirnya menambah deretan kesalahan manusia terhadap alam. Wajar sana jika bencana demi bencana datang menghampiri kita.
Berbeda ketika Islam diterapkan dalam kehidupan manusia. Akidah yang tertanam kuat dalam diri individu muslim menjadi fondasi untuk melakukan aktivitas di dunia ini. Berikut standar halal haram akan menjadi takaran pasti ketika berbuat sesuatu.
Pemerintah yang ada tentunya menjalankan amanah dengan sebaik-baiknya. Karena mereka menyadari bahwa hal tersebut akan dihisab dan dipertanggungjawabkan kelak di yaumil akhir. Kemudian pembagian kepemilikan juga harus jelas. Dalam Islam ada tiga, yaitu kepemilikan individu, umum, dan negara. Negara akan melindungi serta mengelola SDA milik umum. Tak boleh ada manusia baik individu atau kelompok yang mengelolanya. Salah satu contohnya adalah hutan, barang tambang, dan lainnya yang jumlahnya melimpah. Negara bertanggung jawab penuh untuk mengelolanya dan dikembalikan hasilnya berupa uang atau fasilitas umum kepada masyarakat. Negara juga wajib menjaga dengan segenap tenaganya agar hutan tidak dijarah atau dimanfaatkan segelintir orang.
Allah SWT berfiman:
“Telah tampak kerusakan di darat dan di lautan disebabkan karena perbuatan tangan (maksiat) manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS Ar-Ruum: 41)
“Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi, setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS al-A’raaf: 56)
Alhasil, Islam memiliki seperangkat aturan yang mengatur manusia dalam kehidupan di dunia ini. Sebagai individu muslim, maka kita berkewajiban untuk menjaga lingkungan. Termasuk pula masyarakat yang akan melakukan amar makruf nahi munkar kepada siapapun yang bertindak salah.
Sudah saatnya kita menerapkan syariat Allah agar keberkahan datang. Dan alam pun akan mengeluarkan hasil terbaiknya untuk kemaslahatan umat.
Wallahu a'lam bish showwab.
Oleh: Mulyaningsih
Pemerhati Masalah Anak & Keluarga