Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Hanya Peradaban Islam Memberikan Contoh Terbaik Menjaga Pluralitas Masyarakat

Kamis, 12 Desember 2024 | 22:26 WIB Last Updated 2024-12-12T15:26:49Z
TintaSiyasi.id -- Cendekiawan Muslim Ustaz Ismail Yusanto, mengatakan, menjaga pluralitas masyarakat tidak ada contoh terbaik kecuali di dalam peradaban Islam.

"Kalau kita bicara tentang pluralitas dan bagaimana menjaga pluralitas masyarakat tidak ada contoh terbaik kecuali di dalam peradaban Islam. Itu berlangsung bukan hanya dalam satu kurun waktu pendek lalu hanya terjadi di satu, dua tempat. Ini terjadi di seluruh wilayah Islam dan disepanjang sejarah Islam," ungkapnya dalam Khilafah Utsmani dalam Kekaguman, Presiden Prabowo, di kanal YouTube UIY Official, Senin (9/12/2024).

Ia memberikan contoh, ketika Islam menaklukkan Mesir dipimpin Amru bin Ash, yang mana terdapat Suku Koptik yang notabene beragama Nasrani, membantu Amru bin Ash melawan penguasa Romawi yang beragama Nasrani juga, dan Mesir akhirnya beratus tahun dibawah kekuasaan Islam. Di sana hidup damai sejahtera orang-orang Nasrani hingga sekarang beranak pinak. Diantara melahirkan Boutros Boutros-Ghali yakni Mantan Sekjen PBB orang Mesir keturunan suku Koptik beragama Nasrani.

Kemudian, seorang penulis bernama Karen Armstrong menyebut bahwa orang-orang Yahudi itu menikmati masa keemasannya dimasa Islam dibawah Andalusia.

"Artinya bahwa memang secara objektif mengatakan begitu dan itu berakhir masa keemasan itu setelah Andalusia dikuasai orang-orang Katolik melalui politik inkuisisi. Terusir lah orang-orang Yahudi dan kaum Muslimin di sana, jika mereka tidak mau masuk ke dalam agama katolik. Lalu dalam catatan sejarah ada yang menyebut 150.000 Yahudi yang terusir dari Andalusia dilindungi atau diberi tempat oleh Muhammad Al Fatih di bukit Galata dan itu terus berlangsung berabad-abad lamanya beranak pinak mereka tinggal di situ sampai hari ini," jelasnya.

Cara Islam Menjaga Pluralitas 

Pertama, syariat dengan jelas memberikan petunjuk bahwa Islam tidak memaksa mereka (orang-orang kafir) untuk masuk ke dalam Islam. Jelas sekali Lâ ikrâha fid-dîn, (QS. Al Baqarah 256). "Siapa saja yang menyangkal atau merasa ketika Islam berkuasa nanti mereka akan dipaksa masuk Islam bisa lihat sejarah tidak ada itu paksaan seperti itu dan itu bukan hanya terjadi di Mesir tetapi juga pada orang Yahudi yang tadi disebutkan di Galata," jelasnya.

Kedua, bahwa syariat Islam itu memberikan kebebasan kepada mereka (orang kafir) untuk melaksanakan ibadah, sesuai dengan agama mereka termasuk juga melindungi tempat ibadahnya entah itu gereja atau Sinagog. 

"Jangankan disituasi damai, disituasi perang saja itu gereja tidak boleh dijadikan objek perang, itulah sebabnya kenapa ada banyak sekali gereja yang masih utuh berdiri di Mesir, Syiria diberbagai tempat di Irak, sampai hari ini oleh karena syariat Islam itu melarang untuk menjadikan itu sebagai objek perang," urainya.

Ketiga, syariat Islam melindungi segala hal yang terkait dengan akidah, yang berkaitan dengan pakaian, makanan. "Ketentuan halal dan haram jadi kalau makanan, minuman menurut kita (Islam) haram menurut mereka halal ya itu hak mereka untuk mengkonsumsi apa yang mereka katakan sebagai halal di komunitas mereka tetapi tidak menjadi komoditas ekonomi kalau komoditas ekonomi harus mengikuti ketentuan Islam," terangnya.

Keempat, Islam memberikan perlindungan harkat, martabat, jiwa mereka (orang kafir). "Seperti yang disebut Imam Ali bahwa kalau kita (Islam) tidak boleh mengalirkan darah, merendahkan martabat, mengambil harta umat Islam tanpa hak, maka begitu juga dengan mereka tidak boleh menumpahkan darah mereka dan seterusnya," pungkasnya. [] Alfia Purwanti

Opini

×
Berita Terbaru Update