Tintasiyasi.ID -- Pemerhati Keluarga dan Generasi Ustazah Dedeh Wahidah Achmad menyampaikan enam adab komunikasi dalam Islam.
"Ada enam adab komunikasi dalam Islam," tuturnya dalam rubrik Family Zone: Adab Berkomunikasi dalam Islam di kanal YouTube Muslimah Media Hub, Selasa (17/12/2024).
Pertama, berpikirlah bahwa komunikasi untuk selalu menyampaikan kebaikan. "Kita harus menyebarkan ajaran Islam. Muslim memilih diam karena tidak bisa berkata baik, tetapi kalau Muslim punya prinsip khairan, berkatalah yang baik," tuturnya.
"Sampaikanlah kebaikan, sebarkankan ajaran Islam, maka dakwah Islam itu bisa sampai ke seluruh penjuru dunia. Orang-orang akan lebih banyak lagi tercerdaskan, salah satunya lewat komunikasi kita," ajaknya.
Kedua, jika tidak bisa berbicara dengan baik, maka diam. "Ketika orang tidak bisa menyampaikan kebenaran dengan cara yang benar, maka akan berujung pada kesimpulan yang salah. Menyampaikan ajaran Islam tetapi metode, uslub tidak sesuai yang dicontohkan Rasul, maka wajar orang yang menerima dakwah akan mengatakan bahwa ini ajaran yang salah," ungkapnya.
"Namun, jika kita sampaikan ajaran sesuai cara yang benar, khairan, seperti penyampaian Rasul, kita sampaikan dalil-dalil yang sumbernya dari Al-Qur'an, al-hadis, apakah itu metode kias atau ijmak sahabat, ketika kita sampaikan sesuai dengan dalil syarak, uslub-nya mencontoh bagaimana Rasul menyampaikan dakwahnya, maka orang akan memahami dan mengikuti," ujarnya.
Ketiga, diam tidak seterusnya, tetapi belajar menyampaikan. "Berikutnya kita akan meningkatkan kemampuan kita untuk meng-up grade diri. Bagaimana menyampaikan dengan benar, sehingga diamnya itu ada batasnya, bukan diam selamanya," terangnya.
"Keempat, komunikasi untuk Allah, bukan untuk hawa nafsu. "Kita sadari berbicara dengan siapa pun dalam rangka menyebarkan kebaikan dan mengikuti perintah Allah, mengikuti perintah Rasul. Jadi bukan hanya mengikuti hawa nafsu, karena kita yakin bahwa di sisi kanan kiri kita ada malaikat Raqib Atit, sehingga kita senantiasa mengontrol jangan sampai rangkaian kalimat yang kita keluarkan berujung pada dosa," jelasnya.
Ia berharap, apa yang di sampaikan akan menginginkan orang kepada kebaikan, orang makin dekat dengan kebenaran dan termotivasi untuk takarub kepada Allah.
"Kelima, memilih kata-kata yang baik. Ketika kita mengingatkan orang dengan to the point, itu memang bisa sampai kalimat itu, tetapi apakah orang kalau langsung disalahkan tanpa ada prakondisi, apakah dia siap menerima kritik itu atau tidak. Mungkin hasilnya berbeda jika langsung disalahkan, maka respons orang malah akan tersinggung, menangis, atau mungkin malah membenci," ujarnya.
Maka perlu dpilih kata-kata yang baik, tidak menyakiti, dan tidak menyinggung perasaan. "Mana kata yang memotivasi, memperbaiki, maka kita diperintahkan untuk memilih kata-kata yang terbaik," ujarnya.
"Keenam, memperhatikan dampak dari ucapan. Kalau kurang memperhatikan dampaknya, kadang hasilnya menjadi tidak baik. Yang benar bukan diterima, dipahami, lalu diikuti, tetapi yang benar itu dipahami secara salah, ditolak, dibenci bahkan mungkin dimusuhi. Kita enggak ingin seperti itu, kita berharap kata yang kita sampaikan benar dengan penyampaian yang benar dan diikuti," ucapnya.
Ia menambahkan, dengan perkataan yang baik maka akan selamat dari lisan. "Lisannya itu tidak mencerca, tidak memfitnah, tidak menuduh, tidak menjatuhkan. Kalau pun menyampaikan nasihat dengan nasihat, yang baik dengan cara makruf, bukan untuk menyakiti tetapi untuk menyadarkan," imbuhnya.
"Maka ketika kita memeperhatikan adab komunikasi, dari mulai dorongan komunikasi untuk ibadah, cara berkomunikasi mengikuti contoh Rasul saw. Mudah-mudahan apa yang kita harapkan tersampaikan dengan benar, pesan dari komunikasi itu dipahami oleh lawan bicara kita," tutupnya.[] Rina