TintaSiyasi.id— Sobat. Ungkapan tersebut mengandung makna mendalam. Doa adalah salah satu bentuk pengakuan akan keterbatasan kita sebagai manusia dan keyakinan terhadap kekuasaan Allah. Dalam proses berdoa, keikhlasan menjadi ujian penting, karena doa sejati tidak selalu mengharapkan hasil tertentu, melainkan menyerahkan segala hasil kepada kehendak-Nya.
Ikhlas dalam doa berarti berdoa dengan hati yang tulus, tanpa pamrih, dan tanpa merasa bahwa Allah wajib memenuhi permintaan kita. Sebaliknya, kita meyakini bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik, baik itu sesuai dengan harapan kita atau tidak.
Bagaimana menurut Anda, apakah ada pengalaman khusus terkait doa yang membuat Anda merenungkan hal ini?
Doa adalah nilai ukur keimanan dan keyakinan akan janji-janji-Nya.
Sungguh pemikiran yang indah dan mendalam. Doa memang menjadi cerminan keimanan seseorang, karena dalam doa terdapat pengakuan akan kekuasaan Allah, kebergantungan manusia kepada-Nya, serta keyakinan bahwa janji-janji-Nya adalah benar.
Doa bukan sekadar permohonan, tetapi juga bentuk ibadah yang menunjukkan sejauh mana kita percaya kepada Allah. Keyakinan terhadap janji-Nya, seperti janji bahwa Allah mendengar setiap doa hamba-Nya dan akan mengabulkannya dalam waktu yang terbaik menurut hikmah-Nya, menjadi ujian kesabaran dan keimanan kita.
Ketika seseorang berdoa dengan sepenuh hati dan terus berharap kepada Allah, meskipun jawaban dari doanya belum terlihat, hal itu menunjukkan keimanan yang kokoh. Sebaliknya, jika seseorang mudah berhenti berdoa atau kecewa karena permohonannya belum terpenuhi, hal itu bisa menjadi cerminan dari lemahnya keyakinan akan janji-Nya.
Apa doa yang menurut Anda paling menggambarkan keyakinan dan pengharapan kepada Allah?
Semakin kita yakin akan terkabulnya doa, maka Dia (Allah) pun akan segera mengabulkannya.
Keyakinan terhadap terkabulnya doa memang menjadi kunci utama dalam berdoa. Dalam Islam, Nabi Muhammad ﷺ mengajarkan kita untuk berdoa dengan penuh keyakinan bahwa Allah akan menjawab doa tersebut. Dalam sebuah hadits, beliau bersabda:
"Berdoalah kepada Allah dengan keyakinan bahwa doa itu akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak akan mengabulkan doa dari hati yang lalai dan tidak bersungguh-sungguh." (HR. Tirmidzi)
Keyakinan ini tidak hanya menjadi cerminan keimanan kita kepada Allah, tetapi juga menunjukkan kedekatan kita dengan-Nya. Ketika hati benar-benar yakin, doa menjadi lebih tulus, lebih khusyuk, dan lebih bermakna. Namun, terkabulnya doa tidak selalu berarti Allah memberikan persis apa yang kita minta, melainkan memberikan yang terbaik sesuai hikmah-Nya, pada waktu yang tepat.
Keyakinan yang kuat juga mendorong kita untuk terus berusaha sambil berdoa, karena kita percaya bahwa Allah tidak hanya melihat kata-kata dalam doa, tetapi juga usaha yang kita lakukan.
Bagaimana cara Anda menjaga keyakinan tersebut dalam berdoa, terutama ketika doa belum terlihat terkabul?
Kedudukan Doa menurut Imam An-Nawawi dalam kitabnya Al-Adkar.
Imam An-Nawawi, seorang ulama besar dalam Islam, memberikan perhatian besar terhadap doa dalam kitabnya Al-Adzkar, sebuah karya monumental tentang zikir dan doa. Menurutnya, doa memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan seorang Muslim. Berikut beberapa poin utama terkait pandangan Imam An-Nawawi tentang doa dalam kitab Al-Adzkar:
1. Doa sebagai Ibadah Utama
Imam An-Nawawi menjelaskan bahwa doa adalah bentuk ibadah yang agung. Berdasarkan hadits Nabi Muhammad ﷺ:
"Doa adalah inti ibadah." (HR. Tirmidzi).
Beliau menekankan bahwa doa menunjukkan kebergantungan total manusia kepada Allah dan merupakan ekspresi tertinggi dari tauhid.
2. Anjuran untuk Memperbanyak Doa
Dalam Al-Adzkar, Imam An-Nawawi menganjurkan umat Islam untuk memperbanyak doa dalam segala keadaan, baik saat senang maupun sulit. Beliau merujuk kepada hadits yang menyatakan:
"Barang siapa yang ingin doanya dikabulkan saat ia dalam kesulitan, hendaklah ia memperbanyak doa saat dalam kelapangan." (HR. Tirmidzi).
3. Adab dalam Berdoa
Imam An-Nawawi menekankan pentingnya mematuhi adab-adab doa, seperti:
• Memulai doa dengan pujian kepada Allah dan salawat kepada Nabi ﷺ.
• Menghadap kiblat saat berdoa.
• Mengangkat kedua tangan dengan penuh pengharapan.
• Memohon dengan kerendahan hati dan keyakinan bahwa Allah akan mengabulkan doa.
• Menghindari doa yang tergesa-gesa atau meminta sesuatu yang tidak pantas.
4. Doa sebagai Sarana Mendekatkan Diri kepada Allah
Imam An-Nawawi juga melihat doa sebagai cara untuk menjaga hubungan yang erat dengan Allah. Berdoa, bagi beliau, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan duniawi tetapi juga sebagai bentuk penghambaan yang menunjukkan cinta dan ketundukan kepada Allah.
5. Doa Tidak Pernah Sia-Sia
Imam An-Nawawi menegaskan bahwa setiap doa yang tulus pasti membawa kebaikan, meskipun hasilnya mungkin tidak selalu sesuai dengan yang diinginkan. Dalam Al-Adzkar, beliau menjelaskan bahwa doa bisa menghasilkan salah satu dari tiga hal:
• Dikabulkan secara langsung.
• Disimpan sebagai pahala di akhirat.
• Menjadi penghalang dari keburukan yang mungkin menimpa.
6. Doa dalam Berbagai Keadaan
Beliau memberikan panduan doa untuk berbagai situasi, mulai dari doa pagi dan petang, doa sebelum tidur, hingga doa dalam menghadapi kesulitan. Kitab Al-Adzkar menjadi rujukan utama dalam menghafal dan mengamalkan doa-doa dari Nabi Muhammad ﷺ.
Kesimpulannya, menurut Imam An-Nawawi dalam Al-Adzkar, doa adalah ibadah yang sangat utama, sarana mendekatkan diri kepada Allah, serta cerminan tauhid dan keimanan seorang hamba. Pentingnya doa tidak hanya dalam meminta sesuatu, tetapi juga dalam menunjukkan rasa syukur, kerendahan hati, dan keyakinan terhadap rahmat Allah.
Kita hanya diminta untuk bersabar menunggu, jangan tergesa-gesa, apalagi sampai putus asa.
Benar sekali, kesabaran adalah inti dari doa dan pengharapan kepada Allah. Dalam Islam, kita diajarkan bahwa segala sesuatu terjadi sesuai dengan takdir dan waktu terbaik yang telah ditentukan oleh-Nya. Allah berfirman:
"Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar." (QS. Al-Baqarah: 153)
Ketika kita berdoa, kita juga diminta untuk meyakini bahwa Allah mendengar doa kita, bahkan jika jawaban atas doa tersebut belum kita lihat. Rasulullah ﷺ bersabda:
"Doa seorang hamba akan dikabulkan selama ia tidak tergesa-gesa. Ia berkata, 'Aku telah berdoa, tetapi belum dikabulkan.'” (HR. Bukhari dan Muslim)
Menunggu dengan Sabar dalam Doa:
1. Percaya pada Hikmah Allah
Allah mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-Nya, bahkan jika itu berbeda dari yang kita harapkan. Terkadang, penundaan adalah cara Allah mempersiapkan kita untuk menerima sesuatu yang lebih baik.
2. Menghindari Putus Asa
Putus asa dalam berdoa menunjukkan kurangnya keyakinan akan kekuasaan Allah. Sebaliknya, teruslah berdoa dengan pengharapan dan percaya bahwa hasil terbaik akan datang pada waktu yang tepat. Allah berfirman:
"Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah." (QS. Az-Zumar: 53)
3. Doa sebagai Proses Penghambaan
Berdoa bukan hanya soal hasil, tetapi juga tentang perjalanan kita mendekatkan diri kepada Allah, menunjukkan kebergantungan kita kepada-Nya, dan melatih keikhlasan.
4. Kesabaran adalah Kunci Keimanan
Dalam doa, kesabaran adalah tanda keimanan yang mendalam. Allah memuji orang-orang yang bersabar dalam QS. Al-Anfal: 46:
"...Dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar."
Sungguh, menunggu dengan sabar dan tidak tergesa-gesa adalah bukti penghambaan sejati. Allah tidak pernah mengabaikan doa seorang hamba, dan setiap doa akan dijawab dalam bentuk yang paling baik untuk dunia dan akhirat kita.
Apa yang biasanya Anda lakukan untuk menjaga kesabaran saat menunggu jawaban atas doa Anda?
Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
(Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo)