Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Childfree Makin Diminati, Sekularisme Biang Perusak Generasi

Sabtu, 07 Desember 2024 | 08:41 WIB Last Updated 2024-12-07T01:41:51Z
TintaSiyasi.id -- Peningkatan tren childfree atau memilih hidup tanpa anak semakin mencuat terutama di kalangan perempuan muda. Berdasarkan data BPS terbaru, sekitar 8,2%  Perempuan Indonesia usia 15-49 tahun memilih tidak memiliki anak.

Hal ini memicu perhatian serius dari berbagai pihak, termasuk anggota komisi IX DPR RI. Kurniasih Mufida Yanti, menurutnya negara harus menyiapkan strategi untuk mengantisipasi dampak tren yang bisa menguruangi jumlah generasi muda. Kita harus belajar dari negara-negara seperti Jepang dan Korea Selatan yang sudah mulai kekurangan generasi penerus yang kuat dan berkualitas. BPS mencatat fenomena childfree meningkat di wilayah urban, di Jakarta mencapai angka tertinggi 14,3%.Tren ini semakin kuat pasca pandemi covid-19, perempuan memilih fokus pada karier atau pendidikan karena ekonomi dan kesehatan. (rri.co.Id, 15/11/2024)

Childfree terjadi karena berbagai sebab, mulai dari ide hak reproduksi perempuan sampai tinggi nya biaya hidup. Ide ini lahir dari feminisme dan sistem kapitalisme. Pola pikir liberal yang diaruskan  mempengaruhi kalangan muda hari ini sehingga memilih menikah tapi tanpa anak. Kesulitan hidup dalam kapitalisme inilah yang mendorong perempuan atau istri memilih childfree, sebab tidak ada jaminan kesejahteraan bagi perempuan mulai dari mengandung, melahirkan dan mengasuh anak. Pola pikir kapitalisme liberalisme yang diaruskan oleh kelompok feminis ini telah menghancur generasi Muslim. 

Memilih childfree dengan berbagai alasa jelas telah menyalahi fitrah manusia. Sejatinya setiap mahluk ciptaan Allah SWT fitrah nya ingin memiliki keturunan. Allah SWT sudah menetapkan bahwa perempuan punya peran mulia yakni menjadi ibu dan pendidik generasi (madrasah ula). Maka memilih childfree itu sudah sangat jelas menyalahi fitrah dan keputusan yang salah dalam pandangan Islam. Sebagaimana kita lihat negara Jepang, Korea Selatan dan negara-negara di Eropa lainnya telah mengalami masalah minimnya angka kelahiran sebab mereka tidak menganut Islam. Padahal, dalam jangka panjang rendah nya angka kelahiran dapat menyebabkan krisis sumber daya manusia yang akan berdampak buruk bagi keberlangsungan hidup. Bahkan gaya hidup childfree dapat merusak ketahanan suatu bangsa.

Sekularisme membuat Muslim tidak percaya dengan konsep rezeki. Sekularisme hanya mempertimbangkan manfaat dan kesenangan tanpa pertimbangan agama sama sekali. Dalam sistem kapitalisme, kesulitan ekonomi memang sangat sulit dirasakan oleh masyarakat. Biaya hidup yang tinggi menyebabkan setiap orang berpikir ribuan kali untuk memiliki banyak anak, sebab sebagian masyarakat meyakini banyak anak maka akan banyak pengeluaran  terutama untuk pendidikan, kesehatan hingga kebutuhan lainnya. Hidup dalam sistem sekuler menggerus keyakinan tentang konsep rezeki dari Allah SWT. Padahal rezeki dari Sang Khalik tidak dihitung secara matematis. Sebagaimana dalam kitabullah surat Al-Isra ayat 31, dijelaskan bahawa Allah SWT menjamin rezeki setiap anak yang lahir ke dunia. 

Mirisnya negara hari ini memberi ruang pemahaman yang rusak dengan dalih HAM. UU no 39 tentang HAM melahirkan perspektif sebuah pilihan hidup sebagai manifestasi dari kebebasan berekspresi dan hak menentukan kehidupan reproduksi. Chilfree di pandang sebagai hak atas kebebasan individu dalam menentukan nasib keluarganya dengan syarat kesepakatan suami/istri.  Padahal itu semua jelas bertentangan dengan Islam  dan pemahaman yang rusak dan merusak.

Islam menjamin kesejahteraan dan sistem Islam akan menguatkan akidah setiap muslim sehingga akan menolak ide childfree karena bertentangan dengan akidah Islam. Memiliki anak bukan beban melainkan amanah yang menjadi ladang pahala bagi orang tua. Anak adalah penata hati dan kebahagiaan bagi mereka yang sesuai fitrah. Perempuan atau ibu harus menguatkan akidah dan keyakinan mereka kepada Allah SWT bahwa perempuan punya peranan mulia, menjadi ibu dan pendidik generasi. Pahala menjadi ibu sangatlah besar, dalam setiap kepayahan ada pahala yang disiapkan Allah SWT. Kehadiran anak akan mendatangkan rezeki dan limpahan pahala dan tidak akan terhenti sekalipun ketika kita sudah meninggalkan dunia yang fana ini. 

Sebagaimana hadist Rasul SAW, "Jika seseorang meninggal dunia terputuslah amalannya kecuali tiga hal, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, anak-anak sholeh yang selalu mendoakan nya". (HR. Muslim).

Selain itu, sistem pendidikan Islam juga akan menjaga akidah umat tetap lurus dan menjaga pemikiran sesuai syariat Islam. Negara juga memberikan benteng atas masuknya pemikiran yang bertentangan dengan Islam. Dengan akidah yang kuat setiap perempuan muslim akan menyaring pemikiran yang bertentangan dengan islam sehingga masyarakat terjaga dari pemikiran yang salah. Sudah selayaknya kita mengganti sistem rusak kapitalisme sekularisme dengan sistem Islam. Sistem kehidupan sempurna yang menganut konsep-konsep kaffah dalam rangka menjaga populasi umat Islam. Sistem Islam yang sempurna ini hanya bisa diwujudkan dalam naungan khilafah Islamiyah.

Wallahua'lam Bisshawab

Oleh: Farida Marpaung
Aktivis Muslimah

Opini

×
Berita Terbaru Update