TintaSiyasi.id -- Musim penghujan telah tiba, sudah lebih dari satu minggu hujan hampir setiap hari mengguyur negri ini, khususnya di Kabupaten Bandung.
Beberapa daerah di Kabupaten Bandung mulai terdampak akibat intensitas hujan yang tinggi mengguyur kota Bandung. Banjir kembali melanda akibat luapan Sungai Cikapundung dan sungai Citarum, pada Kamis (21/11/2024).
Salah satu daerah yang terkena banjir adalah Kampung Cijagra, dengan ketinggian air mencapai 1,5 meter, menurut Ketua RT 07, Kampung Cijagra, Uus Rohani (57). Dan titik terparah nya berada di RW 10, hingga mencapai sembilan RT yang terendam banjir.
Menurut Uus, bahwa sudah dua hari yang lalu banjir melanda Kampung Cijagra dan sempat surut, akan tetapi karena kemarin malam hujan lagi alhasil air nya menjadi lebih besar sampai 1,5 meter. Menurut Uus, bahwa banjir yang melanda Kampungnya merupakan air kiriman dari Kota Bandung, dari sungai Cikapundung dan Citarum. Tentunya Cijagra Bojongsoang dalam satu tahun nya akan menghadapi banjir seperti ini.
Menurut Uus, meskipun Kampungnya sudah terendam selama dua hari namun belum ada bantuan dari Pemerintah. Dia menekankan, salah satu yang dibutuhkan warga terdampak adalah tenda pengungsian, karena beberapa rumah sudah tidak bisa digunakan untuk beristirahat.
Uus berharap agar pemerintah menyediakan sarana untuk pindah, akan tetapi keinginan sementara saat ini bagi warga terdampak adalah tenda pengungsian, karena sampai saat ini belum ada ketersediaan tenda pengungsian.
Menurut Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bandung, Uka Suska Puji Utama, menyebutkan bahwa hujan yang mengguyur Kabupaten Bandung tidak hanya menyebabkan banjir di Kecamatan Bojongsoang, tetapi juga di Kecamatan Dayeuhkolot. Dengan ketinggian air mencapai 30-40 cm, banjir di Kecamatan Dayeuhkolot mengakibatkan akses lalu lintas dijalan raya Dayeuhkolot sempat terganggu.
Semua ini akibat adanya debit air yang tiba-tiba besar dari arah kota Bandung, dari Cikapundung yang langsung ke Dayeuhkolot. Akibatnya daerah Citeureup terkena banjir, karena itu masuk ke aliran sungai Citarum, tutur Uka.
Uka menghimbau kepada masyarakat Kabupaten Bandung untuk waspada, karena curah hujan diperkirakan akan tinggi hingga Februari 2025. Karena beberapa wilayah sungai-sungai bermuara di Kabupaten Bandung.
Banjir kembali lagi melanda daerah-daerah di Kabupaten Bandung. Banjir merupakan bencana alam yang sering terjadi, kondisi cuaca yang ekstrem dan intensitas hujan yang tinggi dianggap sebagai penyebab banjir. Masyarakat yang terdampak, kembali menjadi korban.
Sebenarnya banyak penyebab banjir. Curah hujan dan iklim kerap dituding sebagai penyebab banjir yang utama, padahal penyebab banjir dapat melebar keberbagai asfek. Alam dengan segala keseimbangan nya menjadi tidak stabil apabila aktivitas manusia menggeser penopang siklus alami alam. Terdapat banyak kajian ilmiah yang menunjukan besarnya pengaruh aktivitas manusia terhadap perubahan iklim. Berdasarkan penjelasan dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, aktivitas manusia mempengaruhi komposisi atmosfer global, sehingga terjadi perubahan iklim. Penebalan lapisan atmosfer menyebabkan jumlah panas bumi yang terperangkap di atmosfer makin banyak. Peningkatan konsentrasi gas inilah yang mengakibatkan efek rumah kaca, yaitu proses peningkatan suhu bumi. Sehingga kondisi ini meningkatkan jumlah air di atmosfer, sehingga curah hujan meningkat. Saat curah hujan besar dengan intensitas tinggi turun tanpa adanya lahan yang menampung debit air, alhasil air akan meluap dan mengakibatkan banjir.
Alih fungsi lahan menjadi salah satu penyebab air tidak tertampung secara normal. Karena pembangunan masif, banyak lahan-lahan yang tadinya hutan kemudian dialih fungsi menjadi daerah industri, sehingga berdampak pada lingkungan, karena dengan limbah dan polusi asap pabrik menjadikan efek rumah kaca. Terlebih pembangunan pabrik-pabrik tekstil berada dekat hunian rumah-rumah warga, sehingga banyak dampak kerugian yang dialami warga, selain polusi, juga banjir yang menjadi langganan di setiap musim penghujan.
Aktivitas manusia yang menggeser kestabilan bumi ini karena keserakahan manusia. Sehingga banyak alih fungsi lahan, ketika materi menjadi orientasi para pengambil kebijakan, sementara mereka tidak memperhitungkan dampak dari kerusakan lingkungan. Seperti yang sudah tercantum dalam Alquran, firman Allah SWT, dalam surat Ar-Rum, ayat 41.
Kegagalan pemangku kebijakan dalam merancang tata kelola ruang, menjadikan bencana banjir terus berulang. Dalam pengelolaan lahan seharusnya memilih area lahan yang diperuntukan untuk daerah Industri, untuk pusat perbelanjaan, perkantoran, dan area yang diperuntukan sebagai daerah resapan sehingga tercipta keseimbangan ekologis. Sistem kapitalis melahirkan manusia-manusia serakah dan niradab dalam mengelola lahan, sehingga banyak merugikan dan membawa penderitaan bagi masyarakat dan kerusakan pada alam.
Di dalam Islam, alam harus dijaga kelestariannya dan keseimbangan ekosistem nya, Islam mengatur seluruh asfek kehidupan termasuk bagaimana menjaga keseimbangan alam. Negara tidak akan melakukan alih fungsi lahan, hanya untuk kepentingan segelintir orang demi meraih pertumbuhan ekonomi. Negara juga harus mempertimbangkan prinsip-prinsip pengelolaan lahan yang bersifat universal. Dalam pembangunan negara harus memperhatikan pembangunan infrastruktur untuk bisa menampung curah hujan, seperti dengan membangun bendungan-bendungan.
Pada masa ke khilafahan Islam banyak dibangun berbagai macam bendungan untuk mencegah banjir juga untuk keperluan irigasi. Bukti sejarah tersebut dapat disaksikan dibeberapa wilayah, dikala Islam pernah berkuasa, seperti di wilayah Iran maupun Turki. Negara membangun kanal untuk drainase, guna mengurangi dan memecah jumlah air dalam jumlah besar agar mengalir ketempat yang lebih aman. Dan banyak lagi aktivitas negara untuk menjaga kelestarian alam, dan berupaya meminimalisir dampak dari bencana alam. Inilah urgensi diterapkan nya sistem Islam, karena dalam Islam akan melahirkan sosok pemimpin yang benar-benar meriayah umat, sehingga umat bisa merasakan ketenangan dalam menjalani kehidupan nya.
Wallahu'alam.
Oleh: Enung Sopiah
Aktivis Muslimah