TintaSiyasi.id -- Satu tahun sudah Thufan al-Aqsa berlangsung, 76 tahun sudah genosida terhadap masyarakatnya dipertontonkan di hadapan dunia. Banyak bayi menangis, banyak anak yang terenggut masa kecilnya, banyak suara yang berteriak tolong, dan banyaknya angka kematian yang terus bertambah seolah itu bukan manusia.
Sungguh kejam dan kejinya perbuatan ini, teriakan mereka selalu datang “Kenapa negara-negara Arab diam?”, “Ke mana kaum Muslim yang lain?”.
Dan beberapa waktu belakangan respon pemimpin-pemimpin di negeri Muslim baru hanya sekadar kecaman semata. Bahkan sepertinya Israel sendiri yang ingin membuktikan pada dunia bahwa kecaman pemimpin-pemimpin negeri Muslim itu benar-benar omong kosong tanpa ada keinginan pembalasan.
Serangan Israel ke Ibu Kota Iran, Taheran dan kota lainnya [1]. Tidak hanya itu, mereka juga melepaskan bom mematikan ke Libanon hampir 24 jam terakhir yang banyak menewaskan masyarakat sipil [2]. Jangan lupakan kejadian beberapa bulan belakang Israel juga melakukan serangan ke Yaman dengan alasan memburu milisi Houthi [3]. Mari kita lihat, sudah berapa kali serangan yang dijatuhkannya dibeberapa negara selalu menargetkan hal-hal yang bersifat vital, seperti masyarakat sipil, Listrik, air, dll.
Ketidakberdayaan Pemimpin-Pemimpin dan Lembaga Internasional
Banyaknya kekerasan yang dilakukan Israel seolah membuat dunia terlihat tak bisa apa-apa. Mirisnya lagi, para pemimpin dunia hanya sampai melontarkan kecaman yang tak punya niatan kuat untuk menyelesaikan. Presiden Turki Erdogan contohnya, mengatakan penyelesaian masalah palestina melaui diplomasi dasar hukum internasional, atau narasi yang turut berbela sungkawa kepada keluarga korban yang ditinggal, bahkan solusi dua negara yang diputuskan PBB.
Tanggapan-tanggapan ini tentunya sekadar basa-basi politik yang kian diulang ketika dunia mulai mempertanyakan peran mereka di mata dunia. PBB dewan keamanan dunia tentunya tak diam, banyak solusi tentunya diputuskan, tapi nyatanya sampai sekarang masalah dua negara ini tak kunjung selesai [4]. Permasalahannya dianggap tidak terlalu penting untuk segera diselesaikan, tak sebanding pergesekan Amerika dan Ukraina beberapa waktu lalu yang kita saksikan.
Two-state solution yang mayoritas didukung oleh negara-negara di PBB seolah memberikan harapan ditengah ketidak berdayaan masyarakat dunia terkhusus umat muslim dunia sekalipun. Seperti yang kita tau, konsep “solusi dua negara” adalah gagasan yang bermaksud membagi tanah Palestina menjadi dua negara adalah solusi paling praktis.
Solusi ini pertama kali di gagas tahun 1937 oleh Komisi Peel utusan Inggris ke Palestina tujuan penyelidikan faktor penyebab meningkatnya ketegangan dan kekerasan antar dua kelompok dengan Israel sebagai pendatang, yang pada saat itu Palestina masih di bawah kekuasaan Inggris. Pembagian wilayah Palestina kepada pengungsi secara ilegal merupakan suatu penjajahan? Bukankah faktanya Israel ini selalu berusaha untuk memperluas tanah kekuasaannya di Palestina sampai sekarang?
Karena itu, “solusi dua negara” bagi masyarakat Palestina bukanlah solusi. Terlebih umat Muslim dunia yang ikut mendukung solusi ini sama halnya mendukung penjajahan dan kezaliman di atas dunia.
Kaum Muslim di dunia harus paham akar permasalahan yang terjadi di Palestina. Mereka harus memahami bahwasannya perampasan tanah milik umat walaupun hanya sejengkal adalah kezaliman. Terlebih tanah Palestina adalah tanahnya kaum muslimin dunia. Ketika Ia dihinakan yang terhina seluruh kaum Muslim dunia.
Faktanya sampai hari ini masyarakat palestina tidak mampu melawan penjajah sendirian. tidak ada harapan pada pemimpin dunia saat ini. Satu-satunya harapan adalah persatuan umat Muslim dunia dalam satu kepemimpinan yang shahih. []
Oleh: Oksi Miyanti
(Aktivis Muslimah)
Referensi:
1. detiknews
2. CNN Indonesia
3. VOA
4. Hukum Online.Com