Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Trump Menang, Pengamat: Sebagaimana Presiden AS Sebelumnya Punya Agenda Khusus untuk Timteng

Senin, 18 November 2024 | 09:34 WIB Last Updated 2024-11-18T02:34:42Z
TintaSiyasi.id -- Merespons kemenangan Donal Trump dalam pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) 2024 dan harapan untuk nasib Palestina, Pengamat Dunia Islam Ilman Silanas mengatakan sebagaimana presiden sebelumnya, pasti memiliki agenda khusus di Timur Tengah khususnya Palestina.

"Sebagaimana presiden Amerika sebelumnya pasti memiliki agenda khusus untuk Timur Tengah khususnya dengan Palestina," tuturnya di kanal YouTube Rayah TV, Jumat (15/11/2024), dalam Trump, Prabowo, Dan Nasib Palestina.

Seperti diketahui, sebelumnya pada tahun 2017 ketika Trump menjabat presiden AS, secara resmi mengumumkan akan memindahkan kedutaan besar Amerika dan Tel Aviv ke Yerusalem. Itu merupakan salah satu bentuk pengakuan Amerika bahwasanya Yerusalem itu adalah ibukota dari Israel.

"Nah yang di mana selama periode-periode untuk sebelumnya 70 tahun Israel, tidak ada satupun Presiden Amerika yang berani dan baru Trump yang melakukan demikian yang berasalan bahwasanya Israel sudah membuktikan dia menjadi negara demokrasi yang bisa menaungi semua penduduk, agama bisa beribadah, dan sebagainya. Akhirnya dia berani dalam artian mendeklarasikan yaitu pengakuan Yerusalem yang di dalamnya ada Masjidil Aqsa, tanah milik kaum Muslimin yang menjadi ibukota negara Zionis Israel. Hal ini cukup mengejutkan, cukup berani dan menyakiti hati umat Islam," paparnya. 

Kemudian, Donal Trump juga berupaya untuk menormalisasi hubungan antara Israel dengan dunia Arab dalam rangka makin mengokohkan kedudukan Israel. Jadi Donal Trump ingin mengamankan itu, dengan Abraham Accords (perjanjian). Walaupun pendekatannya dari sisi agama, ada agama Yahudi, agama Kristen dan Islam yang sama-sama merujuk kepada Nabi Ibrahim nah disebut Abraham Accords sehingga diupayakan Israel itu bisa diterima.

"Jadi kehadiran Israel sebagai negara penjajah yang mencaplok wilayah kekuasaan Palestina ya ini malah akhirnya di akui dan dikuatkan oleh Trump. Jika kita melihat seperti itu, tentu ini sebenarnya berbeda dengan perasaan dan pemikiran umat Islam. Maka sebenarnya kebijakan posisi Trump dalam hal ini dan dia akan kembali melanjutkan apa yang belum pernah dia bangun, untuk makin disempurnakan lagi dan intinya mengokohkan kembali kedudukan Israel," urainya.

Kemerdekaan Palestina 

Terkait kemerdekaan Palestina yang ingin dicapai, ia menjelaskan, harus dirinci, kemerdekaan tersebut terletak pada wilayah yang mana! Palestina akan berdaulatnya apakah sampai kepada wilayah yang saat ini dikuasa Israel ataukah kesepakatan sebelumnya. Misalnya kesepakatan tahun 60, kesepakatan tahun 47 mau yang mana? Ataukah kesepakatan sebelumnya negara Israel itu ada.

"Nah ini yang memang masih terus jadi perdebatan. Jadi walaupun diungkapkan adanya two state solution (solusi dua negara), yang masih jadi perdebatan adalah wilayahnya yang mana? Apakah memang Palestina akan menguasai lagi dari tepian sungai Jordan sampai ke laut Mediterania? Artinya Israel tidak ada, ataukah memang akhirnya Israel tetap dikasih wilayah-wilayah tertentu?," tanyanya.

Lebih lanjut ia mengatakan, ini adalah konsekuensi bagi Indonesia yang mengambil kebijakan politik Zero Enemy sedangkan dunia terjadi permusuhan, sedang terjadi peperangan, sedang terjadi kezaliman. Indonesia mau menyikapi yang mana? Pada saat mendeklarasikan Zero Enemy maka akan terjadi satu sisi Indonesia berbusa-busa membela Palestina seperti yang diungkapkan oleh warga, menteri luar negeri untuk dunia Islam saat konferensi OKI (Organisasi Kerja Sama Islam), dia begitu menyampaikan dengan tegas ya kritik dia dan juga apa ungkapan bagaimana menghentikan Israel.

"Tetapi satu sisi lain memang kita tetap berbaik-baik pada negara yang paling mendukung Israel. Negara yang pertama kali mengakui Israel sebagai negara merdeka kan Amerika, yang memberikan bantuan paling besar secara militer ekonomi pun Amerika," imbuhnya.

Ia menjelaskan, pada Tufanul Al Aqsha Oktober 2023 Amerika memberikan bantuan militer kepada Israel sebanyak 280 triliun dan itu untuk militer. Tujuannya kalau militer untuk membeli senjata, peluru, alat perang dan sebagainya untuk menghadapi umat Islam di Palestina.

"Jadi ya begitulah efek dari Zero Enemy, yang akhirnya menjadikan kita sebagai masyarakat pun bingung. Ini maunya gimana dan malah pengamat-pengamat itu sudah menyatakan bahwasannya sejatinya pengumuman penguasa-penguasa dunia Islam ini sudah berpihak pada Israel, dengan apa sudah mulai mereka itu mengakui keberadaan Israel sebagai suatu negara yang merdeka dan berdaulat di wilayah yang ada saat ini," terangnya.

"Adapun Palestina yang tinggal di rancang aja kalau ini garis batasnya gitu kan Ini Palestina silakan merdeka di sini silakan kamu punya kedaulatan ini batas Israel yang diharapkan ya seperti itu," pungkasnya.[] Alfia Purwanti

Opini

×
Berita Terbaru Update