Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Stop Berharap Perubahan pada Rezim, Yuk Merubah Sistem!

Sabtu, 16 November 2024 | 08:02 WIB Last Updated 2024-11-16T01:03:30Z
TintaSiyasi.id -- Pemilu presiden dan wakil presiden serta legislatif telah selesai. Presiden dan wakil presiden terpilih serta beberapa anggota kebinet 'merah putih' telah dilantik dan sah memimpin Indonesia lima tahun kedepan. Namun, baru beberapa hari pergerakan seratus hari Prabowo Gibran, bahkan belum terlaksananya program makan siang gratis yang telah dijanjikan pada saat kampanye sudah banyak kejadian yang memilukan bagi rakyat. Seperti, kejadian peternak sapi perah di Boyolali dan Pasuruan yang membuang susu hasil ternak mereka secara besar-besaran. Bahkan mereka melakukan demo mandi susu ditengah-tengah kerumunan masyarakat. 

Menurut Dewan Persusuan Nasional Teguh Boediyana industri pengelola susu (IPS) tidak lagi mau menyerap susu dari peternak lokal, dikarenakan sudah beralih ke susu impor. Teguh mencatat lebih dari 200 ton susu segar per hari yang terpaksa harus dibuang para peternak lokal akibat kalah saing dengan produk impor dari Vietnam yang memang sudah dicanangkan oleh Prabowo sebelum pelantikannya. Bahkan juga presiden telah berencana menyediakan lahan yang luas bagi Vietnam untuk mengelola ternaknya di Indonesia. (Tempo.co. 10 November 2024)

Bukan hanya peternak susu, juga petani garam, beras, gula, jagung, ubi dan ada beberapa petani lainnya juga mengalami hal yang sama. Mereka merasakan gundah gulana disebabkan bahan pangan yang mereka kelola tidak bisa diserap oleh pasar karena kalah bersaing dengan yang impor. Ditambah lagi wacana bahan-bahan pokok tersebut akan diimpor secara besar-besaran oleh pemerintah.

Impor adalah Tabiat Rusak Ekonomi Kapitalisme 

Memang impor bukanlah wacana atau program baru, bagi pemerintahan Prabowo Gibran. Tapi, program turun temurun dalam pemerintah sistem kapitalisme. Karena itu tidak heran walaupun bergantinya rezim kebijakan impor ini tidak akan bisa diminimalisir apalagi dihilangkan, karena begitulah tabiat sistem ekonomi dalam pemerintahan kapitalisme.

Masih ingatkan bagaimana dulu sebelum Jokowi menjadi presiden. Bahwa ia menyampaikan dalam kampanyenya untuk memberikan harapan perubahan kepada rakyat terutama para petani yang telah resah dengan kebijakan impor presiden sebelumnya yaitu SBY. Jokowi berjanji tidak akan melakukan impor dan akan menghentikan semua impor serta hendak mewujudkan swasembada pangan di Indonesia. Tapi apa yang terjadi setelah ia menjabat? Semua janji yang ia ucapkan satupun tidak ada yang terealisasi, bahkan semakin menggalakkan impor.

Karena, memang dalam sistem pemerintahan kapitalisme mustahil akan menghentikan impor, walaupun cuma meminimalisirnya. Karena, salah satu program pemerintah kapitalisme yaitu bagaimana terwujudnya kerja sama ekonomi antar negara Asean (perdagangan bebas/MEA) yang telah ditandatangani oleh pemerintah sebelumnya hampir dua puluh tahun yang lalu. Karena itu, kerja sama selama ini adalah dengan memperbanyak impor dari negara tetangga dan tentu hal ini tidaklah menguntungkan rakyat, tapi menguntungkan asing dan para kapital (oligarki).

Sudah, tabiat sistem kapitalisme dengan sarana pesta demokrasi merupakan seremonial lima tahunan semata. Aslinya mereka yang terpilih adalah yang diinginkan oleh penguasa yang sesungguhnya yaitu kaum kafir Barat (AS) dan Timur (China). Dalam pemilu kali ini masyarakat sebenarnya telah diperlihatkan dengan fakta yang mengejutkan dan memilukan. Bagaimana tidak selama proses pencalonan hingga pemilihan berdasarkan survei dari beberapa lembaga survei telah menyatakan keunggulan pada pasangan calon nomor urut satu, bahkan survei di luar negeri juga menyatakan begitu. Tapi fakta yang telah terjadi pemilu dimenangkan oleh pasangan calon nomor urut dua, dengan kemenangan telak. Masyarakat dikhianati atas nama suara terbanyak (demokrasi).

Bisa dibayangkan begitu kecewanya para pendukung calon pasangan nomor urut satu.  Namun, anehnya mereka tidak jera dan tetap berharap pada perubahan rezim lagi pada saat pilkada. Seolah-olah fakta yang terjadi didepan mata tidak bisa dipelajari dan tidak menjadi pelajaran bagi mereka. Mereka mau mengulangi kegagalan yang sama untuk yang sekian kalinya. Padahal Rasulullah telah memberikan pesan kepada umat Islam khususnya agar jangan jatuh ke lubang yang sama sebanyak dua kali. Sementara saat ini kaum Muslim Indonesia sudah jatuh ke lubang busuk sistem kapitalisme dengan sistem pemerintahan demokrasinya untuk yang kedelapan kalinya.

Perubahan Hakiki Hanya Didapat dengan Islam

Karena itu, jika menginginkan adanya  perubahan tidak bisa berharap hanya dengan pergantian rezim atau person nya saja, tanpa mengganti sistemnya (kapitalisme). Sebab, yang menjadi penyebab utama permasalahan umat saat ini bukan sekedar orangnya, tapi sistem yang digunakan dalam memimpin. Sistem yang digunakan dalam menetapkan kebijakan.

Bukankah setiap lima tahunnya kita sudah mengusung orang yang berbeda dan dengan background yang berbeda pula. Tapi, apakah perubahan yang diharapkan pernah terwujud? Mau mencoba seberapa banyak lagi personnya dan bagaimana lagi background nya? Semua sudah terwakilkan mulai dari perwira hingga rakyat biasa, mulai dari priyayi hingga pak kiyai, dari pengusaha hingga ibu rumah tangga. Dan tidakkah hal ini cukup membuktikan terkhususnya pemilu kali ini bahwa yang menjadi akar masalah adalah sistem, yaitu diterapkan sistem kapitalisme, bukan person?

Karena itu, jika menginginkan perubahan tidak cukup hanya mengganti orang yang memimpinnya saja,  harus juga ada upaya perubahan sistem yang digunakan dalam memimpin. Hanya saja merubah sistem yang rusak ini tidak bisa dengan tetap bergelut didalamnya. Karena, hal itu sama saja dengan tanpa disadari mempertahankan sistem yang rusak tersebut. 

Jika ingin merubah sistem, maka yang harus dilakukan adalah berkenan keluar dari sistem tersebut. Dan terkait apapun yang berhubungan dengan sistem tersebut. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh Rasulullah Saw ketika hendak mengubah sistem rusak di Jazirah Arab. Beliau sama sekali tidak berkutat dan berkubang dalam parlemen kafir Quraisy, bahkan beliau menolaknya. Beliau berjuang dari luar menyadarkan umat dengan terus melakukan pergolakan pemikiran akan bobroknya sistem kehidupan saat itu dan harus diganti dengan sistem yang baik, yang memuliakan umat manusia yaitu dengan sistem Islam Daulah Islam. Begitulah metode perubahan yang harus kita ikuti. Wallahu a'lam bishshowab. 

Oleh: Fadhilah Fitri, S.Pd.I.
Analisis Mutiara Umat Institut

Opini

×
Berita Terbaru Update