TintaSiyasi.id -- Setahun telah berlalu sejak 07 Oktober 2023 operasi Taufan Al-Aqsha, zionis laknatullah telah melakukan genosida dan kejahatan yang lebih brutal dan tak terkatakan terhadap umat Islam Palestina yang disaksikan oleh semua orang yang memiliki mata untuk melihat.
Pelajaran apa yang dapat kita ambil dari tahun berdarah ini dan menatap masa depan yang lebih cerah bagi Palestina dan umat Islam? Umat Islam di Gaza telah menunjukkan kekuatan dan ketahanan yang luar biasa dalam menghadapi penindasan dan kebrutalan yang tiada henti. Keberanian mereka adalah pengingat bagi kita semua tentang apa artinya bediri teguh dalam iman dan percaya kepada Allah, bahkan terhadap kesulitan yang luar biasa.
Perjuangan mereka sehari-hari melawan pendudukan zionis, tanpa pasukan atau dukungan, menunjukkan tekad yang tak tergoyahkan untuk melawan tirani. Gaza telah menjadi simbol jiwa umat Islam, yang tidak akan pernah bisa dihancurkan, dan akan tetap rela berkorban, sampai kemenangan yang dijanjikan Allah tercapai.
Lebih jauh lagi, umat Islam Gaza yang pemberani telah mengungkap sekali dan untuk selamanya kelemahan pendudukan Zionis, yang meskipun sangat brutal terus diguncang sampai ke akar-akarnya oleh perlawanan dengan cara-cara sederhana, dan tidak akan pernah mampu menghadapi konfrontasi dengan pasukan Muslim biasa.
Rezim-rezim di negara Muslim, tanpa kecuali telah gagal di Gaza dan Palestina. Meskipun ketidakadilan yang nyata, para penguasa di dunia Islam terus melanjutkan kerjasama mereka yang penuh pengkhianatan dengan Zionis dan Barat. Mereka telah memprioritaskan tahta mereka yang lemah, kekayaan duniawi. Dan perbudakan yang penuh pengkhianatan kepada para penguasa kolonial Barat mereka daripada membela yang lemah dan tertindas.
Sementara Al-Aqsha tetap diduduki dan Gaza dibombardir dan kelaparan, mereka terus menutup perbatasan dan mengeluarkan pernyataan kosong alih-alih mengirim pasukan. Sebaliknya, beberapa dari mereka, membuka perbatasan hanya untuk membiarkan pasokan masuk ke Zionis yang melakukan genosida, sementara yang lain menunjukkan permusuhan teatrikal kepada Zionis, tanpa langkah apapun untuk benar-benar mengakhiri pendudukan atau merusaknya dengan cara apapun yang serius; sehingga hanya membuatnya berani untuk memperluas kejahatannya. Kegagalan ini bukan hanya terjadi karena kurangnya kemauan, tetapi merupakan pengkhianatan langsung terhadap umat, yang mengungkapkan kesetiaan rezim-rezim ini kepada musuh-musuh Islam.
Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa (FDMPB) Dr. Ahmad Sastra menyatakan tidak ada solusi yang lebih baik dan lebih tepat selain jihad fii sabilillah untuk mengenyahkan entitas penjajah Zionis Yahudi dari bumi Palestina. “Tidak ada solusi yang lebih baik dan lebin tepat, selain jihad, fii sabilillah,” ujarnya kepada mediaumat.Info, ahad (06 Oktober 2020). Menyangga pernyataan presidan RI Joko widodo yang menyatakan bahwa dialog jadi satu-satunya cara untuk menyelesaikan konflik di timur tengah, terutama di Gaza Palestina. Ahmad menyindir, Jokowi mungkin lupa bahwa Indonesia memiliki sejarah panjang dalam melakukan perang melawan dan mengusir penjajah, baik Belanda, Portugis, dan sekutu. Begitupun semestinya untuk melawan dan mengusir entitas penjajah Yahudi atas negeri Palestina juga semestinya dengan jihad pula. “Jokowi juga mungkin lupa akan sejarah lahirnya resolusi jihad yang membakar semangat juang arek surabaya dan sekitarnya pada 10 november 1945. Sehingga kaum santri dan rakyat bersatu mengusir tentara sekutu dari kota pahlawan,“ ujarnya. Menurut Ahmad, agar solusi jihad fii sabilillah dapat ditunaikan secara sempurna maka harus dimulai dari persatuan umat Islam dan negeri-negeri Muslim seluruh dunia. “Jihad harus dikomandoi pemimpin tertinggi negeri-negeri muslim yang bersatu,“ tegasnya. Selain itu, jelasnya, untuk menghadapi imperialisme negara tidaklah bisa dilakukan oleh orang per orang. Namun idealnya harus dihadapi lagi oleh sebuah institusi negara. Untuk itu adalah keharusan negeri-negeri Muslim segera bertobat kepada Allah, lantas bangkit dan bersatu padu melawan segala bentuk penjajahan. “Dahulu Khilafah Islam mampu melindungi Palestina, karena semua negeri Muslim bersatu padu, tidak tercerai-berai.” []
Oleh: Rahma
Praktisi Pendidikan