Tintasiyasi.id.com -- Manusia adalah makhluk sempurna hasil ciptaan Allah Swt. Makhluk istimewa yang diciptakan berbeda dari makhluk lainnya yang diberi amanah akal untuk di optimalkan dan di jaga kewarasannya serta nantinya akan di pertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT.
Layaknya orang tua yang selalu menjaga dan memastikan tidak ada satu pun bahaya yang dapat mengancam anaknya, baik bahaya fisik, maupun bahaya pemikiran. Bahkan mereka rela mengorbankan segala upaya agar anaknya baik-baik saja.
Di perkembangan zaman saat ini, banyak bahaya yang bisa terjadi baik itu fisik ataupun pemikiran yang ditanamkan tanpa terang-terangan. Bahaya fisik dapat disembuhkan dengan obat yang dapat di indera, sedangkan bahaya pemikiran akan mampu disembuhkan dengan pemikiran juga.
Pemikiran yang rusak dan berbahaya akan mengancam kondisi kehidupan. Salah satunya dalam bentuk moderasi beragama atau sering disebut dengan moderasi Islam.
Tanpa dijelaskan atau ditampakkan secara gamblang moderasi Islam adalah sebagai bagian dari rencana busuk Barat untuk “mendeideologisasi” Islam yang harus disadari. Mereka berupaya menjauhkan umat Islam dari pemahaman Islam sebagai ideologi.
Islam yang dijadikan identitas diri bahkan teralihkan pada pemikiran lainnya sehingga dapat mempersempit pemahaman bahwa Islam hanya terkait ibadah individu saja atau ibadah ruhiyah yang hanya mengatur tentang shalat, zakat dan puasa, rukun islam yang lima.
Namun sebenarnya Islam turun sebagai agama yang benar dan kompleks serta sesuai dengan fitrah manusia, memuaskan akal, dan menenangkan hati yang mengatur segala aspek kehidupan, karena di dalam Islam terdapat unsur kehidupan yaitu hubungan manusia dengan pencipta, hubungan manusia dengan dirinya dan yang terpenting hubungan manusia dengan manusia lainnya, karena fitrahnya manusia itu lemah, terbatas, serba kurang dan membutuhkan yang lainnya.
Islam hadir untuk mengatur segala lini kehidupan baik itu fikrah maupun thariqahnya dengan sempurna dan kaffah dalam hukum sara’nya.
Sumatera Barat menjadi tempat yang memegang semboyan "adat basandi sara', sara' basandi Kitabullah" Dengan masyarakat yang dikenal dengan masyarakat religius, akan tetapi secara tidak langsung juga sudah terpengaruh oleh pemikiran yang tidak lahir dari kitab yang dijadikan sandi dasar dalam kehidupan masyarakat.
Ini dapat dilihat dan dirasakan dari sikap kepala kantor kementerian Agama kota Padang bapak H. Edy Oktafiandi yang berpendapat bahwa "moderasi beragama merupakan kunci guna merawat keberagaman di NKRI.
Pernyataan tersebut di sampaikan baru-baru ini pada acara Orientasi Pelopor Moderasi Beragama di hotel Royal Denai, Bukittinggi. Menurutnya, moderasi beragama adalah salah satu dari tujuh program prioritas Kementerian Agama.
Sehingga beliau menganjurkan untuk ASN Kementerian Agama harus paham dan menjadikan prioritas sikap dalam beragama yang moderat, serta menjadi penyebar luasan pemahaman ini di tengah masyarakat.
Tidak hanya itu beliau juga menyampaikan bahwa moderasi beragama merupakan bentuk komitmen kebangsaan yang menghargai keberagaman dan toleransi, penolakan kekerasan atas nama agama, serta menerima dan mengakomodasi kekayaan budaya dan tradisi yang ada di masyarakat". Ujarnya.
Adapun tokoh-tokoh masyarakat yang mengikuti acara tersebut yaitu 25 ASN Kemenag Kota Padang, termasuk pengawas, kepala madrasah, kepala KUA, penyuluh, penghulu, dan ASN lainnya.
Sosialisasi tentang moderasi beragama ini diharapkan bisa meningkatkan kesadaran dan kepedulian ASN terhadap perbedaan, sehingga dapat membangun lingkungan yang inklusif dan menghargai keberagaman.
Dengan semangat moderasi beragama, diharapkan dapat membawa pengaruh positif, yang bisa menyebar dari ASN ke seluruh masyarakat, menciptakan lingkungan yang damai, harmonis, dan saling mendukung dalam keberagaman.
Sebagai masyarakat islam yang menempatkan kitab allah sebagai sandi kehidupan seharusnya mampu melihat serta sadar bahwasanya kegiatan moderasi ini telah membuat sebagian masyarakat terjebak.
Sampai-sampai mengadopsi pemikiran ini bahkan parahnya juga menganggap sebagai ajaran Islam. Padahal moderasi Islam adalah ajaran kufur, karena mengajak kaum muslim bersikap moderat, yaitu sikap kompromistis dan jalan tengah.
Moderasi beragama mengatas namakan toleransi, dimana umat Islam harus mengakui bahwa semua agama adalah benar. Namun Sesungguhnya, ini jelas menyalahi akidah Islam yang mengambil pandangan dari firman pencipta yang diwahyukan pada rasulnya dan termuat dalam bentuk kitab al quran dimana Allah SWT berfirman "Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam.
Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barang siapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya." (TQS Ali Imran [3]: 19).
Tidak hanya itu atas nama toleransi dan moderasi, perguruan-perguruan tinggi negeri hanya menetapkan mata kuliah agama islam sebanyak dua sks selama periode pendidikan. Mirisnya lagi dua sks hanya dilakukan dalam satu kali seminggu dan hanya didapatkan selama satu semester saja.
Itupun juga tidak dalam durasi yang lama dimana hanya memakan waktu 100 menit dalam seminggu, dan ini sangat jauh dari waktu yang telah diberikan Allah SWT 10.080 menit dalam seminggu. Kebijakan ini membuktikan bahwa moderasi Islam adalah ancaman bagi masyarakat Islam untuk menerapkan ajaran agamanya sendiri.
Demikianlah, atas nama toleransi dan moderasi, masyarakat Islam secara perlahan namun pasti dipaksa untuk berkompromi dengan pemikiran, aturan, dan sistem kufur ini.
Dimanakah Letak Terpaparnya Moderasi Agama?
Jalan dari terpaparnya pemikiran moderasi setidaknya dari institusi keluarga dan pendidikan. Dimana dapat diperhatikan Ketika di rumah, pemikiran moderasi masuk melalui acara televisi yang dikemas dalam bentuk film, sinetron, acara anak-anak, program belajar dan lainnya.
Tidak dapat dielakkan juga dari gudangnya ilmu seperti, buku bacaan, baik majalah, komik, novel, dan lainnya. Juga bisa masuk melalui gadget, yang selalu setia menemani kehidupan di zaman modern ini.
Ada pun dalam institusi pendidikan, moderasi agama masuk melalui pembelajaran di kelas, seperti buku atau modul-modul yang harus dibaca pelajar, berbagai tayangan saat pembelajaran, bahkan masuk juga di kegiatan forum studi islam.
Jadi tidak heran lagi jika sekarang moderasi beragama sangat masif diaruskan di sekolah-sekolah sampai Perguruan tinggi.
Masyarakat Berkarakter Moderat
Pemikiran inklusif, toleran, dan sekuler merupakan hasil dari sebuah moderasi dengan membawa dampak pada masyarakat yang tidak mau atau enggan menampakkan keislamannya karena tidak ingin dianggap berbeda dengan lingkungan sekitar (inklusif).
Misalkan jika tidak berpacaran akan membuatnya tampak berbeda dengan yang lain, maka mereka akan melakukan hubungan berpacaran. Kalaupun dengan dalih pacaran syar'i seperti untuk saling mengingatkan dalam beribadah kepada Allah SWT yang jelas itu melanggar syariat agamanya.
Masyarakat moderat akan sangat toleran terhadap kemaksiatan, yang diwujudkan dengan sikap tidak peduli. Bisa jadi masyarakat yang taat ibadah. Salat fardu tidak pernah di tinggalkan. Namun, akan membiarkan masyarakat lainnya tidak salat.
Dan akan membiarkan mereka untuk melanggar syariat, karena baginya, semua orang bisa punya pendapat yang berbeda sehingga tidak perlu mencampurinya.
Selain itu, masyarakat yang moderat juga bertindak sangat toleran dengan nonmuslim, akan tetapi dengan toleransi yang kebablasan seperti mengucapkan selamat hari raya natal ke nonmuslim, serta mengikuti acara-acara keagamaan mereka.
Bahkan, sampai ada yang masuk ke tempat-tempat peribadatan mereka. Bahayanya, masyarakat yang moderat hanya taat pada sebagian syariat dan menolak sebagian lainnya. Musalkan taat menjalankan ibadah ritual seperti salat, puasa, serta menghiasi diri dengan berbagai akhlak mulia (seperti dermawan, baik hati, jujur, dsb).
Akan tetapi, menyampingkan bahkan meninggalkan untuk taat pada aturan-aturan Islam lainnya seperti aturan dalam bidang ekonomi, politik, pergaulan, dan lainnya. Sedangkan seharusnya masyarakat menjadi pejuang dan pembela Islam, namun realita nya terjerumus menjadi pembela dan pejuang pemikiran kufur, menjadi pejuang moderasi.
Bahkan, saat ini masyarakat dibentuk menjadi penghadang kebangkitan Islam dan tegaknya Khilafah kembali.
Penjagaan dari Bahaya Moderasi Agama
Tapi jangan khawatir masih Ada beberapa hal yang bisa dilakukan masyarakat untuk menjaga diri agar tidak terpapar moderasi agama.
Pertama, bentengi diri dengan Islam yang sahih (benar), baik akidah, maupun syariat. Dimana dibutuhkan usaha untuk mengkokohkan dan menginternalisasikan keimanan bahwa Islam adalah agama yang paripurna.
Dimana Islam mencakup segala lini kehidupan baik itu mengatur urusan dunia bahkan akhirat, maksudnya tidak hanya sekadar urusan spiritual saja. Hanya Islam agama dan sistem kehidupan terbaik.
Adapun yang mencari selain Islam, itu ibaratkan amalan yang sia-sia dan di akhirat pun akan merugi. Sebagaimana Allah SWT berkata "Dan barang siapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi." (TQS Ali Imran [3]: 85)
Tidak hanya sampai disitu, usaha yang harus dilakukan masyarakat adalah mengkaji Islam sebagai ideologi, bukan sekadar ilmu pengetahuan. Sehingga terikat syariat Islam secara keseluruhan (kafah), yang akan membuat masyarakat mampu untuk menilai baik dan buruk berdasarkan ajaran Islam.
Nantinya secara lambat laun akan mampu membentengi diri dari moderasi Islam, ataupun pemikiran berbahaya lainnya.
Kedua, mengambil peran dalam menjadi agen Islam kafah, untuk menghancurkan moderasi agama dengan mewujudkan kesadaran terkait pentingnya dakwah menyampaikan kebenaran Islam.
Hal ini bisa dimulai dari membiasakan diri untuk berani berbicara dan menyampaikan pendapat kepada orang lain, mulai dari keluarga, tetangga dll. Tidak cukup sampai disitu selalu pupuk terus keimanan dan bangun kepedulian.
Dengan demikian, masyarakat tidak akan berdiam diri terhadap kemaksiatan. Melainkan akan terdorong menyampaikan kebenaran, sekalipun bisa jadi tidak semua orang menyukainya. Namun perlu diperhatikan cara menyampaikannya dengan bahasa yang ahsan dan mudah dimengerti.
Bentuk kebiasaan untuk berdakwah melalui berbagai cara baik dalam bentuk tulisan, video, maupun sarana-sarana lainnya di berbagai media massa, terutama media sosial yang saat ini menjadi sarana yang sangat efektif untuk mendakwahkan Islam.
Dengan menyampaikan Islam kafah, serta timbulkan sikap berpihak pada Islam dan membela Islam. Tidak hanya itu juga libatkan diri dalam dakwah Islam demi tegaknya syariat dan khilafah.
Upaya ini akan lebih efektif jika masyarakat lebih awal mengantisipasi masuknya moderasi, yaitu dengan membekali diri pemahaman ideologi islam, sehingga dapat memilah dan memilih hal-hal yang bertentangan dari ideologi yang dipelajari sehingga mampu menjaga diri sebelum serangan pemikiran terjadi.
Oleh: Rika Vebrian
(Aktivis Muslimah)