Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Pro Kontra Childfree

Sabtu, 23 November 2024 | 21:53 WIB Last Updated 2024-11-23T14:53:39Z
TintaSiyasi.id -- Fenomena 'childfree' masih terus santer terdengar bahkan semakin menarik perhatian. Hal ini memicu pro-kontra berbagai pihak. Salah satunya datang dari anggota Komnas Perempuan, Maria Ulfah Ansor, ia menekankan bahwa pilihan childfree tidak boleh dipandang negatif. Masyarakat perlu diberikan pemahaman bahwa keputusan tersebut adalah bagian dari kebebasan setiap individu dalam memilih gaya hidup, katanya.

Berdasarkan survey BPS terbaru yang dikutip dari rri.co.id, sekitar 8,2 persen atau sebanyak 72 ribu perempuan Indonesia dengan usia 15 hingga 49 tahun memilih tidak memiliki anak. Anggota Komisi IX DPR RI, Kurniasih Mufidayati berpendapat, negara harus menyiapkan strategi untuk mengantisipasi dampak tren yang bisa mengurangi jumlah generasi muda.

"Kita harus belajar dari negara-negara seperti Jepang dan Korea Selatan yang sudah mulai kekurangan generasi muda. Indonesia harus mengantisipasi agar ini tidak terjadi di sini, kita tetap memerlukan generasi penerus yang kuat dan berkualitas," ujarnya dalam wawancara Bersama Pro3 RRI, Jum’at (15/11/2024).

Alibi Childfree

Ide childfree ini lahir sebab paham feminisme kian merebak di masyarakat. Jauh sebelumnya, influencer dengan jutaan followers turut mempromosikan ide nyeleneh tersebut. Sedikit banyaknya pasti memengaruhi muda mudi di negeri ini. Mereka yang merasa satu suara melabeli hal tersebut sebagai pemikiran yang modern open minded katanya. Sungguh ironi.

Salah satu faktor yang menjadi pencetus childfree ialah beban hidup yang makin tinggi. Bagaimana tidak? Mewahnya ongkos pendidikan anak-anak, melangitnya biaya kesehatan, belum lagi harga sembako yang kian meroket di tiap harinya membuat para pasangan muda berpikir berulang kali untuk memiliki buah hati.

Mereka khawatir dengan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi ke depannya. Seakan kehadiran seorang anak itu adalah sebuah beban. Pengusik kebahagiaan. Padahal, Allah lah yang lebih mengetahui bagaimana cara manusia hidup berbahagia dengan kebahagiaan yang hakiki, bukan kebahagiaan semu semata. Al-Qur'an menuliskan, anak itu adalah perhiasan yang dengannya dunia menjadi indah. Juga sebagai penyejuk hati (Qurratha A'yun).

Memiliki Anak Adalah fitrah Manusia 

Allah SWT memberikan manusia segenap potensi, salah satu potensi itu adalah naluri. Setiap manusia miliki naluri berkasih sayang guna melangsungkan keturunan. Islam mengaturnya melalui sebuah ikatan halal pernikahan. Memiliki anak adalah salah satu tujuan dari pernikahan itu sendiri.

Naluri berkasih sayang ini tidak bisa dihilangkan pada diri manusia, hanya bisa dialihkan kepada semisalnya. Meski childfree dikatakan sebagai hak individu namun jelas ide tersebut merusak fitrah.

Lebih jauh, childfree ini juga akan berdampak pada less generation. Di negara luar, childfree sendiri memang telah dianggap lazim dan sah-sah saja. Namun, pada akhirnya, mereka seperti "kelimpungan" sendiri. 

Bagaimana di Jepang terjadi populasi yang jomplang. Usia lansia di sana tercatat sebagai rekor terbanyak di dunia, sehingga negara mereka darurat tenaga kerja. Populasi semakin menua dan usia produktifnya mulai menyusut. Bahkan, belakangan viral 9 juta rumah mewah di Jepang kosong karena tak punya pewaris. 

Lalu, di beberapa negara Barat mereka sengaja "membayar" dengan nilai yang fantastis agar warganya mau miliki anak. Guna melawan penurunan angka kelahiran dan populasi yang terus menyusut. Artinya, mereka mengakui bahwa lahirnya generasi baru itu perlu!

Hanya saja, mereka seolah-olah mencari kebahagian dengan melawan sunatullah. Yang berhak mengatur seseorang untuk dikaruniai anak atau tidak itu hanyalah Allah. Dia yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Siapalah kita ini? Allahumaghfirllana Ya Allah..

Wallahu'alam bishowab...

Oleh: Irna purnamasari
Aktivis Muslimah

Opini

×
Berita Terbaru Update