TintaSiyasi.id-- Amar makruf nahi munkar (memerintahkan yang baik dan mencegah yang buruk) adalah prinsip dasar dalam Islam yang sangat penting dalam membangun masyarakat yang adil, damai, dan taat pada nilai-nilai kebaikan. Al-Quran dan As-Sunnah menekankan betapa pentingnya peran umat Islam dalam menjaga tatanan moral dan sosial dengan menjalankan amar ma’ruf nahi munkar.
Berikut adalah penjelasan pentingnya amar ma’ruf nahi munkar menurut perspektif Al-Quran dan As-Sunnah:
1. Amar Ma’ruf Nahi Munkar dalam Perspektif Al-Quran
• Perintah Langsung dari Allah SWT: Amar ma’ruf nahi munkar adalah perintah yang jelas dari Allah dalam Al-Quran. Allah SWT berfirman:
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS. Ali Imran: 104)
Ayat ini menegaskan bahwa memerintahkan kebaikan dan mencegah keburukan adalah kewajiban umat Islam. Ini bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga demi kemaslahatan masyarakat secara keseluruhan.
• Identitas Umat Muslim: Allah SWT menyebutkan bahwa amar ma’ruf nahi munkar adalah ciri umat Muslim:
"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah." (QS. Ali Imran: 110)
Ayat ini menyatakan bahwa umat Islam diangkat sebagai umat terbaik ketika mereka menjalankan amar ma’ruf nahi munkar. Identitas umat Islam adalah sebagai penjaga kebaikan dan pelindung dari kemungkaran.
• Menghindarkan dari Azab Allah: Dalam Al-Quran, terdapat peringatan bahwa umat yang tidak menjalankan amar ma’ruf nahi munkar akan menghadapi konsekuensi buruk dari Allah. Allah SWT berfirman:
"Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Dawud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain tidak saling melarang perbuatan munkar yang selalu mereka perbuat. Sungguh, sangat buruk apa yang selalu mereka perbuat itu." (QS. Al-Ma'idah: 78-79)
Ayat ini menunjukkan bahwa keburukan yang tidak diingatkan akan mendatangkan azab dan laknat dari Allah. Masyarakat yang saling mengingatkan dalam kebaikan akan terhindar dari azab Allah.
2. Amar Ma’ruf Nahi Munkar dalam Perspektif As-Sunnah
• Bagian dari Iman: Rasulullah SAW menegaskan bahwa amar ma’ruf nahi munkar adalah bagian dari keimanan. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda:
"Barangsiapa di antara kalian melihat kemunkaran, hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka dengan lisannya. Jika tidak mampu, maka dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemahnya iman." (HR. Muslim)
Hadis ini menunjukkan bahwa amar ma’ruf nahi munkar adalah kewajiban bagi setiap Muslim sesuai dengan kemampuannya. Ini adalah wujud dari kepedulian seorang Muslim terhadap masyarakatnya serta bukti dari imannya.
• Menjaga Kestabilan Masyarakat: Dalam sabda Rasulullah SAW yang lain, amar ma’ruf nahi munkar disebut sebagai kunci bagi kesejahteraan masyarakat:
"Perumpamaan orang yang menjaga hukum-hukum Allah dan yang melanggarnya seperti sekelompok orang yang berlayar dengan sebuah kapal. Sebagian mereka berada di atas, dan sebagian lagi di bawah. Jika orang yang berada di bawah ingin mengambil air, mereka berkata, 'Seandainya kami melubangi tempat kami ini.' Jika yang di atas membiarkan mereka, niscaya seluruh kapal akan tenggelam. Namun, jika mereka mencegahnya, niscaya semuanya akan selamat." (HR. Bukhari)
Hadis ini menggambarkan bahwa amar ma’ruf nahi munkar memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan dan keselamatan masyarakat secara keseluruhan. Tanpa upaya bersama untuk menegakkan kebaikan, masyarakat akan jatuh ke dalam kehancuran moral dan sosial.
• Bukti Kasih Sayang Terhadap Sesama: Rasulullah SAW juga bersabda, "Agama itu adalah nasihat," yang menunjukkan pentingnya sikap saling mengingatkan dalam kebaikan dan melarang keburukan sebagai wujud kasih sayang terhadap sesama. Menegakkan amar ma’ruf nahi munkar bukan hanya sebagai kewajiban agama, tetapi juga bentuk kepedulian yang tulus bagi orang lain.
3. Manfaat dan Hikmah Amar Ma’ruf Nahi Munkar
• Menghindari Kerusakan dan Kehancuran Moral: Amar ma’ruf nahi munkar menjaga umat dari kerusakan moral dan sosial, karena setiap Muslim akan memiliki kesadaran untuk meluruskan keburukan yang terjadi di lingkungannya.
• Menguatkan Solidaritas dan Persaudaraan: Sikap saling mengingatkan dan memperbaiki kesalahan menguatkan persaudaraan umat, karena masing-masing individu tidak membiarkan saudaranya terjerumus dalam keburukan.
• Menumbuhkan Tanggung Jawab Sosial: Amar ma’ruf nahi munkar membangun tanggung jawab sosial dalam setiap individu.
Setiap Muslim merasa memiliki tanggung jawab atas kebaikan masyarakatnya, sehingga tercipta kehidupan yang aman, damai, dan penuh berkah.
Kesimpulan
Amar ma’ruf nahi munkar adalah kewajiban yang sangat ditekankan dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Ini adalah wujud dari keimanan, kepedulian, dan kasih sayang terhadap sesama, serta memiliki peran penting dalam menjaga tatanan masyarakat yang bermoral, damai, dan aman. Dengan menjalankan amar ma’ruf nahi munkar, umat Islam dapat membangun kehidupan yang sejahtera, penuh berkah, dan terhindar dari azab Allah.
Lima syarat yang harus dimiliki bagi orang yang hendak melakukan amar ma'ruf Nahi Munkar menurut Imam Abu Laits Assamarqandi.
Menurut Imam Abu Laits Assamarqandi, seorang ulama besar dari kalangan Mazhab Hanafi, ada lima syarat utama yang harus dipenuhi oleh seseorang yang hendak menjalankan amar ma’ruf nahi munkar (mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran). Syarat-syarat ini penting agar seseorang dapat menegakkan kebaikan dan mencegah keburukan secara efektif, bijak, dan sesuai dengan tuntunan agama. Berikut lima syarat tersebut:
1. Berilmu (‘Ilmu)
• Seseorang yang ingin menjalankan amar ma’ruf nahi munkar harus memiliki ilmu yang cukup tentang apa yang diperintahkan dan dilarang. Ia harus memahami ajaran Islam dan dasar-dasar hukum yang benar agar dapat menyampaikan kebenaran sesuai syariat, serta mengetahui batasan, aturan, dan cara terbaik dalam menegur atau menasihati.
• Menurut Assamarqandi, jika seseorang tidak memiliki ilmu yang memadai, dikhawatirkan ia malah mengajak kepada kesalahan atau melarang hal yang sebenarnya diperbolehkan dalam agama. Oleh karena itu, pemahaman agama yang mendalam menjadi syarat penting.
2. Lemah Lembut (Rifq)
• Dalam menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, diperlukan sikap lemah lembut, ramah, dan sopan. Sikap ini penting agar orang yang ditegur atau dinasihati tidak merasa disudutkan atau tersinggung, melainkan dapat menerima nasihat dengan lapang dada.
• Imam Assamarqandi mengajarkan bahwa amar ma’ruf nahi munkar hendaknya dilakukan dengan penuh hikmah. Rasulullah SAW juga mengingatkan pentingnya kelembutan dalam berdakwah, dan tanpa kelembutan ini, pesan kebaikan mungkin sulit diterima.
3. Sabar (Sabr)
• Kesabaran adalah kunci dalam menghadapi berbagai reaksi dari orang yang dinasihati, karena tidak semua orang siap menerima nasihat atau teguran. Menjalankan amar ma’ruf nahi munkar bisa jadi menemui perlawanan, kritikan, atau bahkan kemarahan dari pihak yang ditegur.
• Imam Assamarqandi menekankan bahwa seorang yang melakukan amar ma’ruf nahi munkar harus siap menghadapi kemungkinan kesulitan dan menahan diri dari respons negatif. Dengan bersabar, ia tetap bisa berdakwah dengan bijak tanpa tergesa-gesa atau emosi.
4. Ikhlas (Ikhlas)
• Niat yang ikhlas sangat penting dalam menjalankan amar ma’ruf nahi munkar. Seseorang harus melakukan ini semata-mata karena Allah SWT dan untuk menyebarkan kebaikan, bukan untuk pamer, mendapatkan pujian, atau menjatuhkan orang lain.
• Imam Assamarqandi menyatakan bahwa ikhlas membuat amar ma’ruf nahi munkar menjadi berkah dan memberikan dampak positif. Tanpa keikhlasan, tindakan ini dapat berubah menjadi ajang pamer atau merendahkan orang lain, yang justru merusak nilai ibadah dan kebaikannya.
5. Mengamalkan Apa yang Dia Dakwahkan (Amal)
• Seseorang yang mengajak kepada kebaikan harus terlebih dahulu mengamalkan apa yang ia sampaikan. Misalnya, jika ia menasihati orang lain untuk shalat, ia pun harus menjaga shalatnya. Dengan mengamalkan apa yang ia dakwahkan, orang lain akan lebih percaya dan menghormati ajakannya.
• Menurut Assamarqandi, seorang da’i yang berpegang teguh pada prinsip ini adalah cerminan dari ajaran yang ia sampaikan, sehingga pesan dakwahnya akan lebih mudah diterima. Sebaliknya, orang yang tidak mengamalkan apa yang ia sampaikan dikhawatirkan akan kehilangan kredibilitas dan kepercayaan di mata orang lain.
Kesimpulan
Lima syarat ini yang digariskan oleh Imam Abu Laits Assamarqandi menunjukkan pentingnya kesungguhan, persiapan, dan kebaikan hati dalam melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar. Berilmu, lemah lembut, sabar, ikhlas, dan mengamalkan ajaran yang disampaikan adalah cara terbaik untuk mengajak orang kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran dengan hikmah dan kasih sayang.
Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo