Tintasiyasi.ID -- Terkait kunjungan kenegaraan Presiden Prabowo Subianto ke China terlebih dahulu, baru kemudian dilanjutkan ke Amerika Serikat (AS), Pengamat Hubungan Internasional Budi Mulyana mengatakan bahwa AS masih menjadi sekutu kuat Indonesia secara politik global dan keamanan ketimbang China, walau secara ekonomi China sudah banyak bermitra dengan Indonesia.
“Yang pasti, hingga saat ini, AS masih menjadi sekutu kuat Indonesia secara politik global dan keamanan ketimbang China. Walau secara ekonomi, China sudah banyak bermitra dengan Indonesia,” terangnya kepada TintaSiyasi.ID, Jumat (15/11/2024).
Ia memaparkan, China dikunjungi terlebih dahulu, secara teknis bisa dianggap kebetulan, sesuai dengan runutan jadwal. “Agenda utamanya pertemuan APEC di Peru dan G20 di Brazil. Namun pilihan menempuh rute Cina, kemudian Amerika Serikat adalah pilihan politis. Prabowo tidak menempuh rute via Timur Tengah atau Eropa,” urainya.
“Namun, juga tidak bisa serta merta dianggap bahwa cengkeraman China lebih kuat. Karena ukuran tersebut harus dianalisis lebih mendalam, bukan hanya sekadar per peristiwa kunjungan kenegaraan,” tandasnya.
Politik Banyak Kaki
Budi menjelaskan, “Politik Indonesia adalah bebas aktif. Berusaha memiliki teman lebih banyak daripada musuh. Sangat pragmatis. Tinggal bagaimana negara-negara lain bisa sama-sama mengambil kepentingan terhadap Indonesia.”
“Maka bisa dikatakan bahwa Indonesia memang bermain politik dua, bahkan banyak kaki, demi tidak bergantung hanya kepada satu negara saja. Walau faktanya tetap ada negara yang dominan, seperti AS, masih dominan dalam bidang politik global dan keamanan, ketimbang negara lain,” urainya.
“Rezim yang berkuasa tentunya berusaha agar kekuasaannya langgeng, dan untuk itu ia harus pandai menempatkan diri dalam kepentingan-kepentingan negara besar terhadap Indonesia,” tegasnya.
Polugri Islam
“Islam menuntut independensi dan kemandirian dalam politik luar negerinya. Islam menuntut ada misi syiar dan dakwah dalam bekerja sama dengan negara lain. Bukan hanya sekadar kepentingan pragmatisme sesaat,” tutur Budi.
Lanjut dikatakan, untuk bisa memainkan peranan tersebut, maka dibutuhkan negara yang memiliki kapasitas yang kuat, selevel negara adidaya.
“Ini yang semestinya diwujudkan oleh Indonesia sebagai negeri Muslim terbesar di dunia, menjadi negara adidaya yang membawa misi Islam. Tidak malah membebek apa yang dihegemoni oleh negara-negara kapitalis Barat. Wallahualam,” pungkasnya.[] Rere