TintaSiyasi.id -- Seluruh anggota Kabinet Merah Putih mengikuti pembekalan (retreat) di Magelang selama tiga hari, yang digelar oleh Akademi Militer, dengan harapan menumbuhkan bonding yang kuat sesama tim, menyatukan visi misi, dan tentunya menumbuhkan semangat membara dari rasa nasionalisme. (Cnn.indonesia, 27/10/24)
Melahirkan bonding yang kuat terhadap tim, rasanya mustahil akan terealisasi dalam waktu sesingkat-singkatnya. Membangun bonding antara anak dan ayah saja, harus dilakukan setiap hari secara teratur, baik menemani bermain atau memiliki kualitas waktu yang cukup. Apalagi jika, menyoal bonding antara anak dan ibu, dimulai jauh sebelum buah hati lahir.
Konteks ini menunjukkan bahwa bonding tidak akan lahir secara instan, harus selalu distimulus. Analogi sederhana, ketika bonding terhadap tim kuat, tentu bekerja selalu beracuan pada visi misi pemerintahan, dan akhirnya memiliki rasa nasionalisme tinggi.
Ketika program retreat ini berhasil, artinya mampu melahirkan para menteri yang memiliki etos kerja bagus dan disiplin. Tentu pertanyaan selanjutnya, apakah kesejahteraan akan terealisasi sepenuhnya, hanya dengan memiliki tim yang solid dan berintregitas tinggi?
Coba kita flashback ke sejarah AS (induk demokrasi) pada kepemimpinan John F. Kennedy, John adalah pemimpin fenomenal sepanjang sejarah politik demokrasi [AS], kharismatik, pemberani, pengusaha, dan memiliki peran besar dalan dunia politik.
Ironis, Jhon meninggal secara tragis, 22/10 tepat 61 tahun usai kepergiannya, ternyata meninggalkan misteri abadi, berita duka menjadi teori konspirasi sepanjang masa.
Meskipun masa Kepemimpinan Jhon sangat membekas kenangan indah di hati warga AS, perannya begitu berpengaruh, pribadi yang mampu memimpin negara dengan segudang prestasi, ternyata tidak cukup untuk memimpin negara, karena penyebab kematiannya pun belum seratus persen clear, masih menjadi teka-teki yang menunjukkan sistem pidana tidak sempurna.
Harus disadari bahwa esensi masyarakat yaitu terdiri dari perkumpulan individu yang memiliki satu perasaan, satu pemikiran, dan satu peraturan. Setiap negara terdiri dari masyarakat, disatukan pemikiran, dan perasaan, kemudian diikat dengan aturan.
Analogi sederhana, ketika bangunan rumah roboh, padahal didesain dan dibangun langsung oleh kontraktor profesional. Dalam mengerjakan proyek, kontraktor memiliki tim. Berhubung, memiliki tim dengan etos kerja tinggi, namun sistem proyek ini kejar tayang, alhasil dalam satu tim tidak menggunakan aturan yang sama, mereka menggunakan aturan versi masing-masing yang dianggap instan dan tepat.
Sehingga komposisi bangunan tidak sama, akhirnya melahirkan pondasi yang tidak kokoh. Gambaran sederhana ketika tim bekerja dalam sistem yang tidak sempurna. Hakikatnya manusia memang memiliki kecendurungan untuk mengatur, berhubung akal manusia terbatas, sehingga memang butuh keseragaman dalam menentukan aturan. Aturan yang tentunya versi sang pencipta manusia beserta komponannya dan alam semesta seisinya.
Dalam pemerintahan negeri ini memilki banyak sekali partai, mereka pun berkoalisi untuk kesejahteraan rakyat. Ironis, setiap partai memiliki tujuan masing-masing. Meskipun presiden terpilih mengatakan kepentingan nasional vital di atas kepentingan partai, namun sepanjang sejarah demokrasi, mereka fokus terhadap tujuan partai masing-masing.
Belum lagi, demokrasi dipupuk dengan rasa nasionalisme. Ketika memahami sejarah Islam, akan ditemukan fakta diakhir abad 20, tepat tahun 1916 Kesultanan Turki Ustmani kalah dalam Perang Dunia pertama dengan Jerman. Alhasil negara Islam diberikan kepada sekutu dan runtuh. Kemudian setiap wilayah diberi kemerdekaan dan dihidupkan rasa nasionalisme, disibukkan dengan urusan domestik dalam negeri.
Realitas, memang nasionalisme lah yang memecah belah persatuan kaum Muslimin sekarang, sementara Rasulullah menggambarkan kaum Muslimin seperti satu tubuh satu bagian, hakikatnya bersatu atas aturan Allah.
Sudah saatnya kita ganti sistem yang mengikat para partai, dan sistem yang mengikat seluruh manusia. Saatnya beranjak dari sistem buatan manusia ke sistem buatan pencipta.
Sistem Apa?
Setelah dikaji mendalam, ternyata Islam merupakan agama sekaligus ideologi paling sempurna dan menyeluruh. Terbukti dalam sejarah peradaban manusia, ketika Islam memimpin manusia, mampu gemilang dan jaya sepanjang 13000 dan menguasai 2/3 benua. Mengalahkan dua imperium besar yaitu imperium Persia dan Imperium Eropa.
Wallahu'alam Bisshowab []
Oleh: Novita Ratnasari, S. Ak.
Penulis Ideologis