Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Lima Amalan untuk Meraih Kemuliaan

Minggu, 03 November 2024 | 06:45 WIB Last Updated 2024-11-02T23:45:28Z

TintaSiyasi.id-- Imam Abu Laits As-samarqandi penulis Kitab Tanbihul Ghafilin menyebutkan ada lima hal yang membuat orang yang melakukannya mendapatkan kemuliaan. Dalam Kitab Tanbihul Ghafilin karya Imam Abu Laits As-Samarqandi, terdapat penjelasan tentang lima hal yang dapat memberikan kemuliaan bagi seseorang yang melakukannya. Berikut adalah lima hal tersebut:

1. Shalat di malam hari (Qiyamul Lail)
o Orang yang menghidupkan malamnya dengan shalat akan mendapatkan kemuliaan. Shalat malam, seperti tahajjud, membantu memperkuat hubungan seorang hamba dengan Allah dan menjadi amalan yang sangat dianjurkan.

2. Membaca Al-Qur'an dengan tadabbur
o Membaca Al-Qur'an sambil merenungkan maknanya akan memberikan kemuliaan. Al-Qur'an adalah sumber petunjuk bagi kehidupan, dan orang yang rajin membacanya akan mendapatkan kedamaian dan ketenangan jiwa.

3. Memakmurkan masjid
o Orang yang menjaga masjid, baik dalam hal meramaikannya dengan ibadah atau merawat kebersihannya, akan mendapatkan kemuliaan. Masjid adalah rumah Allah, dan mereka yang mencintainya akan mendapatkan rahmat khusus dari-Nya.

4. Bergaul dengan orang-orang yang saleh
o Berinteraksi dan bergaul dengan orang-orang saleh akan memberikan kemuliaan, karena dengan bergaul dengan mereka, seseorang akan terdorong untuk melakukan kebaikan dan meninggalkan keburukan.

5. Memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan (sedekah dan amal kebaikan)
o Membantu orang yang memerlukan pertolongan, baik secara materi maupun dengan bantuan lainnya, adalah amalan yang sangat mulia. Orang yang dermawan akan dicintai oleh Allah dan para makhluk-Nya, serta mendapatkan kemuliaan di dunia dan akhirat.

Imam Abu Laits As-Samarqandi menekankan bahwa lima hal ini merupakan perbuatan yang dapat mengangkat derajat seseorang, karena mencerminkan keimanan, ketakwaan, dan kepedulian terhadap sesama.

Mencegah dirinya dari segala jenis kemaksiatan.

Benar sekali, Imam Abu Laits As-Samarqandi juga menekankan bahwa menjaga diri dari kemaksiatan adalah salah satu perbuatan mulia yang bisa mengangkat derajat seseorang. Menahan diri dari segala bentuk maksiat—baik berupa perbuatan, perkataan, maupun pikiran—merupakan tindakan yang menunjukkan kekuatan iman dan ketakwaan. Menurut beliau, seseorang yang mampu mencegah dirinya dari maksiat berarti telah melakukan pengendalian diri yang luar biasa, karena ia memilih untuk mengikuti perintah Allah meski ada godaan untuk melanggarnya.

Menghindari maksiat ini dapat mencakup:

1. Menjaga lisan dari berkata buruk, ghibah (menggunjing), atau dusta.
2. Menjaga pandangan dari hal-hal yang diharamkan.
3. Menjaga perilaku dari tindakan yang dilarang seperti mengambil hak orang lain, melakukan perbuatan aniaya, dan lainnya.
4. Menjaga pikiran dari bisikan buruk yang dapat menjerumuskan pada maksiat.

Dengan menjauhkan diri dari maksiat, seseorang tidak hanya mendapatkan kemuliaan di sisi Allah tetapi juga menjaga hati dan jiwanya dari penyakit-penyakit hati. Sebagai hasilnya, hidupnya menjadi lebih tenang, berkah, dan terhindar dari penyesalan.

Tidak Hubbuddunya ( Cinta Dunia ) senantiasa Qana'ah dalam kehidupan ini.

Betul sekali! Imam Abu Laits As-Samarqandi dalam Tanbihul Ghafilin juga menekankan pentingnya menjauhkan diri dari hubbuddunya (cinta dunia yang berlebihan) dan senantiasa qana'ah (merasa cukup) dalam menjalani kehidupan.
Hubbuddunya atau cinta dunia secara berlebihan adalah kecenderungan hati yang selalu mengejar kekayaan, kedudukan, dan kenikmatan dunia dengan melupakan kehidupan akhirat. Imam 

Abu Laits menegaskan bahwa cinta dunia yang berlebihan akan menjerumuskan seseorang dalam ketamakan, kecemburuan, dan mengabaikan nilai-nilai keimanan. Sikap ini juga seringkali mendorong orang untuk melakukan hal-hal yang dilarang demi memperoleh apa yang diinginkannya.

Sebaliknya, qana'ah adalah sikap menerima dan merasa cukup atas apa yang telah Allah berikan, baik dalam hal rezeki, jabatan, atau keadaan hidup. Qana'ah mencerminkan kebersyukuran dan ketundukan terhadap takdir Allah. Orang yang qana'ah:

1. Tidak rakus dan iri terhadap rezeki orang lain.
2. Bersyukur atas segala nikmat yang diberikan, baik kecil maupun besar.
3. Memiliki ketenangan hati karena tidak terus-menerus mengejar keinginan duniawi yang tiada habisnya.

Menurut Imam Abu Laits, sikap qana'ah adalah salah satu kunci kemuliaan. Dengan qana'ah, seseorang dapat mengendalikan keinginan duniawinya dan menjaga hati dari keserakahan. Ia lebih fokus pada ibadah, ketaatan, dan persiapan menuju kehidupan yang kekal di akhirat. Inilah yang akan membawa kebahagiaan sejati dan ketenangan hidup di dunia dan kemuliaan di sisi Allah.

Senang mengerjakan berbagai bentuk ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya dengan harapan akan menjadi jalan bagi datangnya ampunan dan diraihnya surga.

Ya, sangat tepat! Imam Abu Laits As-Samarqandi juga menekankan bahwa senang dalam mengerjakan berbagai bentuk ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya adalah salah satu ciri orang yang memiliki kedudukan mulia di sisi Allah. Ketaatan ini dilandasi oleh rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, serta harapan untuk memperoleh ampunan dan rahmat-Nya, yang akan menjadi jalan menuju surga.

Ketaatan ini mencakup segala bentuk ibadah dan perbuatan baik 
yang diperintahkan dalam Islam, seperti:

1. Menjalankan shalat, puasa, zakat, dan haji dengan ikhlas dan khusyuk.

2. Mengikuti sunnah Rasulullah dalam perbuatan, perkataan, dan sikap hidup sehari-hari.

3. Berbuat baik kepada sesama, seperti menolong orang yang membutuhkan, menyantuni anak yatim, dan bersedekah.

4. Menjauhi larangan dan menjauhkan diri dari dosa, termasuk dari hal-hal yang merusak jiwa dan akhlak.

Sikap senang dalam ketaatan ini mengisyaratkan bahwa seseorang melakukan ibadah bukan sekadar sebagai kewajiban, tetapi dengan cinta dan harapan akan ridha dan rahmat Allah. Perasaan ini akan menumbuhkan keikhlasan, sehingga amalan yang dilakukan memiliki nilai yang lebih tinggi di sisi Allah. Rasulullah ﷺ sendiri bersabda bahwa Allah mencintai seorang hamba yang menjalankan amalan-amalan kebaikan dengan konsisten, walaupun sedikit. 

Kegembiraan dalam ketaatan juga menjadi bukti bahwa hati seseorang benar-benar terikat kepada Allah dan senantiasa ingin mendekatkan diri pada-Nya.

Dengan demikian, orang yang senang dalam ketaatan memiliki jiwa yang bersih, tenang, dan penuh harapan. Hal ini akan menjadi jalan untuk memperoleh ampunan Allah, menghapus dosa-dosa, dan membawa seseorang pada kehidupan yang penuh berkah di dunia serta balasan surga di akhirat.

Mencintai orang-orang sholeh dan pelaku kebaikan, dengan bergaul dan berkumpul bersama mereka.

Benar sekali! Imam Abu Laits As-Samarqandi juga menekankan pentingnya mencintai orang-orang saleh dan pelaku kebaikan serta berusaha untuk berkumpul dan bergaul bersama mereka. Mencintai orang-orang yang beriman dan berakhlak baik serta berada di lingkungan mereka memiliki pengaruh besar terhadap keimanan dan ketakwaan seseorang.

Beberapa alasan pentingnya mencintai dan bergaul dengan orang-orang saleh antara lain:

1. Mendapatkan Pengaruh Positif
o Bergaul dengan orang-orang yang saleh akan membuat seseorang terdorong untuk meningkatkan kualitas ibadah, akhlak, dan perilaku. Teman-teman yang baik memberikan dukungan moral dan menjadi teladan dalam ketaatan kepada Allah.

2. Terhindar dari Kemaksiatan
o Berada dalam lingkungan orang saleh akan membantu seseorang menjauh dari lingkungan yang mengarahkan pada kemaksiatan atau keburukan. Lingkungan yang baik menjaga seseorang dari perilaku negatif dan godaan duniawi.

3. Mendapatkan Doa dan Kebaikan dari Orang Saleh
o Orang yang beriman dan bertakwa biasanya mendoakan kebaikan bagi sesamanya. Berkumpul dengan mereka membuat seseorang lebih mungkin mendapatkan doa, dukungan, dan keberkahan dari pergaulan tersebut.

4. Meningkatkan Keimanan dan Menambah Ilmu
o Orang saleh umumnya memiliki pengetahuan agama yang baik dan perilaku yang penuh hikmah. Dengan bergaul bersama mereka, seseorang dapat belajar lebih banyak tentang agama, meningkatkan pemahaman, serta memperbaiki amalan.

5. Menjadi Bukti Kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya
o Mencintai orang-orang saleh adalah tanda kecintaan kepada Allah, karena orang-orang saleh adalah mereka yang menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Rasulullah ﷺ bersabda bahwa seseorang akan bersama dengan orang yang dicintainya di akhirat, sehingga mencintai orang-orang saleh menjadi jalan untuk berkumpul bersama mereka di surga.

Dengan mencintai dan bergaul dengan orang-orang yang bertakwa, seseorang akan lebih terdorong untuk beramal saleh dan meningkatkan kualitas hubungannya dengan Allah. Pergaulan dengan orang-orang saleh dan pelaku kebaikan ini akan menjadi cahaya dalam kehidupan, membawa seseorang menuju keberkahan, dan menjadi sebab diraihnya ridha Allah di dunia dan akhirat.

Memperbanyak doa dan memohon kepada Allah SWT agar memberinya surga dan menjadikan hidupnya berakhir dengan baik.

Betul sekali! Imam Abu Laits As-Samarqandi menegaskan bahwa memperbanyak doa dan memohon kepada Allah SWT agar diberikan surga serta akhir hidup yang baik (husnul khatimah) merupakan amalan yang sangat dianjurkan dan penuh keberkahan. 

Doa adalah salah satu bentuk ibadah yang menunjukkan ketergantungan seorang hamba kepada Allah dan kesadarannya akan kebutuhan spiritual serta keselamatan akhirat.

Berikut adalah beberapa manfaat dan keutamaan memperbanyak doa, khususnya dalam memohon surga dan husnul khatimah:

1. Menunjukkan Ketergantungan pada Allah
o Dengan berdoa, seorang hamba menyadari bahwa hanya Allah yang memiliki kuasa penuh atas hidup dan mati. Memohon kepada-Nya adalah tanda ketulusan dan ketundukan, karena tiada yang dapat memberi kebaikan atau menolak keburukan kecuali Allah.

2. Memperkuat Keimanan dan Rasa Takut kepada Akhirat
o Doa memohon surga dan perlindungan dari neraka mengingatkan seseorang akan hakikat kehidupan dunia sebagai ujian dan kehidupan akhirat sebagai tujuan. Ini memperkuat keimanan dan rasa tanggung jawab untuk menjalani hidup sesuai dengan ajaran Islam.

3. Menjadi Sarana untuk Mendapatkan Husnul Khatimah
o Doa untuk mengakhiri hidup dalam keadaan husnul khatimah (akhir yang baik) mencerminkan harapan agar Allah menjaga seseorang di saat-saat terakhir hidupnya, sehingga wafat dalam keadaan iman dan ketaatan. Rasulullah ﷺ sendiri menganjurkan umatnya untuk memperbanyak doa agar diberi akhir yang baik.

4. Memperoleh Pahala dan Kebaikan di Dunia serta Akhirat
o Doa merupakan amalan yang dicintai Allah. Semakin banyak seseorang berdoa, maka semakin Allah akan mencurahkan kebaikan kepadanya, baik di dunia maupun di akhirat. Allah menyukai hamba yang terus-menerus berdoa, dan doa yang dipanjatkan dengan ikhlas serta penuh harapan akan menjadi sebab tercurahnya rahmat dan ampunan Allah.

5. Mendapatkan Kedekatan dengan Allah
o Doa adalah sarana komunikasi langsung dengan Allah. Memperbanyak doa membuat seseorang merasa lebih dekat dengan-Nya, merasakan ketenangan, dan yakin bahwa Allah akan mengabulkan permohonannya dalam cara dan waktu yang terbaik.

Secara keseluruhan, memperbanyak doa, terutama untuk memohon surga dan husnul khatimah, adalah tanda ketakwaan dan keikhlasan. Semakin sering seseorang mengingat dan meminta kepada Allah, semakin dekat ia dengan rahmat-Nya. Dan dengan keikhlasan dalam doa, seorang hamba akan meraih ketenangan di dunia dan insya Allah mendapatkan kebaikan yang besar di akhirat.

Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana  UIT Lirboyo

Opini

×
Berita Terbaru Update