Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Kirim Pesawat Bomber ke TimTeng, AS Tak Ingin Proxy Iran Ganggu Zionis

Rabu, 06 November 2024 | 07:47 WIB Last Updated 2024-11-06T00:48:13Z
TintaSiyasi.id -- Kedatangan pesawat pengebom strategis bertenaga jet jarak jauh subsonik (bomber B-52) milik Amerika Serikat (AS) di Timur Tengah (Timteng), Sabtu (2/11) dinilai Jurnalis Joko Prasetyo sebagai pelajaran tegas dari AS karena ingin agar proxy Iran Hizbullah dan Houthi tidak mengganggu Zionis Israel dalam agresinya menghabisi Hamas.

"Jadi, inginnya AS tuh ya, Zionis Yahudi fokus menghabisi Hamas. Proksi Iran (Hizbullah dan Houthi) diam aja, jangan ganggu Zionis," tuturnya kepada Tintasiyasi.id, Ahad (3/11/2024).

Diketahui, sehari sebelum pesawat pengebom strategis yang mampu membawa senjata hingga 32 ton itu tiba di Timur Tengah, pada Jumat (1/11) AS telah mengumumkan akan mengerahkan aset militer tambahan, di antaranya pesawat pengebom, pesawat tempur, tanker, serta kapal perusak pertahanan rudal balistik, sebagai peringatan bagi Teheran saat Iran dan Israel saling serang.

Menurut Om Joy, sapaan akrabnya, hal itu dilakukan karena AS telah menganggap kenakalan Iran dan proksinya sudah tidak dapat ditoleransi lagi, mengingat perang kini makin meluas. "Karena sudah semakin meluas ke Lebanon, maka AS khawatir perang akan semakin melebar, sehingga AS kasih pelajaran keras kepada Iran dan proksi (Hizbullah dan Houthi)," ungkapnya.

Om Joy mengingatkan, selama ini AS telah terang-terangan mengirimkan senjata untuk membantu Zionis Yahudi dalam menghabisi Hamas karena AS menginginkan solusi dua negara Israel-Palestina (two state nation) tanpa gangguan Hamas yang menghendaki Zionis Israel hengkang dari Palestina. Jika Hamas habis, lanjutnya, Mesir, Arab Saudi dan negara-negara lainnya menanti, siap membangun Palestina, tentu dengan kerelaan dari AS.

"Inget ya, membangun Palestina itu artinya cuan! Bukan membela kemanusiaan apalagi membela Islam," tegasnya.

Rebutan 

Bukan hanya Mesir dan Arab Saudi, menurut Om Joy, Cina juga berkeinginan mencari cuan dari membangun Palestina, sekalipun solusi dua negara ala Cina tanpa harus menghabisi Hamas.

"Cina juga ingin membangun Palestina merdeka. Maka, Cina ambil inisiatif mendamaikan Fatah dan Hamas. Jadi, Palestina versi Cina itu Palestina yang tetap ada Hamasnya," imbuhnya.

Sementara itu, lebih lanjut ia mengatakan, di sisi lain ada Inggris yang menginginkan agar seluruh wilayah Palestina menjadi milik Israel, sekalipun Hamas menginginkan Israel enyah dari Palestina dan berdiri negara bangsa Palestina yang bersistem pemerintahan republik. Sedangkan Israel sendiri, lanjutnya, justru menginginkan jauh lebih besar dari itu.

"Israel sendiri inginnya lebih dari itu. Israel ingin dari Sungai Nil sampai Sungai Eufrat jadi negara Israel semua," ungkapnya.

Bila melihat para penguasa dunia Islam, para penguasa negara kiri (Cina, Rusia, Vietnam, Bolivia, Cile, Korut), dan negara-negara Eropa tersebut, menurut Om Joy, mereka mengecam Zionis Yahudi bukan ingin mengusir Zionis Yahudi dari seluruh tanah Palestina, melainkan sebatas mengusir Yahudi dari Jalur Gaza dan Tepi Barat, atau paling jauh sampai Yerusalem saja, lalu berharap cuan dari membangun Palestina pasca-perang.

"Penganut solusi dua negara dari kalangan kiri, tidak menunjukkan permusuhannya terhadap Hamas. Mungkin bagi mereka tidak ada bedanya apakah wilayah Palestina itu mau dua negara atau negara Palestina doang, yang penting, khususnya Cina, nanti bisa dapat cuan dengan turut membangun Palestina pasca perang ini," kata Om Joy.

Semua itu menurutnya adalah fakta keras, bukan lagi manuver politik yang menunjukkan tujuan dari masing-masing negara.

"Dari sisi inilah Hamas jadi musuh bersama penganut solusi negara tunggal Israel (yakni Inggris dan Israel sendiri) dan juga penganut solusi dua negara (para penguasa dunia Islam, para penguasa Eropa, AS)," terangnya.

Dari realitas ini, lanjutnya, sekalipun tidak sepakat dengan negara bangsa berbentuk republik yang diusung Hamas, partai politik Islam internasional Hizbut Tahrir tetap mendukung jihad melawan dan mengusir entitas penjajah yang dilakukan Hamas karena jihad fi sabilillah merupakan kewajiban. Namun, seiring terus fokus menyadarkan publik dunia agar mendukung jihad yang dilakukan Hamas untuk mengusir entitas penjajah Zionis Yahudi dari bumi Palestina itu, kata Om Joy, Hizbut Tahrir tetap terus menjelaskan kewajiban menegakkan syariat Islam secara kaffah dalam naungan khilafah sebagai solusi hakiki dan syar'i untuk membebaskan Palestina.

"Karena memang: Jihad berfungsi untuk mengenyahkan entitas penjajah Zionis Yahudi. Sedangkan khilafah berfungsi untuk memerdekakan Palestina secara hakiki. Begitulah solusi yang syar'i," pungkasnya.[] Saptaningtyas

Opini

×
Berita Terbaru Update