Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Khilafah Menjadi Solusi untuk Palestina

Minggu, 10 November 2024 | 09:22 WIB Last Updated 2024-11-10T02:23:29Z
TintaSiyasi.id -- Penjajahan yang terus berkecamuk di Palestina tidak kunjung menunjukkan tanda-tanda berakhir. Setiap hari hanya menambah panjang daftar korban jiwa dan luka, dengan dampak yang begitu tragis terutama bagi anak-anak dan para pelajar. 

Data dari Kementerian Pendidikan Palestina, yang dilaporkan oleh detik.com pada 1 November 2024, menunjukkan angka yang mencengangkan: lebih dari 11.000 anak usia sekolah di Gaza tewas, lebih dari 16.000 lainnya luka-luka, dan hampir 700 mahasiswa juga kehilangan nyawa, dengan ratusan lainnya terluka. 

Bahkan para pendidik dan staf sekolah turut menjadi korban, dengan ratusan terbunuh dan ribuan lainnya terluka di seluruh Gaza.

Kondisi ini membuat masa depan pendidikan anak-anak Palestina nyaris terhapuskan. Sarana pendidikan rusak, sekolah-sekolah menjadi target serangan, dan kurikulum pendidikan pun tak dapat dijalankan dengan layak. 

Di wilayah konflik seperti Gaza, sekolah yang seharusnya menjadi tempat belajar justru menjadi target serangan, seperti sekolah Asma di kamp pengungsi Shati, yang bahkan saat berubah menjadi tempat penampungan, masih menjadi sasaran serangan. Klinik-klinik yang melakukan program vaksinasi pun tak luput dari serangan.

Berbagai aksi protes, baik online maupun offline, boikot produk, hingga bantuan material dari masyarakat dunia, telah disalurkan untuk Palestina. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa dukungan ini belum cukup untuk mengatasi ketimpangan kekuatan dan penderitaan yang terus berlanjut. 

Israel, dengan dukungan dana besar dan bantuan militer, tampak terus memperluas serangan. Laporan terbaru dari proyek Brown Costs of War mengungkapkan bahwa dukungan dana dan senjata dari Amerika Serikat untuk Israel telah mencapai lebih dari $22 miliar. Anggaran besar ini diperoleh dari pajak warga AS dan turut mendukung operasi militer yang menelan korban ribuan jiwa.

Ironisnya, negara adidaya yang selama ini dikenal sebagai pendukung hak asasi manusia justru terlibat dalam mendukung konflik yang melanggar prinsip kemanusiaan. Konflik antara kebaikan dan keburukan seakan terus berlanjut tanpa akhir. 

Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman: "Ia (Iblis) berkata, ‘Tuhanku, oleh karena Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, aku pasti akan menjadikan kejahatan terasa indah bagi mereka di bumi, dan aku akan menyesatkan mereka semuanya.’” (QS. Al-Hijr: 39). 

Ayat ini mengingatkan kita bahwa keburukan di dunia sering kali hadir bersama kekuasaan besar yang membuatnya tampak tak terkalahkan.

Di sisi lain, negara-negara Muslim yang berpotensi memberi dukungan militer kepada Palestina justru seakan diam dan tak bergerak. Sekularisme dan nasionalisme tampaknya telah mengikis rasa solidaritas di antara umat Muslim. 

Sistem sekularisme yang fokus pada kepentingan kekuasaan dan kemapanan membuat negara-negara Muslim abai terhadap nasib saudara-saudara mereka di Palestina.

Dalam hadis, Rasulullah bersabda bahwa umat Islam adalah satu tubuh, saling menjaga satu sama lain. Allah juga berfirman dalam Surat Al-Hujurat ayat 10: "Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat." 

Ayat ini menegaskan bahwa umat Islam memiliki tanggung jawab kolektif untuk menjaga dan membantu saudara-saudaranya yang tertindas.

Kini saatnya umat Muslim, terutama para pemimpin negeri-negeri Muslim, merenungi akar masalah dari konflik ini. Solusi untuk mengakhiri penderitaan Palestina bukan lagi sebatas dukungan moral dan material dari individu atau komunitas kecil, tetapi harus melibatkan kekuatan besar yang terorganisir. 

Diperlukan keberanian dari para pemimpin Muslim untuk membangun langkah konkrit bahkan jika itu berarti mengirimkan dukungan militer untuk menghentikan kejahatan terhadap umat Muslim di Palestina.

Mengapa peran umat Muslim begitu penting dalam konteks ini? Allah berfirman dalam QS. Ali Imran: 110, "Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia (selama) kamu menyuruh (berbuat) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah." Peran ini adalah mandat bagi umat Islam untuk menegakkan kebenaran dan mencegah kezaliman.

Banyak yang mulai berpikir bahwa tanpa sistem yang menyatukan kekuatan umat, sulit bagi negara-negara Muslim untuk membangun kekuatan bersama. Khilafah Islamiah kerap disebut sebagai solusi untuk menyatukan kekuatan umat Islam di seluruh dunia, guna melindungi dan membela umat yang tertindas, termasuk di Palestina. 

Sistem ini diharapkan dapat membawa umat Muslim pada persatuan, menggerakkan mereka untuk patuh kepada syariat, dan menghadirkan keadilan yang berlandaskan Islam.

Hanya dengan persatuan dan kepemimpinan yang kuat, umat Muslim dapat menghadapi dan mengatasi ketidakadilan yang menimpa saudara-saudara mereka. Sudah waktunya bagi kita untuk mempertimbangkan kembali perlunya khilafah sebagai solusi bagi umat Muslim untuk melawan ketidakadilan global ini.

Wallahu a’lam.


Oleh: Wilda Nusva Lilasari, S.M.
Aktivis Muslimah

Opini

×
Berita Terbaru Update