Tintasiyasi.ID -- Ahli Fikih Islam K.H. Muhammad Shiddiq Al-Jawi menyebutkan kesalahan presiden dan partai politik (parpol) itu sangat terkait dengan sistem yang diterapkan, yaitu demokrasi-sekularisme.
"Kesalahan presiden dan parpol itu, sangat terkait
dengan sistem yang diterapkan, yaitu demokrasi-sekularisme. Jadi, sebagus-bagusnya
demokrasi yang dijalankan, sebenarnya tetap bermasalah dan tidak sesuai Islam,
karena dasar dari itu adalah sekularisme," jelasnya di tabloid Media Umat
edisi 367 bertajuk Jelang Lengser, Kebohongan Apa Lagi?, terbit 4-17
Oktober 2024.
Kiai Shiddiq mengibaratkan aspek pemimpin
dan sistem ini seperti sopir dan kendaraan. Ia juga menilai bahwa umat Islam
baru menyadari yang bermasalah adalah sopirnya, sedangkan kendaraannya (sistem
demokrasi-sekuler) dianggap baik-baik saja. "Padahal, yang rusak itu
justru dua-duanya, yaitu sopir sekaligus kendaraannya," tegasnya.
Harus Sadar
Kiai Shiddiq berharap umat Islam harus mulai menyadari,
bahwa yang bermasalah bukan hanya rezim atau presiden semata, melainkan juga
sistem demokrasi sekularisme yang diterapkan.
“Persoalan yang ada tidak cukup selesai
dengan mengganti sopirnya saja, melainkan harus mengganti sistemnya juga. Marilah
kita mulai sadar bahwa yang bermasalah bukan hanya sopirnya, melainkan
kendaraannya juga. Kedua-duanya sudah bobrok yang sebobrok-bobroknya. Jadi, apa
yang harus kita lakukan, kalau bukan mengganti sopir dan kendaraannya?" ajarnya.
Ia juga berpendapat bahwa umat Islam di Indonesia selama ini,
mungkin baru merasakan rusaknya aspek kepemimpinan saja, yaitu presiden, tetapi
kurang menyadari aspek sistem yang juga rusak yang ada di negeri ini, yaitu
sekularisme.
"Indikasinya jelas sekali, misalnya pada setiap
menjelang pemilu atau pilpres, selalu saja yang menjadi fokus pembicaraan
adalah apakah memilih presiden A atau presiden B, tanpa ada tinjauan kritis
sama sekali yang sifatnya lebih dalam, misalnya mengkritisi demokrasi atau
sekularisme yang diterapkan di negeri ini," pungkasnya.[] Rosyida Az
Zahro