Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Kesalahan Presiden Sangat Berkaitan dengan Sistem

Selasa, 05 November 2024 | 20:41 WIB Last Updated 2024-11-05T13:41:54Z

Tintasiyasi.ID -- Ahli Fikih Islam K.H. Muhammad Shiddiq Al-Jawi menyebutkan kesalahan presiden dan partai politik (parpol) itu sangat terkait dengan sistem yang diterapkan, yaitu demokrasi-sekularisme.

 

"Kesalahan presiden dan parpol itu, sangat terkait dengan sistem yang diterapkan, yaitu demokrasi-sekularisme. Jadi, sebagus-bagusnya demokrasi yang dijalankan, sebenarnya tetap bermasalah dan tidak sesuai Islam, karena dasar dari itu adalah sekularisme," jelasnya di tabloid Media Umat edisi 367 bertajuk Jelang Lengser, Kebohongan Apa Lagi?, terbit 4-17 Oktober 2024.

 

Kiai Shiddiq mengibaratkan aspek pemimpin dan sistem ini seperti sopir dan kendaraan. Ia juga menilai bahwa umat Islam baru menyadari yang bermasalah adalah sopirnya, sedangkan kendaraannya (sistem demokrasi-sekuler) dianggap baik-baik saja. "Padahal, yang rusak itu justru dua-duanya, yaitu sopir sekaligus kendaraannya," tegasnya.

 

Harus Sadar

 

Kiai Shiddiq berharap umat Islam harus mulai menyadari, bahwa yang bermasalah bukan hanya rezim atau presiden semata, melainkan juga sistem demokrasi sekularisme yang diterapkan.

 

“Persoalan yang ada tidak cukup selesai dengan mengganti sopirnya saja, melainkan harus mengganti sistemnya juga. Marilah kita mulai sadar bahwa yang bermasalah bukan hanya sopirnya, melainkan kendaraannya juga. Kedua-duanya sudah bobrok yang sebobrok-bobroknya. Jadi, apa yang harus kita lakukan, kalau bukan mengganti sopir dan kendaraannya?" ajarnya.

 

Ia juga berpendapat bahwa umat Islam di Indonesia selama ini, mungkin baru merasakan rusaknya aspek kepemimpinan saja, yaitu presiden, tetapi kurang menyadari aspek sistem yang juga rusak yang ada di negeri ini, yaitu sekularisme.

 

"Indikasinya jelas sekali, misalnya pada setiap menjelang pemilu atau pilpres, selalu saja yang menjadi fokus pembicaraan adalah apakah memilih presiden A atau presiden B, tanpa ada tinjauan kritis sama sekali yang sifatnya lebih dalam, misalnya mengkritisi demokrasi atau sekularisme yang diterapkan di negeri ini," pungkasnya.[] Rosyida Az Zahro

Opini

×
Berita Terbaru Update