Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Kalau Gunakan Tatanan Sekuler, Apa yang Diharapkan dari Kabinet Pemerintahan Baru?

Jumat, 01 November 2024 | 15:56 WIB Last Updated 2024-11-01T08:57:10Z
TintaSiyasi.id -- Cendekiawan Muslim Ustaz Ismail Yusanto (UIY), mengatakan apa yang bisa diharapkan dari kabinet pemerintahan baru jika masih terus menggunakan tatanan sekuler liberaslistik.

"Apa yang bisa kita harapkan kalau (pemerintahan Prabowo-Gibran) terus menerus menggunakan tatanan yang sekuler liberalistik?," tuturnya dalam Kabinet Baru, Rasa Lama? Di kanal YouTube UIY Official, Rabu (23/10/2024).

Ia mengungkapkan, pemerintahan yang baru ini tidak sepenuhnya baru, pasti ada negosiasi-negosiasi tertentu yang merupakan imbalan, konsekuensi atau kompensasi dari dukungan presiden baru lalu terhadap kemenangan pasangan ini.

"Hanya yang jadi soal adalah jika tidak sepenuhnya baru, lalu bagaimana publik itu bisa berharap bahwa akan ada perubahan yang akan dilakukan atau yang akan terjadi pada pemerintahan baru?," tanyanya.

Ia mengatakan, sebagai koreksi terhadap pemerintahan yang lama seperti diketabui, menyisakan banyak sekali masalah. Ada utang yang menggunung, ada keterbelahan sosial oleh karena narasi kadrun, cebong, kampret, moderat, radikal dan sebagainya. Sekian banyak kasus korupsi yang tak terselesaikan dan cenderung untuk dipeti es kan. Kemudian, ada economic lay down, bagaimana penurunan ekonomi yang membuat akhirnya banyak sekali PHK, ada masalah sosial, kriminalitas yang meningkat di mana-mana, maraknya LGBT.

"Sebenarnya semua itu mau di address dengan cara apa jika cara-cara lama masih terus dilakukan gitu. Di situlah saya kira publik itu dan pasti akan bertanya-tanya apa yang bisa diharapkan dari pemerintah yang baru jika pemerintah baru itu tidaklah berbeda dengan pemerintah yang lama!," imbuhnya.

Kemudian, ia mencontohkan pada bidang Kementerian Keuangan yang masih dipegang Sri Mulyani. Ada banyak kritik-kritik keras yang disampaikan oleh pakar-pakar ekonomi keuangan seperti almarhum Rizal Ramli terhadap kinerja keuangan negeri ini yang dikelola oleh Menteri Keuangan. Ada sebutan yang sangat sarkas bukan terbaik tetapi terbalik. Itu yang diindikasikan dengan peningkatan jumlah utang yang terus meningkat dan ada surat utang negara dengan yield yang jauh lebih tinggi dibanding yang biasanya.

"Jadi seperti menganak emaskan pemilik modal dan itu semua pasti yang menanggung adalah rakyat melalui pajak. Kemudian juga penghapusan subsidi di banyak tempat, di banyak sektor, di banyak komoditas yang jelas-jelas kalau di dalam kritik yang ditunjukkan kepada Menteri Keuangan kemarin itu untuk yang terlalu cenderung kepada kapitalistik dan liberalistik gitu," ujarnya

Kemudian pada Kementerian Agama, dalam hal ini Nasarudin Umar ini kan sebelumnya banyak dibicarakan oleh masyarakat dengan sikap dia dalam kunjungan Paus, hubungan dia dengan komunitas-komunitas Yahudi. Apakah tanpa alasan ketika Nasrudin Umar itu dipilih jadi Menteri Agama.

Tetapi di sisi lain, sebenarnya masyarakat bisa melihat sepak terjang Menteri Agama ini, khususnya dalam topik-topik soal moderasi, kemudian soal hubungan dengan Yahudi, dan itu tidak terbantahkan oleh karena ada jejak digital yang sangat jelas.

"Kunjungan dia ke komunitas Yahudi, kerjasama dengan Istiqlal lalu dan yang terakhir kemarin bagaimana sikapnya yang begitu rupa kepada paus itu sesuatu yang jelas sekali menabrak prinsip akidah Islam apalagi kenyataan di luaran sana proses pemurtadan itu luar biasa terjadi gitu, jadi ini kan kayak menghilangkan fakta di lapangan itu," tegasnya.

Ia menegaskan, semestinya sebagai seorang Muslim dan yang tahu persis bahwa ini negeri merdeka atas mayoritas rakyat yang Muslim, mestinya segala hal yang berkait dengan Islam itu tidak sulit. 

"Karena seorang muslim itu dinilai oleh Allah SWT. itu pada pikiran dan tindakannya, mustinya mereka bekerja berdasarkan kepada ajaran agamanya, kepada islamnya dan bahkan lebih jauh lagi bagaimana tuntunan Islam bisa berjalan di negeri ini," ujarnya.

Ia mengingatkan, penting bagi pemangku kebijakan untuk mengingat pesan nabi bahwa kepemimpinan itu adalah amanah keamanan kemudian di hari kiamat itu dia hanya akan menjadi kehinaan dan penyesalan kecuali orang yang mendapatkan amanah itu dengan hak, dan yang melaksanakan amanah itu dengan sebaik-baiknya.

"Kalau tidak, maka sekali lagi menjadi kehinaan dan penyesalan. Sekarang tampak megah, mewah, kelihatan luar biasa wajah-wajah itu, wajah di mana-mana tetapi ingat itu semua akan berakhir," pungkasnya. [] Alfia Purwanti

Opini

×
Berita Terbaru Update