TintaSiyasi.id-- Menjaga etika dalam berdoa adalah aspek penting yang menunjukkan penghormatan dan ketundukan seorang hamba kepada Allah. Menurut ajaran Islam dan ulama seperti Imam Al-Ghazali, doa yang dilakukan dengan etika yang benar menunjukkan kesungguhan hati dan rasa ikhlas, yang dapat mendekatkan seorang hamba kepada Allah dan meningkatkan kemungkinan terkabulnya doa tersebut.
Berikut adalah etika-etika dalam berdoa yang dapat diperhatikan:
1. Memulai dengan Pujian kepada Allah dan Shalawat atas Nabi
• Sebelum memanjatkan doa, sangat dianjurkan untuk memuji Allah, seperti dengan menyebutkan asma-Nya, dan mengucapkan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Hal ini menunjukkan penghormatan kepada Allah sebagai Sang Maha Kuasa dan kepada Rasul sebagai perantara wahyu. Pujian ini juga menambah kekhusyukan dan keikhlasan dalam berdoa.
2. Menghadap Kiblat dan Mengangkat Kedua Tangan
• Menghadap kiblat saat berdoa adalah sunnah yang menambah kekhusyukan dan menunjukkan ketundukan. Mengangkat tangan ketika berdoa adalah tanda memohon dan kerendahan hati kepada Allah. Selain itu, setelah berdoa, tangan biasanya disapukan ke wajah sebagai tanda harapan terkabulnya doa.
3. Memulai dengan Taubat dan Istighfar
• Berdoa dengan hati yang bersih dari dosa sangat dianjurkan. Mengucapkan istighfar dan memohon ampunan Allah sebelum berdoa membantu membersihkan hati dan mendekatkan diri kepada-Nya. Hal ini juga menunjukkan kesadaran bahwa kita adalah hamba yang lemah yang senantiasa membutuhkan ampunan dan kasih sayang Allah.
4. Menghadirkan Hati dan Khusyuk
• Khusyuk adalah bagian penting dalam berdoa. Menghadirkan hati sepenuhnya kepada Allah dan berdoa dengan sungguh-sungguh menunjukkan keseriusan serta rasa tawakal (berserah diri). Dengan demikian, doa tidak hanya menjadi rutinitas lisan tetapi juga mencerminkan kebutuhan dan ketulusan jiwa yang mendalam.
5. Menggunakan Bahasa yang Baik dan Halus
• Berdoa kepada Allah memerlukan sikap santun dan bahasa yang baik, seperti seorang hamba memohon kepada Tuhannya. Menghindari bahasa yang kasar atau memaksa menunjukkan rasa hormat dan kesopanan kita di hadapan-Nya. Islam juga mengajarkan untuk berdoa dengan bahasa yang jelas, baik dalam bahasa Arab atau bahasa sendiri, agar makna dan permohonan tersebut dapat tersampaikan dengan baik.
6. Berdoa dengan Rendah Hati dan Harapan yang Tinggi
• Ketika berdoa, hendaknya seorang hamba menunjukkan kerendahan hati dan rasa bahwa dirinya membutuhkan Allah. Tidak ada doa yang sia-sia, dan berdoa dengan harapan yang tinggi kepada Allah adalah bagian dari iman. Rendah hati menandakan bahwa kita benar-benar bergantung kepada Allah, dan mengakui bahwa hanya Allah yang dapat mengabulkan doa tersebut.
7. Mengulangi Doa dan Tidak Terburu-buru
• Mengulangi doa sebanyak tiga kali adalah sunnah yang dianjurkan, karena itu menunjukkan kesungguhan. Hindari terburu-buru dalam berdoa atau merasa kecewa jika doa tidak langsung terkabul. Doa memerlukan kesabaran, dan terkadang Allah mengabulkannya dalam bentuk yang lain atau pada waktu yang lebih baik.
8. Menghindari Doa yang Mengandung Keburukan atau Mudarat
• Berdoa harus berisi permintaan kebaikan bagi diri sendiri, keluarga, dan orang lain. Islam melarang doa yang mendoakan keburukan atau kehancuran bagi orang lain. Berdoalah dengan permintaan yang baik, karena setiap doa yang mengandung kebaikan membawa kebaikan pula pada yang mendoakannya.
9. Berdoa dengan Keyakinan akan Dikabulkan
• Keyakinan adalah bagian penting dalam doa. Rasulullah SAW bersabda: “Berdoalah kepada Allah dengan keyakinan bahwa doa tersebut akan dikabulkan.” Allah Maha Mendengar dan tidak pernah mengecewakan hamba-Nya yang berharap dan percaya pada kekuasaan-Nya. Dengan keyakinan ini, seorang hamba menunjukkan rasa tawakal dan kepasrahan kepada Allah.
10. Memohon dengan Doa yang Diajarkan oleh Rasulullah SAW
• Sebisa mungkin, gunakan doa-doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, yang telah mengandung kebaikan dunia dan akhirat. Banyak doa dari Al-Quran dan hadits yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan, seperti doa mohon ampunan, doa minta rezeki, doa perlindungan, dan sebagainya.
Kesimpulan
Menjaga etika dalam berdoa adalah cara untuk menunjukkan rasa hormat dan kepasrahan sebagai seorang hamba yang mengharap kasih sayang dan ridha dari Allah. Dengan mengikuti etika-etika ini, doa menjadi lebih bermakna dan khusyuk, serta menjadi sarana yang efektif untuk mendekatkan diri kepada Allah. Etika ini juga memperkuat hubungan kita dengan Allah, karena menunjukkan kepatuhan, kesadaran, dan kesungguhan dalam memohon kepada-Nya.
Adab Berdoa dalam kitab Al-Adzkar karya Imam An-Nawawi.
Dalam kitab Al-Adzkar karya Imam An-Nawawi, terdapat berbagai tuntunan mengenai adab berdoa yang memberikan panduan praktis untuk memaksimalkan doa, baik dari segi tata cara, waktu, maupun sikap hati. Kitab ini menekankan bahwa berdoa dengan benar dan ikhlas adalah sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mendapatkan berkah dari-Nya. Berikut beberapa adab berdoa menurut Imam An-Nawawi dalam kitab Al-Adzkar:
1. Memulai dengan Memuji Allah dan Mengucapkan Shalawat
• Imam An-Nawawi menekankan pentingnya memulai doa dengan memuji Allah dan bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Hal ini sesuai dengan tuntunan hadits Rasulullah SAW bahwa doa yang dimulai dengan memuji Allah dan bershalawat memiliki peluang lebih besar untuk dikabulkan.
• Shalawat kepada Nabi Muhammad SAW adalah bentuk penghormatan kepada Nabi dan menunjukkan rasa syukur serta kecintaan kepada beliau. Ini menjadikan doa lebih penuh berkah dan sebagai cara mengikuti sunnah.
2. Menghadap Kiblat
• Sebisa mungkin, Imam An-Nawawi menyarankan untuk menghadap kiblat ketika berdoa, karena menghadap kiblat adalah cara untuk menunjukkan ketundukan kepada Allah dan meningkatkan kekhusyukan. Dalam Al-Adzkar, menghadap kiblat dianggap sebagai salah satu adab yang menunjukkan rasa hormat dan keikhlasan dalam berdoa.
3. Mengangkat Kedua Tangan
• Mengangkat tangan saat berdoa adalah sunnah yang sering kali disebutkan dalam hadits-hadits Nabi. Imam An-Nawawi menekankan adab ini sebagai bentuk ketundukan dan ketergantungan penuh kepada Allah. Setelah berdoa, kedua tangan bisa disapukan ke wajah, sebagai tanda menerima dengan tulus apa yang dimohonkan.
4. Memilih Waktu yang Mustajab
• Imam An-Nawawi juga menyebutkan pentingnya memperhatikan waktu-waktu mustajab, di mana doa lebih berpotensi untuk dikabulkan. Waktu-waktu mustajab tersebut termasuk sepertiga malam terakhir, antara azan dan iqamah, saat sujud dalam salat, hari Jumat, serta saat berbuka puasa. Dengan berdoa di waktu-waktu ini, kita memanfaatkan kesempatan istimewa yang dianjurkan dalam sunnah.
5. Berdoa dengan Hati yang Khusyuk dan Suara yang Lembut
• Imam An-Nawawi menekankan bahwa doa harus dilakukan dengan hati yang khusyuk, penuh harap, dan rendah hati. Membaca doa dengan suara lembut dan pelan (tidak keras) adalah cara untuk menunjukkan ketundukan. Berdoa dengan khusyuk mencerminkan ketulusan dan rasa percaya yang tinggi bahwa hanya Allah yang bisa mengabulkan permintaan kita.
6. Berdoa dengan Kesungguhan dan Pengulangan
• Mengulangi doa sebanyak tiga kali adalah adab yang dianjurkan, sebagaimana disebutkan oleh Imam An-Nawawi dalam Al-Adzkar. Ini menunjukkan kesungguhan hati dan ketulusan dalam memohon kepada Allah. Pengulangan bukan hanya diucapkan secara lisan, tetapi juga dengan hati yang benar-benar berharap dan percaya.
7. Memulai dengan Taubat dan Istighfar
• Memohon ampun atau beristighfar sebelum berdoa juga dianjurkan oleh Imam An-Nawawi sebagai cara membersihkan hati dari dosa-dosa, sehingga doa lebih khusyuk dan ikhlas. Taubat membersihkan hati dari kesalahan dan membuat kita lebih sadar akan keagungan Allah, serta merasa rendah hati dalam memohon kepada-Nya.
8. Memohon dengan Rendah Hati dan Tidak Tergesa-gesa
• Berdoa dengan rendah hati dan tidak terburu-buru adalah bentuk kesopanan dalam berdoa yang dianjurkan oleh Imam An-Nawawi. Mengharapkan agar doa segera dikabulkan atau merasa kecewa jika belum terkabul adalah sikap yang perlu dihindari. Seorang hamba yang berdoa dengan penuh kerendahan hati memahami bahwa terkabulnya doa adalah atas kehendak Allah dan memerlukan kesabaran.
9. Menggunakan Doa yang Diajarkan dalam Al-Quran dan Hadits
• Imam An-Nawawi menganjurkan untuk menggunakan doa-doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW dalam hadits atau yang terdapat dalam Al-Quran. Doa-doa ini dipenuhi dengan makna yang dalam dan memuat kebaikan dunia serta akhirat. Doa-doa dari Al-Quran dan hadits juga merupakan doa yang paling berkah karena berasal dari wahyu dan contoh Rasulullah SAW.
10. Menghindari Permintaan yang Bersifat Buruk atau Mudarat
• Imam An-Nawawi menegaskan bahwa doa harus berisi permohonan kebaikan, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Menghindari doa yang memohon keburukan atau kerusakan adalah bagian dari adab berdoa, sebagaimana Islam mengajarkan untuk mendoakan kebaikan dan keberkahan dalam hidup, bukan doa yang dapat membawa kerugian atau bencana bagi diri sendiri atau orang lain.
Kesimpulan
Etika dan adab berdoa dalam Al-Adzkar karya Imam An-Nawawi sangat menekankan kesungguhan, ketulusan, dan penghormatan kepada Allah. Doa yang dilakukan dengan adab-adab ini membawa ketenangan hati, mempererat hubungan dengan Allah, dan meningkatkan peluang terkabulnya doa. Adab ini juga mengajarkan pentingnya kesabaran, tawakal, dan rasa syukur dalam menghadapi kehidupan sehari-hari, dengan tetap menggantungkan segala harapan kepada Allah semata.
Oleh. Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo