Tintasiyasi.id.com -- Sudah satu tahun genosida di Gaza berlangsung, sejak serangan 7 Oktober lalu. Bahkan, sudah lebih dari tujuh dekade tanah milik kaum muslim (Baitul Maqdis, Palestina) dirampas.
Namun, sampai saat ini, masih banyak umat nabi Muhammad yang bersikap tidak peduli. Begitupun para penguasa negeri muslim, belum ada di antara mereka yang menunjukkan keberanian sejatinya seorang muslim, dengan mengirimkan tentara.
Bahkan, penguasa-penguasa negeri Arab tidak memberikan respon apapun terkait pembantaian warga Palestina yang belum lama ini terjadi, tepatnya di daerah pemukiman Beit Lahia, pada Sabtu malam (19/10/2024).
Setidaknya dalam pembantaian brutal tersebut menewaskan 73 warga Palestina. (sindonews.com 20-10-2024)
Badan Internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sekalipun tidak bisa diharapkan dalam penghentian genosida ini.
PBB hanya mampu mengutuk dan menuntut Israel di pengadilan internasional, kemudian setelahnya tidak ada perubahan apapun bagi pihak zionis dan genosida pun tidak kunjung terhentikan. Sungguh tiada guna dan hanya pencitraan belaka.
Diamnya pemimpin negeri muslim atas pembantaian luar biasa yang menimpa saudara muslim Palestina merupakan suatu pengkhianatan yang teramat besar. Padahal masing-masing mereka memiliki kekuasaan dan pasukan militer yang dengannya mampu membasmi entitas lemah zionis Israel laknatullah.
Sayangnya, ikatan nasionalisme telah memutus rasa persaudaraan antar sesama muslim. Akibat ikatan tersebut, pemimpin negeri Muslim hanya bertanggung jawab dan mengurusi rakyat muslim di negaranya saja. Hal itu pun tidak dilakukan secara serius.
Mengingat sistem yang diemban oleh mayoritas pemerintah muslim saat ini adalah sistem kufur, yaitu sistem demokrasi kapitalis sekularis. Sistem yang membuat para pemimpin haus jabatan dan akan menghalalkan segala cara demi mempertahankan kekuasaan dan merauk keuntungan sebesar-besarnya.
Adapun sekularisme yang tidak lain tidak bukan merupakan asas berdirinya berbagai sistem kufur, telah merenggut keberanian pemimpin negeri muslim. Mereka tidak memiliki keberanian untuk mengirimkan tentara dan menjalankan jihad melawan entitas lemah zionis Israel di Palestina.
Justru mereka lebih berani mengorbankan ribuan nyawa saudara muslimnya demi mempertahankan kekuasaan yang sejatinya kekuasaan tersebut tidak lepas dari campur tangan pihak Barat, pihak musuh Islam.
Sungguh, saat ini, Palestina butuh negara yang mampu mengirimkan tentaranya untuk mengusir dan membasmi Israel. Sebab, Israel bersama para pelindungnya, salah satunya Amerika Serikat (AS), hanya mengenal bahasa perang.
Kebengisan mereka tidak dapat dihentikan dengan kecaman. Mereka hanya dapat dihentikan jika ada pasukan tentara yang berani menyerangnya.
Namun, satu-satunya negara yang berani dan mampu mengumpulkan, menyatukan dan mengirimkan tentara untuk melawan para penjajah Israel, AS, dan antek-anteknya hanyalah negara Islam, yaitu Khilafah.
Khilafah adalah negara yang akan menegakkan syariat Allah secara menyeluruh, tidak terkecuali menegakkan syariat Islam berupa jihad fii sabilillah yang saat ini penting untuk segera ditegakkan, Allah swt. berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul jika ia menyeru kalian pada suatu yang memberikan kehidupan kepada kalian." (TQS Al-Anfal: 24).
Sejarah telah membuktikan, bahwa pasukan muslim merupakan pasukan yang memiliki kehebatan yang luar biasa dan tidak tertandingkan. Dari dulu hingga sekarang. Pasukan yang terdiri dari pribadi yang zuhud dan bercita-cita meraih kesyahidan, yakni berani mati dalam peperangan atau berani mati di jalan Allah, akan menghantam para musuh Allah demi teraihnya kemenangan Islam dan ridho Allah Ta'ala.
Keberanian ini hanya dapat ditemukan dalam tubuh pasukan muslim. Keberanian ini pula yang ditakutkan oleh pasukan musuh Allah.
Maka tidak heran, jika pihak musuh tidak hanya menyerang kaum muslim dengan serangan fisik saja, mereka juga menyerang kaum muslim dengan serangan pemikiran.
Dengan menyerang melalui pemikiran, mereka mampu mengikis habis ideologi Islam yang ada pada diri setiap muslim, lalu menggantinya dengan ideologi yang mereka emban, yaitu kapitalisme. Sebab mereka sangat paham bahwa ideologi Islam atau akidah Islam inilah kekuatan terbesar yang dimiliki kaum muslim dan tidak dimiliki oleh pihak mereka.
Kehebatan pasukan muslim yang ditakuti oleh pihak musuh tersebut kini terlihat kembali. Tidak dipungkiri, betapa heroik gerakan militer yang berasal dari ormas-ormas kecil Palestina yang mewakili kaum muslim sedunia dalam mempertahankan tanah kaum muslim, mampu bertahan di garda terdepan melawan dan membunuh begitu banyak tentara zionis, serta merusak tank-tank pasukan musuh dengan alat perang seadanya.
Bahkan pasukan Islam yang terbilang kecil ini mampu memporak-porandakan pasukan zionis hingga mereka frustasi. Kemudian pasukan zionis pun membantai warga sipil Palestina, serta merusak segala bangunan dan fasilitas di sana sebagai bentuk pelampiasan keputus-asaannya melawan pasukan muslim yang tidak terkalahkan itu.
Sejatinya, memang seperti itu pasukan muslim. Bayangkan saja, jika negeri-negeri muslim bersatu, kemudian masing-masing dari negeri tersebut mengirimkan pasukan tentara muslim yang kehebatannya diakui oleh dunia.
Maka dapat dipastikan, pasukan zionis Israel yang lemah beserta para pendukungnya dapat dengan sangat mudah dikalahkan.
Oleh karena itu, sudah saatnya umat Islam tersadarkan. Bahwa pembebasan Palestina adalah kewajiban seluruh kaum muslim di dunia.
Untuk membebaskannya tidak cukup dengan kecaman, boikot produk-produk pendukung zionis Israel, atau donasi belaka. Pembebasan Palestina dapat terealisasikan jika negeri-negeri muslim bersatu dalam naungan Khilafah. Kemudian, Khalifah mengirimkan para tentara muslim untuk berjihad membasmi musuh-musuh Allah. Allahu Akbar.[]
Oleh: Sabila Herianti
(Aktivis Muslimah)