TintaSiyasi.id -- Belum lama ini sebanyak 146 pengungsi Rohingya terdampar di kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara. Mereka telah berlayar selama 17 hari dari kamp pengungsian di Banglades. Saat ini mereka berada di kantor Camat Panti Labu untuk proses pendataan.
UNHCR mencatat sebanyak 152 imigran Rohingya yang terdiri dari 20 anak-anak, 62 perempuan dan 70 laki-laki berlabuh di pesisir Deli Serdang, Sumut. (Kompas.com, 24/10/2024)
Tentu saja berita ini membuat kita terkejut. Kondisi Muslim Rohingya ternyata hingga saat ini belum menemukan kejelasan atas nasib mereka hingga terus berusaha keluar mencari tempat perlindungan. Masyarakat mengira bahwa kondisi kaum Muslim di Rohingya sudah baik-baik saja sebab beritanya tenggelam oleh penderitaan kaum Muslim di Gaza dan hiruk pikuk pemerintahan baru di negeri kita. Padahal Muslim Gaza dan Muslim Rohingya sama-sama terzalimi. Kabar ini menjelaskan kepada kita dan juga kepada dunia tentang keberadaan Muslim Rohingya bahwa kedatangan mereka ditolak dengan berbagai alasan di negara-negara tujuan mereka walaupun pada akhirnya diizinkan masuk.
Inilah gambaran kehidupan di dalam sistem politik kapitalisme nasionalisme. Atas sekat-sekat nasionalisme umat Islam terpecah belah dan lebih mementingkan golongan dan bangsa masing-masing. Kapitalisme nasionalisme telah membunuh rasa kemanusiaan bahkan ikatan akidah bahkan telah membutakan mata dunia. Kondisi umat Islam terpecah belah dengan kepentingannya masing-masing. Umat Islam harus diingatkan kembali bahwa persoalan Muslim Rohingya adalah persoalan umat Islam seluruhnya. Tidak tersekat dengan bangsa tertentu dan wilayah tertentu. Kita sebagai umat yang satu harus perduli dan berupaya menyelamatkan mereka.
Sistem kapitalisme yang diterapkan hari ini tidak akan memberi harapan bahkan meski sudah ada konvensi tentang penanganan pengungsi oleh lembaga dunia (UNHCR). Meski Indonesia belum meratifikasi, namun seharusnya sebagai saudara sesama muslim harus memberikan pertolongan. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Hujarat ayat 10, "Sesungguhnya mukmin itu bersaudara".
Memberikan pertolongan secara tuntas tentunya membutuhkan peran negara. Dan hanya negara yang tidak berpegang pada nasionalisme yang mampu menyelamatkan mereka secara totalitas bukan sekadar memberikan bantuan sementara. Negara yang kuat, berdiri sendiri dan tidak bergantung pada asing. Negara itu adalah Khilafah Islamiyah. Hanya khilafah yang tidak akan pernah bergantung pada organisasi dunia dalam menyelamatkan negeri-negeri kaum Muslim. Khilafah sepanjang sejarah penerapannya selama 13 abad lamanya mampu memberikan rasa aman, damai kepada siapa saja baik Muslim maupun non-Muslim.
Khilafah adalah jalan satu-satunya untuk melindungi Muslim Rohingya dari segala himpitan yang menyiksa mereka selama ini serta menjamin segala yang dibutuhkan oleh mereka. Bahkan khilafah yang akan melepaskan belenggu nasionalisme di negeri-negeri kaum Muslim. Sebab, khilafah adalah negara kesatuan di bawah satu kepemimpinan. Penerapan syariat Islam secara sempurna dalam naungan khilafah akan menyatukan negeri-negeri kaum Muslim dengan ikatan yang satu yaitu ikatan akidah di bawah naungan panji Islam.
Wallahu a'lam bishshawab. []
Oleh: Eva Susiani
Aktivis Muslimah