Tintasiyasi.id.com -- Belakangan ini, berita tentang kekerasan terhadap guru, baik sebagai korban maupun pelaku, semakin marak. Kasus-kasus yang melibatkan guru dalam praktik judi online, pinjaman online, serta tindakan tidak produktif lainnya menunjukkan sebuah ironi dalam dunia pendidikan Indonesia.
Di tengah tantangan tersebut, ada sebuah kenyataan yang menggambarkan bahwa guru, sebagai pilar utama pendidikan, sering kali berada dalam kondisi yang memprihatinkan.
Gaji yang rendah, kurangnya penghargaan, serta hilangnya adab dan rasa hormat dari sebagian murid adalah kenyataan yang harus dihadapi oleh para pengajar di negeri ini.
Mengapa ini semua bisa terjadi? Jika kita seorang muslim, tentunya kita memahami bahwa ilmu adalah senjata dalam berkarya. Namun, mengapa para guru sebagai kunci dari terbukanya segala ilmu justru mengalami kondisi yang memilukan? Fenomena ini bukanlah tanpa sebab.
Semua ini adalah dampak dari sistem kehidupan yang berbasis pada kapitalisme yang mengedepankan materi sebagai tolok ukur utama. Dalam sistem kapitalisme, pendidikan sering kali dipandang semata-mata sebagai sarana untuk melahirkan tenaga kerja yang siap diintegrasikan ke dalam pasar.
Tujuan utamanya adalah agar siswa dapat bekerja dan berkompetisi di dunia yang serba konsumtif. Konsekuensinya, nilai-nilai luhur dan spiritualisme yang seharusnya membentuk kepribadian murid dan memuliakan guru sering kali terabaikan.
Fakta Buruk Kondisi Guru di Indonesia
Penyebab pertama yang harus kita soroti adalah gaji guru yang rendah. Menurut Laporan Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) 2020, gaji guru di sekolah swasta dan beberapa daerah tertentu dapat berada di kisaran Rp 1.500.000 hingga Rp 3.000.000 per bulan, dengan ketimpangan yang sangat mencolok antara kota besar dan daerah terpencil.
Banyak guru di Indonesia, terutama di daerah-daerah terpencil yang mendapatkan penghasilan yang jauh dari layak. Kesejahteraan guru yang tidak diperhatikan, baik dari segi gaji maupun fasilitas, membuat banyak dari mereka terpaksa mencari pekerjaan sampingan.
Di sisi lain, sistem yang terlalu menuntut pencapaian akademis tanpa memperhatikan kesejahteraan para pengajarnya, mendorong mereka untuk terlibat dalam hal-hal yang tidak produktif, seperti judi online dan pinjaman online, sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Lebih buruk lagi, kekerasan terhadap guru menjadi masalah yang semakin serius. Guru sering menjadi sasaran kekerasan fisik dan verbal, baik dari siswa maupun orang tua siswa. Contohnya, ada guru yang divonis tiga bulan penjara karena mencubit murid yang tidak mau melaksanakan salat.
Ada pula guru yang buta permanen akibat diketapel orang tua siswa yang marah karena anaknya yang merokok ditegur guru tersebut. Hal ini memperburuk citra dan peran guru dalam masyarakat. Sebagai pendidik, mereka seharusnya dihormati dan dihargai. Namun, di banyak tempat, mereka malah sering diperlakukan dengan tidak semestinya.
Selain itu, kita juga menghadapi minimnya adab dan penghormatan siswa terhadap guru. Dalam banyak kasus, sebagian siswa tidak lagi memandang guru dengan rasa hormat yang tinggi. Penghormatan terhadap guru sebagai seorang yang membawa ilmu dan mendidik hati dan akhlak mereka semakin luntur.
Adab yang seharusnya diajarkan sejak dini, yaitu menghormati guru sebagai pewaris ilmu dan pewaris peradaban, tidak lagi menjadi bagian dari pendidikan modern yang ada.
Analisis dari Perspektif Islam
Dalam Islam, pendidikan bukanlah sekadar alat untuk mencetak individu yang terampil dalam hal pekerjaan. Pendidikan dalam Islam adalah sebuah proses pembentukan kepribadian yang bertujuan untuk menjadikan seseorang lebih baik, lebih beradab, dan lebih dekat kepada Allah.
Seperti yang diajarkan oleh Rasulullah saw., ilmu adalah cahaya yang dapat membimbing seseorang menuju kebaikan dan keberkahan hidup.
Namun, sistem kapitalisme yang mendominasi kehidupan kita saat ini tidak memberikan tempat bagi nilai-nilai luhur ini. Kapitalisme mengukur segala sesuatu dengan materi dan untung rugi.
Pendidikan pun dimaknai sebagai mesin yang menghasilkan pekerja, bukan sebagai sarana untuk membentuk individu dengan akhlak yang mulia dan spiritualitas yang tinggi. Dalam sistem kapitalisme, guru bukan lagi dihormati sebagai pembimbing yang memuliakan ilmu, melainkan dilihat sebagai profesi yang “sepadan” dengan upah yang diterimanya.
Hal ini membuat para guru merasa kurang dihargai dan terpaksa mencari cara untuk memenuhi kebutuhan hidup, bahkan jika itu berarti terlibat dalam hal-hal yang tidak sesuai dengan moralitas.
Solusi: Kembali Kepada Sistem Pendidikan Islam
Solusi dari permasalahan ini adalah dengan kembali kepada sistem pendidikan yang berbasis pada ajaran Islam, yang memuliakan guru dan menempatkan ilmu pada posisi yang sangat terhormat.
Dalam Islam, pendidikan bukan hanya tentang transfer pengetahuan, tetapi juga tentang pembentukan karakter dan kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai Allah Swt..
Sejarah Islam memberikan teladan yang sangat baik tentang bagaimana para pemimpin zaman Nabi dan sahabat memuliakan ilmu dan para ahli ilmu. Rasulullah saw. sendiri sangat menghargai para guru dan ahli ilmu.
Salah satu hadis yang sangat terkenal adalah, “Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim). Ini menunjukkan betapa tinggi kedudukan ilmu dalam Islam.
Selain itu, di zaman sahabat, para khalifah dan pemimpin umat Islam sangat menghargai para ulama dan pendidik. Khalifah Umar bin Khaththab bahkan pernah memperhatikan kesejahteraan para guru dengan memberikan gaji yang layak serta fasilitas yang memadai. Para guru dihormati dan dianggap sebagai pelita bagi umat, bukan hanya sebagai pekerja biasa.
Dalam sistem pendidikan Islam, guru tidak hanya berfungsi sebagai pengajar, tetapi juga sebagai mursyid yang membimbing murid-muridnya dalam kehidupan dunia dan akhirat.
Penghormatan kepada guru diajarkan dengan jelas dalam ajaran Islam, di mana siswa diperintahkan untuk menunjukkan rasa hormat dan adab yang tinggi kepada guru mereka. Hal ini tercermin dalam sikap saling menghormati antara murid dan guru, yang mempererat hubungan dan menciptakan suasana yang kondusif untuk belajar.
Khatimah
Permasalahan yang dihadapi oleh dunia pendidikan saat ini, khususnya mengenai kondisi guru, merupakan dampak dari sistem kapitalisme yang mengedepankan materi daripada nilai-nilai luhur.
Pendidikan dalam kapitalisme sering kali terdistorsi menjadi ajang untuk mencetak pekerja semata. Padahal, dalam pandangan Islam, pendidikan adalah sarana untuk membentuk pribadi yang beradab, berilmu, dan bertakwa kepada Allah.
Solusi terbaik untuk memperbaiki kondisi ini adalah dengan kembali kepada sistem pendidikan yang berlandaskan pada nilai-nilai Islam. Memuliakan guru, meningkatkan kesejahteraan mereka, dan menanamkan adab yang baik kepada siswa adalah langkah-langkah penting untuk menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga mulia dalam akhlak dan dekat dengan Allah.
Seperti yang dicontohkan oleh para pemimpin zaman Nabi dan sahabat, kita harus memandang ilmu dan para pengajarnya dengan penghormatan yang tinggi, agar pendidikan kita dapat maju dan melahirkan peradaban yang bermartabat. Wallahu'alam bishshawwab.[]
Oleh: Najwa, S.I.P.
(Pemerhati Kebijakan Publik)