TintaSiyasi.id -- Tanggal 28 Oktober diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda. Tema yang diangkat pada HSP ke-96 2024 ini, yaitu Maju Bersama Indonesia Raya. Tema ini berarti bahwa semangat Merah Putih harus terus kokoh dan mengakar kuat dalam setiap jiwa pemuda Indonesia. Tidak hanya itu,semangat tersebut tidak hanya mengakar tapi juga tumbuh dan berkembang. Harus memastikan juga bahwa melainkan juga diberdayakan dan dikembangkan seoptimal mungkin.
Indonesia diproyeksikan memasuki masa keemasan pada tahun 2045, saat negeri ini genap berusia 100 tahun. Dalam perjalanan menuju Indonesia Emas 2045, pemuda memiliki peran krusial sebagai penggerak perubahan dan Pembangunan. Namun akankah peran itu terlaksana dengan baik ditengah bobroknya kehidupan pemuda saat ini?
Pemuda saat ini atau yang disebut generasi millennial, atau mereka yang lahir pada tahun 1990 ke atas, dianggap memiliki banyak sisi buruk oleh generasi sebelumnya. Beberapa waktu belakangan ini banyak terjadi kasus-kasus asusila yang di lakukan oleh kalangan remaja, utamanya kalangan pelajar. Entah itu kasus pornografi porno aksi, bullying, pelecehan atau kasus-kasus lainnya.
Menurut generasi sebelumnya,generasi millennial sekarang tumbuh ke arah yang lebih buruk. Mereka narsis, penggila gadget, egois, dan manja. Berbagai fakta buruk mengenai generasi millennial pun sudah sangat terlihat oleh kita diantaranya memiliki sikap yang cenderung mementingkan diri pribadi dan tidak peduli terhadap sosialisasi. Fakta negatif lainnya adalah gangguan narsisistik hampir 3 kali lipat ditemukan pada orang-orang usia 20'an dibanding generasi yang kini berusia 65 tahun ke atas.
Pemuda merupakan generasi penerus bagi generasi sebelumnya. Karena itu, ada ungkapan dalam bahasa Arab, “Syubanu al-yaum rijalu al-ghadd” (pemuda hari ini adalah tokoh pada masa yang akan datang). Karena itu, Islam memberikan perhatian besar kepada mereka, bahkan sedari dini. Di masa lalu ketika Islam diterapkan, banyak pemuda hebat, karena generasi sebelumnya adalah orang-orang hebat.
Di masa lalu, keluarga kaum Muslim menjadi madrasah pertama bagi putra-putrinya. Mengingat pentingnya Pendidikan usia dini maka sejak sebelum lahir dan saat balita orangtuanya sudah mengajarinya tentang agamanya. Mereka membiasakan putra-putrinya yang masih kecil untuk menghafal Alquran dengan cara memperdengarkan bacaannya. Rutinitas kebaikan itu membuat mereka bisa menghafal Alquran sebelum usia enam atau tujuh tahun. Di usia emas (golden age) seperti ini, anak-anak bisa dibentuk menjadi apapun, sesuai keinginan orang tuanya.
Dengan pembentukan sikap dan nafsiyah yang mantap disertai bekal ilmu dan pembentukan mental yang sehat dan kuat, kehidupan pemuda Islam jauh dari hura-hura, dugem dan kehidupan hedonistik lainnya. Mereka tidak haus pujian,melakukan bullying, mengkonsumsi miras, atau narkoba, baik sebagai dopping, pelarian atau sejenisnya. Karena ketika mereka mempunyai masalah, keyakinan mereka kepada Allah, qadha’ dan qadar, rizki, ajal, termasuk tawakal begitu luar biasa. Masalah apapun yang mereka hadapi bisa mereka pecahkan. Mereka pun jauh dari stres, haus perhatian apalagi menjamah miras dan narkoba untuk melarikan diri dari masalah. Termasuk melakukan aktivitas bullying untuk eksistensi diri.
Kehidupan pria dan wanita pun dipisah. Tidak ada ikhtilath (campur baur), khalwat (berduaan), menarik perhatian lawan jenis (tabarruj), apalagi pacaran hingga perzinaan. Selain berbagai pintu menuju kemaksiatan ditutup rapat, sanksi hukumnya pun dibuat tegas dan keras, sehingga membuat siapapun yang hendak melanggar akan berpikir ulang. Kehormatan pria dan wanita, serta kesucian hati mereka pun terjaga dari kontaminasi keburukan. Semuanya itu, selain karena modal ilmu, ketakwaan, sikap dan nafsiyah mereka, juga sistem yang diterapkan di tengah-tengah masyarakat oleh sistem Islam dalam bentuk negara Khilafah.
Karena kehidupan mereka seperti itu, maka produktivitas para pemuda di era khilafah ini pun luar biasa. Banyak penelitian yang dilakukan serta karya ilmiah yang mereka hasilkan saat usia mereka masih muda. Begitupun riset dan penemuan terbaru yang memudahkan kehidupan juga bisa mereka hasilkan ketika usia mereka masih sangat belia. Semuanya itu merupakan dampak dari kondusifnya kehidupan masyarakat di zamannya. Semuanya ini memang membutuhkan negara dengan sistemnya yang luar biasa. Sejarah keemasan seperti ini pun hanya pernah terjadi dalam sistem khilafah, bukan yang lain. Maka Generasi Emas untuk kebangkitan Islam pasti akan terwujud. Bukan hanya sekedar Indonesia Emas 2045 tapi seluruh dunia dan untuk selamanya.
Oleh: Lia Julianti
Aktivis Muslimah Tamansari