TintaSiyasi.id -- Di setiap zaman, ada generasi yang disebut sebagai game - changer, yaitu generasi yang dalam dirinya mempunyai kemampuan dalam melakukan suatu perubahan besar pada sejarah dan dapat pula mengangkat peradaban.
Generasi Z atau Gen Z adalah generasi yang lahir pada tahun 1997 - 2012, generasi ini lahir memasuki abad ke - 21 dan merupakan generasi pertama yang tumbuh dengan akses internet dan teknologi digital sejak usia muda. Namun, alih - alih menjadi generasi yang kokoh, malah sebaliknya mereka kini terpuruk ditengah krisis identitas dan kesehatan mental yang memprihatinkan.
Kementerian Kesehatan Indonesia melaporkan bahwa 15,5 juta atau sekitar 6,1 % penduduk berusia diatas 15 tahun terkena penyakit gangguan mental seperti kecemasan dan depresi. (kumparan.com, 21/10/2024)
Akibat dari masalah kesehatan menta tersebut menjadikan maraknya kasus bunuh diri, angka pengangguran yang meningkat, serta gaya hidup yang konsumerisme dan hedonisme yang merajalela menjadikan gambaran yang sedang dihadapi generasi saat ini.
Angka pengangguran di kalangan Generasi Z (gen Z) telah mencapai titik kritis yaitu sebanyak 9,9 juta orang atau sekitar 22,25 % dari total penduduk usia 15 - 24 tahun yang belum memiliki pekerjaan yang stabil. Hal inilah yang memperburuk krisis kesehatan mental yang telah melanda. Dimana data tragis mencatat bahwa setiap jam,terdapat 83 orang mengakhiri hidupnya, dan sebagian besar dari kalangan muda. (Kompas, 10/9/2024)
Fakta ini membuktikan bahwa Gen Z memiliki jiwa yang rapuh. Mereka haus akan makna hidup dan mereka juga membutuhkan pegangan yang lebih kokoh daripada sekedar berharap pada janji - janji manis kapitalisme yang hanya mementingkan keuntungan materi belaka namun menelantarkan akidah. Sesungguhnya mereka telah tertipu dengan sistem yang banyak menumbalkan aspek kehidupan termasuk akhirat kita.
Kehidupan kapitalis yang mereka jalani semakin memperjelas, betapa sistem ini hanya melahirkan aturan - aturan yang rusak dan bebas sehingga aturan ini tidak melihat manusia sebagai makhluk yang memiliki jiwa dan perasaan tetapi hanya sekedar melihat manusia sebagai pencetak angka dan keuntungan.
Apa yang Gen Z alami bukan sekedar tekanan ekonomi atau kegalauan eksistensial semata. Mereka sesungguhnya tengah mencari jawaban dari arti dan tujuan hidup yang sebenarnya sebab mereka sedang terpapar oleh dunia maya yang seolah menyediakan segala jawaban atas permasalahan yang mereka hadapi.
Namun di balik kerentanan mereka, pada dasarnya Gen Z memiliki potensi luar biasa sebagai agen perubahan dan mereka juga memiliki tekad serta semangat yang kokoh dan kreatifitas yang mampu menembus batas. Potensi ini hanya benar - benar bisa dimanfaatkan apabila Gen Z terhubung kembali dengan nilai - nilai Islam kaffah yang memanusiakan manusia dan menuntun kepada jalan yang lurus dan benar. Gen Z juga membutuhkan bimbingan yang tidak hanya mencerahkan pemikiran mereka tentang Islam, tetapi juga menguatkan jiwa mereka untuk menjadi generasi pencetak peradaban gemilang.
Mereka membutuhkan partai atau lembaga yang dapat mendidik dengan penuh keikhlasan, yang mampu menuntun mereka menuju pemahaman Islam yang utuh dan sempurnah. Sehingga memberikan kemampuan bagi mereka untuk menjadi garda terdepan dalam membangkitkan kembali islam yang telah terpuruk.
Dengan Islam kaffah sebagai pegangan, generasi ini bisa menjadi perisai dan pelindung nilai - nilai kemanusiaan serta juga dapat menjadi pelita yang menyinari umat dan menjadi saksi atas kebangkitan peradaban yang diridhai Allah SWT.
Mari kita bangkit kan Gen Z dalam menjalankan peran suci ini karena dengan mereka, peradaban islam yang sejati akan kembali berdiri dan membawa Rahmat bagi seluruh alam.
Wallahu a'lam bishshawab. []
Oleh: Nur Afrida
Aktivis Muslimah