TintaSitasi.id -- Identitas remaja yang diduga bunuh diri di area parkir Metropolitan Mall, Bekasi, Selasa (22/10/2024), hingga kini masih dalam penelusuran. Terlepas dari siapa sosoknya dan apa pun motifnya, insiden ini mencerminkan adanya masalah kerapuhan mental di kalangan generasi muda.
Tidak hanya itu, dalam dua bulan terakhir, terjadi dua kasus bunuh diri di Surabaya. Korbannya adalah dua mahasiswa yang melompat dari gedung kampusnya. Kasus pertama terjadi di Universitas Ciputra, di mana seorang mahasiswi berinisial SN terjun dari lantai 22 kampus di Sambikerep, Surabaya, Rabu (18/9/2024), sekitar pukul 5.55 WIB. Motifnya diduga terkait masalah asmara.
Peristiwa kedua melibatkan RD, mahasiswa Petra Christian University (PCU), yang ditemukan melompat dari lantai 12 gedung kampusnya, Selasa (1/10/2024), pukul 10.20 WIB. Dari hasil penyelidikan polisi, RD diduga bunuh diri karena depresi.
Tingginya angka bunuh diri di kalangan remaja dan dewasa muda menarik perhatian para pakar untuk memahami faktor-faktor yang memicu tindakan ini. Banyak pendapat dan analisis yang berkembang hingga mencapai beberapa kesimpulan.
Misalnya, Peneliti Kesehatan Mental Remaja dari Universitas Airlangga (UNAIR), Margaretha, menyatakan bahwa bunuh diri saat ini bukan hanya masalah sosial, melainkan penyakit tidak menular yang mengancam remaja di dunia.
"Bunuh diri di usia muda 15-24 tahun menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi akibat penyakit tidak menular, urutan ketiga yang bisa membunuh kaum muda di dunia. Bunuh diri ini menjadi tantangan kesehatan yang besar," ujar Margaretha saat dihubungi detikJatim, Minggu (6/10/2024).
Sosiolog Kriminalitas dan Dosen Purna UGM, Soeprapto, menjelaskan bahwa dalam kehidupan manusia terdapat dua fenomena pengaruh: pertama, individu mempengaruhi kelompok; kedua, kelompok mempengaruhi individu.
Artinya, Gen Z telah mengalami tekanan dari berbagai arah sehingga rentan terhadap perasaan putus asa, kurang percaya diri, mudah depresi, dan menganggap bunuh diri sebagai solusi masalah yang dihadapinya.
Mental Rapuh Gen Z Kian Nyata
Tingginya angka kematian di kalangan remaja dan dewasa muda menunjukkan bahwa Gen Z memasuki era Revolusi Industri 4.0, di mana komunikasi sebagian besar berlangsung secara digital. Ini menyebabkan komunikasi yang mudah namun kurang ikatan emosional karena pihak yang diajak berkomunikasi tidak hadir secara nyata.
Mengomentari kehidupan orang lain menjadi tren, namun interaksi sosial yang nyata semakin jarang dilakukan, sehingga kehidupan bermasyarakat semakin jauh, dan keakraban antarindividu menjadi ilusi semata.
Gen Z juga menghadapi tantangan ekonomi yang sulit, meningkatnya angka pengangguran, dan semakin ketatnya persyaratan kerja. Mereka juga harus bersaing dengan para wanita yang kini lebih banyak diterima sebagai pekerja baru.
Selain itu, Gen Z terjebak dalam gaya hidup yang kurang sehat, seperti hedonisme, konsumerisme, FOMO, dan lainnya. Walaupun mereka merupakan tumpuan harapan masa depan, namun mereka belum mampu diakomodasi oleh sistem demokrasi yang ada.
Perilaku seks bebas juga telah menjadi budaya yang merusak di tengah masyarakat. Pertanyaan yang muncul adalah: apa yang menyebabkan hal ini dan mampukah Gen Z keluar dari kesulitan ini?
Salah satu penyebab keterpurukan Gen Z adalah penerapan sistem demokrasi sekuler. Dalam sistem ini, manusia diberi kebebasan tanpa batas dan keyakinan agama dianggap sebagai penghalang, sehingga aturan agama tidak dijadikan pedoman hidup.
Pandangan Barat telah mengubah arah pandang manusia menuju tujuan hidup yang dangkal. Hal ini berbeda dengan sistem Islam yang mencapai puncak kejayaannya ketika aturan Islam diterapkan secara sempurna dalam berbagai aspek kehidupan.
Saat sistem demokrasi memisahkan agama dari kehidupan, tampaklah kegagalan mendasar yang merusak seluruh tatanan kehidupan. Sementara kita mengetahui bahwa aturan dalam agama Islam adalah aturan yang diturunkan melalui wahyu tanpa campur tangan manusia.
Maka, jelaslah bahwa Gen Z tidak dapat berharap banyak dari sistem ini, karena telah merusak tatanan kehidupan manusia yang mengakui keberadaan Allah SWT sebagai Pencipta dan Pengatur.
Dengan Islam, Gen Z Akan Unggul
Bukan sekadar isapan jempol bahwa hanya Islam satu-satunya yang mampu membawa Gen Z pada masa kejayaan terbaiknya. Mengapa demikian? Karena Islam datang dari Sang Pencipta manusia dan Pengatur seluruh makhluk di dunia.
Islam menekankan bahwa kepercayaan dan ketaatan kepada Allah SWT adalah kunci kejayaan manusia. Sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur'an, surat An-Nur ayat 55:
"Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan Dia benar-benar akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, serta menukar (keadaan) mereka dari ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku tanpa mempersekutukan sesuatu pun dengan Aku. Barangsiapa yang tetap kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik."
Oleh karena itu, ketakwaan sebagai hamba mutlak harus ditegakkan. Ini adalah syarat untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.
Dalam Islam, generasi adalah aset yang berharga, sehingga perhatian terhadap mereka menjadi prioritas utama, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun negara. Keluarga sebagai pendidik pertama dituntut untuk mengayomi dengan kasih sayang dan keteladanan, agar dapat membentuk pribadi anak.
Ketika anak beranjak remaja hingga dewasa, negara memiliki peran penting dalam memfasilitasi kebutuhan dasar berupa pendidikan, sarana, dan prasarana, serta dukungan lainnya yang meningkatkan kemampuan agama dan ilmunya.
Tujuan pendidikan dalam Islam adalah menjadikan hamba yang bertakwa dengan cara berpikir dan perasaan yang selaras dengan Islam. Mereka dipersiapkan menjadi ulama sekaligus ahli di bidangnya. Mereka didorong untuk berkarya demi mendekatkan manusia kepada Allah SWT dan bermanfaat bagi sesama.
Masyarakat dalam Islam berfungsi sebagai pelindung dari kejahatan dan dosa. Masyarakat bertanggung jawab atas kenyamanan dan keselamatan orang di sekitarnya. Islam membangunnya dengan kasih sayang dan saling menghormati.
Dalam sistem Islam, Gen Z akan mengalami kemajuan pesat karena didanai dan difasilitasi hingga menjadi mahir dan mandiri untuk berinovasi demi kemajuan bersama.
Landasan pembinaan yang mudah, terarah, dan maju akan dilakukan negara, karena negara yang maju didukung oleh kesejahteraan warganya, yang dihargai atas karya-karya besar mereka.
Masalah sosial seperti bunuh diri, pemerkosaan, pencurian, dan lain-lain akan ditekan secara signifikan karena perhatian dan dukungan negara. Negara tidak akan membiarkan generasinya lemah, sebaliknya akan terus mendukung mereka dalam menghasilkan karya-karya luar biasa yang dipersembahkan untuk kejayaan Islam.
Wallahu a'lam bishawab.
Oleh: Anna Ummu Maryam
Pegiat Literasi Peduli Negeri