Tintasiyasi.ID -- Analis Politik dan Media Hanif Kristanto menanggapi adanya saluran 'Lapor Mas Wapres' bahwa hal mendasar apa yang lebih dibutuhkan rakyat saat ini.
“Bukan 'Lapor Mas Wapres', tetapi hal mendasar apa yang lebih dibutuhkan rakyat saat ini,” paparnya di YouTube Khilafah Channel ‘Lapor Mas Wapres’ Cuma Sensasi Politik, Senin (18/11/2024).
“Apakah dengan adanya membuka saluran 'Lapor Mas Wapres' atau yang sebenarnya rakyat itu ingin dipenuhi kebutuhan hidupnya? Jangan mengalihkan perhatian urusan rakyat dengan hal-hal yang seperti ini?,” tanggapnya.
Bung Hanif, sapaan akrabnya, mengawali tanggapannya, sebetulnya ‘Lapor Mas Wapres ini” bukan solusi kreatif. "Karena pernah dilakukan oleh beberapa pejabat, baik itu dilakukan di level daerah maupun yang lain. Tentu ini menjadi catatan penting bagi kita bagaimana sambungan atau laporan dari masyarakat itu. Yang kita dapatkan terjadi tumpang tindih antara satu kedinasan dengan yang lain. Mana ini yang nanti lebih cepat untuk direspons," ujarnya.
Selama ini, juga katanya, melalui laporan baik itu yang berbasis via online maupun hadir di lokasi untuk melaporkan sering belum mendapatkan respons yang positif ataupun tindakan yang nyata. Kecuali kalau laporannya itu sudah viral. Justru malah yang viral itu lebih banyak diperhatikan daripada laporan yang terkait kepada saluran yang telah dibuat oleh pejabat publik.
“Nah ini, karenanya bisa jadi ini juga termasuk ke gimmick-gimmick politik, seolah-olah agar penguasa itu dekat dengan rakyat. Padahal dekatnya itu ya hadir di tengah-tengah rakyat tanpa harus ada pengaduan,” katanya.
"Tetapi mereka harus berbuat lebih ya, supaya rakyat merasakan hidup sejahtera, aman, damai, dan sejahtera," imbuhnya lagi.
Kalau ingin dekat dengan rakyat, lanjutnya, tidak dengan cara seperti itu. Beberapa kali rezim juga sering, jangan melalui saluran seperti itu. “Melalui aksi dan demonstrasi yang besar saja kadang-kadang tidak diperhatikan, iya enggak?” tanyanya.
“Ada juga, yang malah lari tidak menemui para pedemo, katanya rindu didemo,” imbuhnya.
“Ini juga termasuk citra politik yang sebetulnya biasa, bukan sebuah hal yang luar biasa. Karena yang nanti menerima kan melalui pegawai khusus. Khususnya bagian media. Nanti disaring lagi. Terus pertanyaannya apakah mau, wakil presiden pekerjaannya lebih dari 24 jam.
Misalnya, Bung Hanif memberi gambaran, dia pulang dinas nanti membaca laporan-laporan, pengaduan-pengaduan, dan sebagainya. Jadi sangat problematik nantinya. “Jadi sekali lagi kehidupan kita ini kan sudah sangat problematik, lalu mengurai dari mana apakah cukup dengan laporan?”
Terus ia mengungkap fakta kemungkinannya, nanti kalau sudah lapor bagaimana cara penanganannya dan sebagainya. Lalu kalau kita amati negeri kita ini, seringnya terkait dengan pengaturan, administratif juga masih tumpang tindih. Kemudian data dan sebagainya.
“Jadinya kita juga masih melihat etika baik apa dari adanya laporan Mas Wapres ini kan begitu ya. Sementara kemarin-kemarin juga muncul no viral no justice. Kalau kaitannya dengan keadilan. Nah, ini nanti misalnya ada pelaporan saya belum makan Pak Wapres. Seperti apa coba mekanismenya,” rilisnya.
“Maka ini yang perlu kita perhatikan, jadi kalau betul-betul mau dekat dengan rakyat, maka cara yang terbaik penguasa itu apa? Dengan membuat sebuah peraturan yang memang pro kepada rakyat,” ungkapnya.
Untuk memenuhi apa, dengan sudut pandang yang benar mengurusi urusan rakyat secara menyeluruh. Kemudian yang terkait dengan sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, keamanan, dan lain-lainnya.
“Jadi rakyat itu tidak perlu pencitraan politik lagi. Tetapi kehadiran negara itu yang saat ini dibutuhkan jangan sampai pemerintahan ke depan ini malah sekedar membuat pola-pola lama. Yang itu seolah didaur ulang. Seolah-olah ini merakyat dan sebagainya, padahal rakyat enggak butuh itu,” katanya.
Kinerja
Bung Hanif membeberkan, sebetulnya pembagian kinerja antara presiden dan presiden wakil itu dan yang lain itu sudah jelas. Tupoksinya apa. Jangan sampai ini saling tumpang tindih ya. Yang disesalkan seringnya itu kan tumpang tindih. Bahkan bisa jadi terkait dengan pengaduan-pengaduan yang dilakukan oleh rakyat itu, nanti bisa jadi tidak efektif. Bahkan kinerja pemerintah nanti kian melambat.
“Karenanya sekali lagi, yang perlu kita perhatikan bisa jadi, ada rasa ketidakpercayaan kepada bawahannya. Ini kan sangat riskan ya kalau seorang pemimpin sudah tidak lagi mempercayai kepada bawahannya,” katanya.
Terlebih, lanjutnya, kalau dicermati juga ke birokrasi yang ada, di Indonesia saling tumpang tindih, kemudian tidak ada kejelasan bahkan rakyat pun sering terombang-ambing dengan berbagai informasi untuk mengurusi satu hal dengan yang lainnya.
“Nah inilah saya melihat, kenapa sampai kok membuat saluran 'Lapor Mas Wapres'. Yang kita khawatirkan nanti kan laporannya hanya khusus saja,” timpalnya.
Lanjut dikatakan, "Nanti jangan-jangan kemalingan juga di melaporkan, belum makan juga dilaporkan. Ya tambah ruwet jadinya, lanjutnya.
Laporan
“Jadi laporan itu kan banyak, bisa-bisa nanti menampar diri sendiri, seperti akun fufufafa itu kan sebuah polemik dan kalau ditanya juga mobil Esemka? Ya seperti menemukan gajah di lubang semut. Kira-kira masuknya lewat mana kan begitu ya,” jawabnya.
Ia mengira, lanjutnya, bahwa hal-hal yang dikritisi oleh rakyat seperti itu tentu akan diabaikan. “Seharusnya Mas Gibran sebagai wakil presiden ini fokus kepada tugas utama anda. Sebetulnya tanpa ada laporan itu seorang pemimpin atau penguasa ya presiden, wapres, dan kementerian yang lain itu sudah bisa melihat mereka punya staf ahli. Mereka punya para pemikir yang ada di belakangnya, mereka punya para pembantu yang bisa membantu pekerjaan mereka menjadi ringan,” tuturnya.
“Jadi bertindaklah sebagai seorang negarawan sejati. Turunlah dekat rakyat tanpa ada sorotan kamera,” kritiknya.
Misalnya, lebih lanjut, tanpa adanya pencitraan. “Jadi sekali lagi yang ingin dirasakan oleh rakyat itu adalah kebijakan yang menyejahterakan rakyat hari ini. Khususnya masalah ekonomi, masalah hukum, keadilan, kemudian terkait dengan kebutuhan pekerjaan dan sebagainya,” sebutnya.
Menurutnya, itulah yang harus diperhatikan. Jadi adanya 'Lapor Mas Wapres' akan menambah cerita-cerita baru. Bahkan nanti mungkin akan menjadi sebuah hal yang trending di media sosial.
“Akhirnya masyarakat mungkin lebih senang melapor kepada media sosial, dan itu banyak ditanggapi oleh masyarakat daripada lapor Mas Wapres,” tutupnya.[] Titin Hanggasari