TintaSiyasi.id -- Tagar aynal Muslimun seminggu ini rame berseliweran di medsos sebagai bentuk keprihatinan umat Islam lantaran adanya pengkhianatan para penguasa Muslim atas penderitaan rakyat Palestina akibat kekejian Israel.
Hingga detik ini, 24 November 2024 serangan Israel ke Gaza masih terus berlangsung. Dalam gempuran selama dua hari terakhir, dilaporkan liputan6.com (24/11/2024) jumlah korban jiwa mencapai lebih dari 100 orang.
Kebrutalan serangan udara Israel menyebabkan kerusakan signifikan pada Masjid al-Faruq di kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah, menurut video media sosial yang diverifikasi oleh Al Jazeera.
Pasukan Israel
juga memperdalam serangan darat dan pembomannya di Gaza utara, tempat salah satu rumah sakit terakhir yang beroperasi sebagian terkena serangan, melukai beberapa pekerja.
Para penguasa negeri Muslim masih tetap mati rasa melihat kekejian ini. Mereka tak tergerak hatinya untuk memobilisasi pasukan militernya untuk berjihad membebaskan Palestina. Sikap demikian semakin nyata menunjukkan pengkhianatan mereka terhadap Muslim Palestina. Padahal, Rasulullah Saw bersabda,
"Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi dan menyayangi di antara mereka adalah ibarat satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga atau tidak bisa tidur dan panas atau turut merasakan sakitnya. (HR. Muslim No.4685)
Mati rasanya penguasa Muslim terhadap kondisi di Palestina disebabkan sistem sekuler kapitalisme yang diemban oleh Amerika Serikat saat ini. Sistem ini telah mematikan makna persaudaraan karena iman dan Islam. Kedudukan dan kekuasaan lebih mereka cintai daripada nasib saudaranya. Semua itu terjadi karena sistem sekuler kapitalisme telah memisahkan agama dari kehidupan dan menjadikan materi sebagai orientasi hidup.
Ditambah lagi racun nasionalisme yang lahir dari sistem ini semakin menghilangkan kepedulian karena ikatan akidah Islam. Kaum Muslim sibuk dengan urusan wilayah mereka masing-masing.
Padahal, sejatinya, nasionalisme tidak berasal dari Islam dan justru bertentangan dengan Islam.
Rasulullah Saw. bersabda,
“Bukan dari golongan kami orang-orang yang menyeru kepada asabiah (nasionalisme/sukuisme), orang yang berperang karena asabiah, dan orang-orang yang mati karena asabiah.” (HR Abu Dawud).
Oleh sebab itu, melalui tagar aynal Muslimun umat Islam harus segera melepaskan diri dari ide nasionalisme dan segera memandang persoalan Palestina sebagai persoalan bersama umat Islam dan memahami bahwa akar persoalan dan solusi hakiki untuk membebaskan Palestina adalah hanya dengan jihad dan khilafah. Karena kekejian tentara hanya mampu dilawan dengan tentara, bukan rakyat sipil.
Semua paham bahwa selama ini Amerika Serikat, yaitu negara pemegang ideologi kapitalisme (ideologi yang menguasai dunia saat ini). Amerika Serikat telah menyatakan dirinya berada di sisi zionis dengan memberi berbagai bantuan. Fakta Ini seharusnya membuat umat sadar bahwa perang antara zionis Palestina tidak berimbang.
Zionis mendapat backing-an dari negara adidaya untuk menjajah Palestina. Sementara rakyat Palestina berdiri sendiri untuk melawan penjajahan zionis. Dengan demikian secara politis perlawanan dengan kecaman, pemboikotan, bantuan logistik dan sejenisnya tentu tidak akan mampu menyelamatkan Palestina.
Khilafah dan Jihad Solusi Palestina
Pembebasan Palestina hanya akan terwujud dengan adanya sulthan(an) nashira (kekuasaan yang menolong), yaitu kekuasaan yang telah diberikan oleh Allah Swt. kepada Nabi Saw. dalam bentuk negara khilafah.
Khilafah akan menjadi perisai (junnah) yang melindungi umat Islam dari berbagai ancaman musuh.
Rasulullah Saw. bersabda,
“Sesungguhnya imam (khalifah) itu perisai yang (orang-orang) akan berperang mendukungnya dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)-nya.” (HR Muttafaqun ’alaih).
Khilafah akan segera menyatukan negeri-negeri Muslim, baik wilayahnya, rakyatnya, maupun militernya. Lalu, khilafah akan menjadikan pembebasan Palestina sebagai agenda utamanya dan tentu saja khilafah pasti menolak solusi dua negara yang disodorkan lembaga-lembaga internasional seperti PBB dan negara Barat (AS dan Eropa). Karena hakikatnya, solusi dua negara justru melanggengkan penjajahan terhadap Palestina.
Khilafah juga segera melakukan aksi nyata untuk membebaskan Palestina dengan mengirimkan pasukan jihadnya dalam jumlah besar demi menghancurkan entitas zionis Israel dan sekutu-sekutunya termasuk Amerika Serikat hingga ke akarnya.
Setelah Palestina berhasil dibebaskan, maka khilafah akan membangun kembali Palestina yang telah hancur, agar umat Islam di sana dapat hidup layak. Pembangunan itu mencakup insfrastruktur keras, yaitu bangunan, sarana transportasi, telekomunikasi, dan lainnya serta infrastruktur lunak berupa sistem pendidikan, kesehatan, dan lainnya.
Khilafah juga akan menempatkan pasukan dalam jumlah yang selayaknya untuk senantiasa berjaga-jaga di tanah perbatasan (ribath) Palestina jika sewaktu-waktu ada serangan mendadak dari musuh umat Islam. Dengan begitu, maka sampai kapanpun tidak ada kaum kafir yang berani menginjak-injak harga diri dan kehormatan kaum Muslim, bukan saja di Palestina, tapi diseluruh penjuru dunia.Tidakkah kita merindukannya?
Oleh: Nabila Zidane
Jurnalis