Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Toleransi Kebablasan, Bukti Rusaknya Sistem Sekuler Kapitalisme

Rabu, 09 Oktober 2024 | 09:13 WIB Last Updated 2024-10-09T02:13:35Z

TintaSiyasi.id -- Awal bulan September kemarin hebohnya berita tentang kunjungan Paus Fransiskus ke indonesia. Kedatangan Paus yang disambut dengan meriah dalam sebuah mesjid Istiqlal dan diadakannya musik serta nyanyian. Hal ini merupakan pelecehan terhadap masjid, juga misa yang disiarkan tanpa jeda iklan dan meniadakan azan maghrib dengan diganti running text adalah upaya meredupkan syiar Islam.

Seperti inilah bukti wajah asli moderasi beragama di sistem saat ini. Media asing menyoroti pertemuan pimpinan tertinggi Katolik dunia Paus Fransiskus dengan imam besar masjid Istiqlal Nasaruddin Umar di Jakarta, Indonesia. Kedatangan Paus di Indonesia dimulai sejak Selasa kemarin. Ia bertemu dengan presiden Jokowi dan Kamis malam berencana menggelar misa besar di Gelora Bung Karno (GBK), Senayan. (Cbnbindinesia.com, 05/09/2024)

Sungguh miris, toleransi semacam ini akan membuat umat Muslim heran dengan sikap seorang imam mesjid yang merupakan toleransi yang dapat merusak akidah. Diberitakan kedua pemimpin agama tersebut menunjukkan fotonya bagaimana interaksi Paus dengan iman mesjid dengan mencium tangan Paus dengan mesra, tentu tindakan seperti itu akan merusak akidah seseorang.

Kedatangan Paus Fransiskus membuat isu toleransi kembali muncul ke permukaan sikap penguasa maupun toko-toko agama terhadap Paus Fransiskus seolah-olah meneladankan sikap toleransi kepada umat Islam di indonesia. Namum, sikap toleransi yang mereka ajarkan pada Islam haruslah kritis dan memiliki sikap yang benar sesuai dengan tuntunan syariat.

Toleransi yang terjadi di negeri Indonesia saat ini, bukan sebuah kebetulan tetapi kejadian ini bersamaan dengan upaya pemerintah mengharuskan moderasi beragama di tengah umat Islam yang gagasan ini dibuat oleh Barat dan disebarkan di negeri-negeri Muslim termasuk Indonesia.

Toleransi beragama yang tengah dijalankan rezim sekularisme saat ini, tidak akan membiarkan ideologi Islam bangkit dan malah menggantikan eksistensinya dengan sistem kapitalisme yang menyebabkan ide moderasi beragama dengan berbagai pemikiran yang menyesatkan umat, ini merupakan salah satu strategi mereka untuk menghancurkan akidah Islam dan untuk menghalangi umat Islam kembali kepada ajaran yang shahih.

Dalam hal toleransi yang mereka sebutkan bertujuan untuk merusak akidah Islam, karena mereka takut Islam akan memimpin dunia. Dengan melalui proyek moderasi ini pula, mereka menuding umat Islam yang memperjuangkan Islam shahih dan menolak ide moderasi sebagai kelompok radikalisme, maka tidak ada upaya yang bisa dilakukan umat Islam saat ini, selain menolak keras ide moderasi beragama dan melakukan aktifitas dakwah untuk melanjutkan kembali kehidupan Islam.

Berbeda dalam Islam sikap toleransi di kehidupan umat beragama memiliki aturan yang baku dan jelas, sejarah menyebutkan bahwa Spanyol sebagai salah satu cermin hidup toleransi antara Muslim, Yahudi dan Kristen. Allah SWT berfirman yang artinya, "Sesungguhnya agama yang diridhai di sisi Allah hanyalah Islam." (QS. Ali -Imran : 19)

Ayat ini bermakna mengajarkan kepada umat Islam bahwa toleransi dengan agama kafir tidak boleh mengurangi keyakinan terhadap Islam sebagai satu-satunya agama yang benar yang lain salah dan sebagai jalan keselamatan di akhirat yang lain tidak. Selain itu, toleransi juga tidak boleh mengurangi semangat dakwah mengajak mereka untuk masuk Islam, sebab hubungan yang harus terbangun antara umat Islam dan non-Muslim hanya hubungan dakwah.

Sebagai mana yang pernah dicontohkan Rasulullah SAW ketika menjadi seorang kepala negara di Madinah Rasulullah mengirim utusan untuk memberikan surat ajakan masuk Islam kepada Heraclius (kaisar Romawi), Raja Negus (penguasa Ethiopia) dan Kisra (penguasa Persia). Dalam isi surat itu sangat jelas bahwa beliau mengajak mereka masuk Islam dan keselamatan mereka akan terjamin di dunia dan akhirat.

Namun, jika menolak beliau mengajak mereka bergabung dengan negara Islam di bawah kepemimpinan beliau dengan jaminan keselamatan dunia dan jika masih menolak maka Rasulullah Saw menyatakan perang, karena mereka secara tidak langsung menghalangi (secara fisik) masuknya dakwah Islam ke negeri mereka. Seperti inilah sikap Rasulullah SAW dalam toleransi beragama, bukan bermakna berpartisipasi. Dalam hal ini Rasulullah SAW dengan tegas menolak melakukan toleransi dalam bentuk apapun yang terlibat apabila mengamalkan ajaran agama lain. 

Ketika masih di Makkah ada beberapa tokoh kafir Quraisy menemui beliau dan mereka menawarkan toleransi. "Muhammad, bagaimana jika kami beribadah kepada tuhanmu dan kalian (kalau muslim) juga beribadah kepada tuhan kami, kita bertoleransi dalam segala permasalahan agama kita, jika ada sebagian ajaran agama mu yang lebih baik (menurut kami) dari tuntunan agama kami, maka kami akan mengamalkan hal itu, sebaliknya jika ada sebagian ajaran kami lebih baik dari tuntunan agamamu, engkau juga harus amalkan".

Kemudian turunlah surat QS. Al-Kafirun menolak keras toleransi semacam ini, oleh karena itu ini sebuah kesalahan besar ketika mesjid yang merupakan tempat ibadah Muslim dijadikan untuk menyambut pemimpin agama Katolik seperti yang terjadi saat ini, maka kondisi ini tentu tidak boleh dibiarkan begitu saja, tentu harus ada peran negara dan menyebarkan luaskan ajaran agama Islam dengan dakwah. []


Oleh: Marlina Wati, S.E.
(Muslimah Peduli Umat)

Opini

×
Berita Terbaru Update